Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Seorang Nenek di Hari Proklamasi Kemerdekaan (Karya F. Rahardi)

Puisi "Seorang Nenek di Hari Proklamasi Kemerdekaan" karya F. Rahardi menyampaikan pesan tentang pentingnya mengingat sejarah dan makna sebenarnya ...
Seorang Nenek
di Hari Proklamasi Kemerdekaan

Sambil menggendong cucu
dan mengunyah-ngunyah daun sirih
nenek itu melihat bendera merah putih
berkibar-kibar kena angin
di halaman kantor kelurahan

Hari ini kembali ada rame-rame tujuhbelasan
gumamnya
Dan benar : Sebuah batang pinang
yang diserut licin dan dilabur oli
tahu-tahu telah tegak
di halaman balai desa
jauh, jauh sekali di ujung batang itu
bertenggerlah baju baru, radio tape,
lampu senter, payung, sepatu kets
dan kain sarung

Kemerdekaan itu memang susah diraihnya
nenek itu bergumam lagi
sambil membetulkan letak tembakau susur
di bibirnya
dia menonton anak-anak muda itu
mulai memanjat dan melorot
memanjat lagi dan melorot lagi
tubuh mereka berlumur oli

Pak lurah bertepuk
ibu-ibu bersorak
bapak-bapak berteriak
dan hadirin berjingkrak-jingkrak
hanya nenek itu dan cucunya yang diam

Tenagaku kan memang musti dihemat
ya cu?
aku sudah tua
sudah tak sekuat dulu
waktu Bung Karno masih ada
dan suka pidato di alun-alun
dulu waktu masih muda
aku juga senang berteriak-teriak
dan bertepuk-tepuk
waktu itu anak-anak yang memanjat
pohon pinang itu
masih diperam di perut ibunya

Hari berangsur siang
matahari bulan Agustus
memancarkan panasnya dengan serius
anak-anak muda itu terus memanjat
bendera merah putih terus berkibaran
para copet berhenti beroperasi
tukang becak ikut mengheningkan cipta
dan ibu-ibu menyusui bayinya
dengan sikap tegap

Kadang-kadang
perayaan tujuhbelasan itu memang
mengharukan
gumam nenek itu
tahu-tahu kita sudah lama betul merdeka
tahu-tahu pidato-pidato itu
bunyi bedil itu dan granat itu
sudah jadi semacam kenang-kenangan
yang laris jadi tema novel, drama dan film
dan nenek itu tak ingat lagi
minyak tanah di rumahnya hampir habis
beras juga tinggal sedikit
gula dan kopi malah sudah kosong
dari kemarin

Udara musim kemarau
langit yang biru bersih
nenek itu masih terus memandang bendera
yang berkibar-kibar
sambil terus menggendong cucunya
yang tahu-tahu sudah bisa ikut menyanyi
Indonetia Laya.

Jakarta, 1989

Analisis Puisi:

Puisi "Seorang Nenek di Hari Proklamasi Kemerdekaan" karya F. Rahardi adalah sebuah karya yang menggambarkan refleksi seorang nenek pada perayaan Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Puisi ini menyampaikan pesan tentang pentingnya mengingat sejarah dan makna sebenarnya dari kemerdekaan, sambil menyoroti realitas kehidupan yang mungkin tidak selalu mencerminkan semangat perayaan.

Tema dan Makna

  • Refleksi pada Kemerdekaan: Puisi ini mencerminkan refleksi seorang nenek tentang makna sebenarnya dari kemerdekaan. Meskipun dirayakan setiap tahun, nenek tersebut mempertanyakan apakah kita benar-benar telah merdeka dalam kehidupan sehari-hari.
  • Kesenangan vs Realitas: Puisi ini menyoroti perbedaan antara perayaan dan realitas kehidupan sehari-hari. Meskipun ada perayaan dengan pidato, acara, dan permainan tradisional, nenek tersebut menyadari bahwa kehidupan sehari-hari tidak selalu mencerminkan semangat perayaan itu.
  • Nilai Kehidupan: Melalui sudut pandang nenek, puisi ini mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang lebih dalam, seperti kesederhanaan, penghematan, dan penghargaan terhadap sejarah.

Struktur dan Gaya Bahasa

  • Gambaran yang Detail: Penyair menggunakan gambaran yang detail untuk mengekspresikan suasana perayaan, termasuk kegembiraan dan semangat.
  • Dialog dan Monolog: Penggunaan dialog dan monolog memberikan kedalaman pada karakter nenek, memperkuat pesan puisi tentang refleksi dan introspeksi.
  • Imaji yang Kuat: Dengan menggunakan imaji yang kuat, seperti gambaran bendera berkibar dan suasana perayaan, penyair menggambarkan suasana peristiwa dengan jelas dan memikat.

Pesan Moral

Pesan moral dari puisi ini adalah pentingnya mengingat makna sebenarnya dari kemerdekaan dan mengevaluasi bagaimana nilai-nilai tersebut tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Puisi ini juga mengajarkan tentang kesederhanaan, penghargaan terhadap sejarah, dan penghargaan terhadap realitas kehidupan.

Puisi "Seorang Nenek di Hari Proklamasi Kemerdekaan" karya F. Rahardi adalah sebuah karya yang menggambarkan refleksi seorang nenek pada perayaan Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dengan gambaran yang detail dan pesan moral yang dalam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna sebenarnya dari kemerdekaan dan bagaimana nilai-nilai tersebut tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

Floribertus Rahardi
Puisi: Seorang Nenek di Hari Proklamasi Kemerdekaan
Karya: F. Rahardi

Biodata F. Rahardi:
  • F. Rahardi (Floribertus Rahardi) lahir pada tanggal 10 Juni 1950 di Ambarawa, Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.