Puisi: Kode Urban Saat Jalan Macet (Karya Nanang Suryadi)

Puisi "Kode Urban Saat Jalan Macet" memberikan gambaran tentang kehidupan perkotaan yang kompleks, kacau, dan penuh dengan kontras.
Kode Urban Saat Jalan Macet


bola-bola lampu dari tangan edison menggelembungkan pikiran yang bersilangan antara kabel kabel listrik telepon televisi di gedung gedung bertingkat condominium apartment hotel pubs discotheque mall plaza café serta jalan jalan riuh ramai suara klakson di bundaran yang macet karena pawai pulang orang sehabis demonstrasi pukul 18.05 seperti tertera dalam handphone yang tak pernah dimatikan dan bipnya mengingatkan

agenda malam ini: berjumpa para relasi membicarakan proposal tender proyek membangun perkampungan kumuh dan pasar yang terbakar

antara deru mesin serta teriakan kondektur bis sempritan tukang parkir gemuruh bajaj dan sepeda motor yang menyelip meraung naik hingga trotoar karena tak ada ruang kosong lagi di jalanan yang macet penuh suara-suara dan slogan seperti tertulis dalam spanduk billboard baliho memamerkan citra rasa selera ekslusif juga kemudahan

seperti juga junk food yang ditawarkan para fast food franchise: ingat anda tak perlu membayar cash asal credit card masih valid siap tersedia melayani anda juga di saat terjebak dalam kemacetan seperti ini tekan saja nomor costumer service akan segera dikirimkan sampai ke mobil anda box-box pizza, fried chicken, beef burger, spaghetti, atau apa saja yang anda inginkan jangan khawatir karena customer satisfaction sangat diperhatikan

seperti juga ditawarkan neon sign: "body care centre yang memanjakan dengan mandi sauna lulur spa potongan lalu pijatan yang akan menyegarkan kembali rasa penat anda setelah seharian beraktivitas."

(handphone bergetar dari earphone terdengar desah merdu di telinga: "....... pertemuan dengan bapak ditunda. tak jadi malam ini")


Mei, 2003

Analisis Puisi:
Puisi "Kode Urban Saat Jalan Macet" karya Nanang Suryadi menggambarkan kehidupan perkotaan yang penuh dengan kebisingan, kesibukan, dan kontras antara kemacetan lalu lintas dan kemudahan yang ditawarkan oleh gaya hidup modern. Puisi ini merangkum pandangan terhadap kehidupan perkotaan yang kacau dengan sentuhan ironi dan kritik.

Gambaran Kota dan Kemacetan: Puisi ini menggambarkan suasana kota besar yang penuh dengan gedung bertingkat, jalan raya, gedung-gedung mewah, dan pusat-pusat hiburan. Gambaran ini menciptakan citra kehidupan perkotaan yang penuh dengan aktivitas dan hiruk-pikuk.

Teknologi dan Kehidupan Modern: Penyair menggunakan metafora "bola-bola lampu dari tangan edison" untuk merujuk pada cahaya lampu-lampu yang membentuk kota. Hal ini menggambarkan teknologi yang terus berkembang dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan perkotaan. Referensi kepada perangkat teknologi modern seperti handphone dan earphone juga menggambarkan bagaimana teknologi memengaruhi cara orang berkomunikasi dan menjalani hidup.

Kemacetan dan Kebisingan: Puisi menggambarkan suasana kemacetan lalu lintas dengan deretan suara dan bising yang menyertainya. Bunyi klakson, suara tukang parkir, bajaj, dan sepeda motor menciptakan suasana yang riuh dan penuh kebisingan, mewakili kekacauan perkotaan dan hambatan dalam mobilitas.

Kehidupan Modern dan Konsumsi: Puisi ini mengkritik aspek konsumtif kehidupan modern, seperti fast food franchise dan neon sign yang menawarkan kenyamanan dan kemudahan dengan mengutamakan kepuasan pelanggan. Penyair menggunakan hal ini sebagai penggambarkan ironi di tengah-tengah kemacetan dan hiruk-pikuk perkotaan.

Kritik terhadap Prioritas: Puisi ini secara halus mengkritik prioritas masyarakat perkotaan yang lebih mengutamakan gaya hidup modern dan konsumsi daripada merespons hambatan dan masalah sosial yang ada.

Akhir yang Ironis: Puisi berakhir dengan ironi di mana telepon berdering dan berisi pesan yang menunjukkan adanya perubahan dalam rencana yang sebelumnya telah dibuat, menggambarkan ketidakpastian dan perubahan yang sering terjadi dalam kehidupan perkotaan.

Puisi "Kode Urban Saat Jalan Macet" memberikan gambaran tentang kehidupan perkotaan yang kompleks, kacau, dan penuh dengan kontras. Melalui penggambaran kehidupan sehari-hari yang penuh hiruk-pikuk, puisi ini memberikan gambaran tentang realitas hidup di kota besar yang penuh dengan dinamika dan tantangan.

Puisi Kode Urban Saat Jalan Macet
Puisi: Kode Urban Saat Jalan Macet
Karya: Nanang Suryadi
© Sepenuhnya. All rights reserved.