Puisi: Di Seberang Metropole (Karya Esha Tegar Putra)

Puisi "Di Seberang Metropole" karya Esha Tegar Putra adalah sebuah karya yang penuh dengan gambaran metaforis tentang perjalanan, masa depan, ....
Di Seberang Metropole


Kau lihat, anakku, ke arah tiang tinggi Metropole itu
hari depan dihampang dengan selembar karcis tontonan,

Dan dalam ruangan ini aku mainkan lagu tentang pelayaran
agar kau tahu, kita mesti terus berjalan, menghadang angin
buruk demi angin buruk, menerabas pinntu batu demi pintu batu.

Di balik gorden itu, gorden yang kelak musti kau sibak
seperti kau sibak pelan kelambutidur yang membatasi
pandanganmu pada langit-langit kamar bergambar
bintang-bintang bertabrakan, bulan seukuran limau manis
dan seekor kuda bersayap meniupkan debu cahaya. Kelak
musti kau sibak

Kau lihat, anakku, kereta terus melintas menghantarkan
orang-orang pada nasib yang telah diasam-digarami hari buruk

Dari sini kita akan melihat jam melepaskan jarum, dari sini kita
akan melihat palang-palang dibuka, dari sini udara akan
menebarkan harum getah damar dan kembang pagi, dan dari
sini pula akan kugadaikan isi dadaku agar kau tahu bahwa 
ada hari di mana pelayaran itu harus disudahkan


Jakarta, 2015

Analisis Puisi:
Puisi "Di Seberang Metropole" karya Esha Tegar Putra adalah sebuah karya yang penuh dengan gambaran metaforis tentang perjalanan, masa depan, kehidupan, dan pengorbanan seorang orang tua untuk anaknya. Melalui penggunaan gambaran dan imaji yang kaya, puisi ini menggambarkan perasaan seorang orang tua yang ingin membimbing anaknya melalui perjalanan hidup.

Masa Depan dan Perjalanan: Puisi ini dimulai dengan gambaran "tiang tinggi Metropole" yang menggambarkan perjalanan dan ekspektasi masa depan. Karcis tontonan yang disebutkan menjadi metafora untuk tantangan dan peluang yang akan dihadapi anak. Metafora pelayaran digunakan untuk menggambarkan perjalanan hidup yang penuh dengan rintangan dan ketidakpastian, namun harus ditempuh terus-menerus.

Harapan dan Pengorbanan Orang Tua: Puisi ini juga menggambarkan harapan dan pengorbanan seorang orang tua untuk anaknya. Penyair ingin anaknya terus berjalan melalui tantangan dan rintangan, seperti menghadang angin buruk demi angin buruk. Orang tua berharap anak dapat menerobos pintu-pintu batu yang ada di hadapannya, yaitu mengatasi rintangan dan hambatan dalam hidup.

Momen Berharga dan Keindahan: Puisi ini menyiratkan pentingnya menikmati momen berharga dalam hidup. Gambaran langit-langit kamar bergambar dan bintang-bintang bertabrakan menciptakan suasana indah yang dihadirkan dalam imajinasi anak. Hal ini mengajarkan tentang apresiasi terhadap keindahan dunia dan momen yang berharga dalam hidup.

Keterbatasan dan Pengorbanan: Bagian akhir puisi menciptakan suasana yang lebih introspektif. Penggambaran kereta yang mengantar orang pada nasib yang buruk menggambarkan keterbatasan manusia dalam menghadapi takdir. Ayah ingin memberi tahu anaknya bahwa ada momen dalam hidup ketika perjalanan harus diakhiri, dengan kata lain, bahwa pengorbanan dalam perjalanan hidup dapat menjadi suatu keputusan yang dibuat dengan berat hati.

Puisi "Di Seberang Metropole" oleh Esha Tegar Putra menggambarkan gambaran perjalanan hidup dan peran seorang orang tua dalam membimbing anak melalui berbagai tantangan dan perubahan. Melalui metafora pelayaran dan gambaran harapan, keindahan, serta pengorbanan, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti dari perjalanan hidup, hubungan antara orang tua dan anak, serta pentingnya menghargai setiap momen berharga yang dihadirkan dalam perjalanan tersebut.

Puisi: Di Seberang Metropole
Puisi: Di Seberang Metropole
Karya: Esha Tegar Putra
© Sepenuhnya. All rights reserved.