Puisi: Kwatrin buat GL (Karya Gunoto Saparie)

Puisi "Kwatrin buat GL" karya Gunoto Saparie menyampaikan kritik dan pandangan filosofis tentang arti dari sandiwara dan kehidupan itu sendiri.
Kwatrin buat GL

mengibaskan rambut gondrongmu kau pun terkekeh
mengapakah teater harus menjadi suatu agama?
sandiwara hanya bayang-bayang kehidupan fana
ada yang lebih abadi, ya, di balik kuburmu basah

Analisis Puisi:

Puisi "Kwatrin buat GL" karya Gunoto Saparie merupakan puisi pendek yang terdiri dari empat baris atau yang biasa dikenal dengan istilah kwatrin. Puisi ini memberikan pandangan yang dalam dan reflektif tentang teater, kehidupan, dan kematian. Dalam kwatrin ini, penyair menyampaikan kritik dan pandangan filosofis tentang arti dari sandiwara dan kehidupan itu sendiri.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah refleksi atas teater sebagai sebuah metafora kehidupan dan pencarian makna yang lebih dalam di balik kehidupan fana. Puisi ini juga mengangkat tema kematian dan keabadian, menunjukkan bahwa ada sesuatu yang lebih abadi di balik kehidupan yang sementara.

Gaya Bahasa

Puisi ini menggunakan beberapa teknik gaya bahasa yang efektif untuk menyampaikan pesan:
  • Metafora dan Simile: Penggunaan teater sebagai metafora untuk kehidupan menunjukkan bagaimana keduanya saling mencerminkan dan bagaimana kehidupan bisa dilihat sebagai sebuah sandiwara besar.
  • Pertanyaan Retoris: Pertanyaan retoris pada baris kedua tidak hanya mengajak pembaca untuk berpikir tetapi juga menekankan kritik terhadap pandangan tertentu tentang teater.
  • Kontras: Kontras antara kehidupan fana dan keabadian setelah kematian memberikan kedalaman filosofis pada puisi ini, mengajak pembaca untuk merenungkan makna hidup yang lebih besar.
Puisi "Kwatrin buat GL" karya Gunoto Saparie adalah puisi pendek yang kaya akan makna dan simbolisme. Melalui empat barisnya, penyair berhasil mengajak pembaca untuk merenungkan tentang teater, kehidupan, dan kematian. Pertanyaan retoris dan penggunaan metafora memperkuat pesan bahwa kehidupan, seperti sandiwara, adalah sementara dan ada sesuatu yang lebih abadi di balik kematian. Dengan gaya bahasa yang sederhana namun mendalam, Gunoto Saparie berhasil menyampaikan pandangan filosofis yang mengesankan dalam puisi ini.

Foto Gunoto Saparie 2019
Puisi: Kwatrin buat GL
Karya: Gunoto Saparie

GUNOTO SAPARIE. Lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal Sekolah Dasar Kadilangu Cepiring Kendal, Sekolah Menengah Pertama Cepiring Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Kendal, dan Akademi Uang dan Bank Yogyakarta dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Pendidikan informal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab Gemuh Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab Gemuh Kendal.

Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981),  Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996),  Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), dan Mendung, Kabut, dan Lain-lain (Cerah Budaya, Jakarta, 2019).

Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004) dan Mendung, Kabut, dan Lain-lain (Cerah Budaya, Jakarta, 2019).

Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004). Ia pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015).

Puisi-puisinya terhimpun dalam berbagai antologi bersama para penyair Indonesia lain, termasuk dalam Kidung Kelam (Seri Puisi Esai Indonesia - Provinsi Jawa Tengah, 2018).

Saat ini ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta) dan Tanahku (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang). Sempat pula bekerja di bidang pendidikan, konstruksi, dan perbankan. Aktif dalam berbagai organisasi, antara lain dipercaya sebagai Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah (FKWPK), Pengurus Yayasan Cinta Sastra, Jakarta, dan Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah. Sebelumnya sempat menjadi Wakil Ketua Seksi Budaya dan Film PWI Jawa Tengah dan Ketua Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) Jawa Tengah. Sering diundang menjadi pembaca puisi, pemakalah, dan juri berbagai lomba sastra di Indonesia dan luar negeri.
© Sepenuhnya. All rights reserved.