Puisi: Lampu (Karya Ediruslan PE Amanriza)

Puisi "Lampu" karya Ediruslan PE Amanriza menyajikan gambaran tentang perjalanan hidup, tantangan, dan kebijaksanaan untuk tetap bercahaya meski ....
Lampu


Lampu
di bukit sendiri
tikamkan cahayamu
ke kelam laut tak bertepi

Lampu
di laut malam hari
terkatung-katung cahayamu yang sunyi

Lampu sendiri
berkelip dalam diri
padamkan mimpi
sebelum pagi


Sumber: Surat-Suratku kepada GN (1983)

Analisis Puisi:
Puisi "Lampu" karya Ediruslan PE Amanriza menyajikan gambaran atmosfer malam yang penuh simbolisme dan mendalam.

Cahaya Lampu di Bukit: Puisi dimulai dengan penggambaran lampu di bukit yang "tikamkan cahayamu ke kelam laut tak bertepi." Ini memberikan citra tentang kekuatan cahaya yang menembus kegelapan, menciptakan efek yang dramatis dan misterius.

Lampu di Laut pada Malam Hari: Gambaran lampu di laut pada malam hari menggambarkan keadaan yang berbeda. Cahaya yang "terkatung-katung" menciptakan nuansa kesendirian dan kehampaan, menyoroti kontras antara cahaya yang berserakan di laut dan laut yang sendirian.

Lampu yang Berkelip Dalam Diri: Penekanan pada lampu yang "berkelip dalam diri" mengeksplorasi dimensi internal cahaya. Ini bisa diartikan sebagai konflik batin, mungkin keterasingan atau perasaan sendiri yang tercermin dalam cahaya yang berkelip.

Pemadaman Mimpi Sebelum Pagi: Baris terakhir "padamkan mimpi sebelum pagi" memberikan kesan pemadaman harapan atau aspirasi sebelum mencapai puncak atau kenyataan. Puisi ini menyiratkan bahwa seringkali harapan dihadapkan pada kegelapan dan ketidakpastian.

Simbolisme Kegelapan dan Cahaya: Puisi ini menggunakan simbolisme kegelapan dan cahaya untuk menciptakan kontras yang kuat. Kegelapan dapat diartikan sebagai tantangan, kesulitan, atau ketidakpastian, sementara cahaya mewakili harapan, kejelasan, atau pencerahan.

Suasana Misterius dan Kontemplatif: Gaya bahasa puisi ini menciptakan suasana misterius dan kontemplatif. Penulis menggunakan kata-kata yang ringan namun mengandung makna dalam menciptakan ruang untuk interpretasi pembaca.

Pemilihan Kata yang Tepat: Pemilihan kata-kata seperti "tikamkan," "terkatung-katung," dan "berkelip" memberikan nada emosional dan visual yang kuat. Ini menggambarkan perasaan dan keadaan dengan cara yang memperkaya pengalaman membaca.

Metafora dan Personifikasi: Metafora "tikamkan cahayamu ke kelam laut tak bertepi" menggambarkan tindakan cahaya yang kuat dan menonjolkan pengaruhnya. Personifikasi lampu yang "berkelip dalam diri" memberikan dimensi manusiawi pada objek non-manusia.

Puisi "Lampu" menciptakan atmosfer malam yang penuh perenungan dan refleksi. Melalui gambaran cahaya dan kegelapan, penulis berhasil menyampaikan pesan tentang perjalanan hidup, tantangan, dan kebijaksanaan untuk tetap bercahaya meskipun di tengah ketidakpastian.

Ediruslan PE Amanriza
Puisi: Lampu
Karya: Ediruslan PE Amanriza

Biodata Ediruslan PE Amanriza:
  • Ediruslan PE Amanriza lahir pada tanggal 17 Agustus 1947 di  Bagan-siapiapi, Riau.
  • Ediruslan PE Amanriza meninggal dunia pada tanggal tanggal 3 Oktober 2001.
  • Ediruslan PE Amanriza adalah salah satu penulis puisi, cerita pendek, novel, dan esai sastra.
© Sepenuhnya. All rights reserved.