Puisi: Yang Terbaring Jemu (Karya S.M. Ardan)

Puisi "Yang Terbaring Jemu" menggambarkan kelelahan dan kesedihan melalui penggunaan bahasa yang halus dan gambaran yang kaya. Meskipun ada nuansa ...
Yang Terbaring Jemu

Kawan, turunkan mata!
Usapkan jari pada kuntum berdebu
Kuyu disejuk samudra embun
Pernah membikin anak derita tertawa.

Yang terbaring dengan mata redup menghambat tawa
kami turut dalam diammu dengan hati kelu
kami coba menyemat dada lapang di hatimu
yang terbaring dalam cekikan dengan mata menekan jiwa
tidurlah puas bermimpi seindah bisa
Dan tahulah yang mencekik akan mati
Yang terbaring dengan mata pernah membikin hati menyanyi
– suatu selingan dari lakon air mata –
Kenanglah kisah yang kini tidak lagi mungkin dapat
Kita tulis: ruang penuh oleh tawa lantang
Pancaran kasih berupa senyuman urung dari jauh dasar
kata dari kedalaman tak terduga, tali halus
Yang kami cinta dengan segenap panca indera
Matamu kini mati membisu hati penuh lagu
Bulan purnama suram
Bintang diam. Angin mati
Kawan, usapkan jari pada kuntum berdebu
Sendu disejuk lautan embun


Analisis Puisi:
Puisi "Yang Terbaring Jemu" karya S.M. Ardan adalah sebuah karya yang penuh dengan kelembutan dan kepedihan. Penyair membawa pembaca melalui perjalanan emosional yang melibatkan rasa kelelahan, rindu, dan kehilangan.

Pemandangan dan Adegan: Puisi dibuka dengan instruksi kepada "Kawan" untuk menurunkan mata dan menyentuh kuntum berdebu. Ini menciptakan gambaran pemandangan yang indah namun merunduk, yang mungkin mencerminkan kondisi emosional yang suram.

Kekuyuan dan Samudra Embun: Penyair menggambarkan keadaan yang kuyu (lesu) disejuk samudra embun. Ini menciptakan kontras antara kehidupan yang semula indah dan penuh semangat dengan situasi yang suram dan lemah.

Keinginan untuk Membuat Anak Derita Tertawa: Penyair mengakui bahwa terdapat kebahagiaan dalam membuat anak derita tertawa. Namun, kebahagiaan ini terdengar seperti kenangan yang jauh, mungkin mengisyaratkan bahwa situasi sekarang sangat berbeda.

Diambang Kematian dan Keluhan: Dalam penggambaran yang penuh emosi, penyair menyampaikan keinginan untuk mendekati yang terbaring dengan mata redup. Bahkan, penyair mencoba menyematkan dada lapang di hati yang terbaring dalam cekikan, menggambarkan rasa iba dan keluhan terhadap keadaan tersebut.

Ruang Penuh Tawa dan Kesedihan: Penyair menyinggung bahwa kisah yang dulu penuh tawa kini hanya tinggal kenangan. Ruang yang dahulu ditempati oleh tawa lantang, kini sepi dan hampa, menyiratkan kehilangan dan kesedihan.

Mati dan Membisu: Puisi merinci bahwa mata yang terbaring kini mati dan membisu, sementara bulan purnama dan bintang tampak suram. Ini menciptakan gambaran gelap dan hening, mencerminkan suasana hati yang suram dan kehilangan.

Kesimpulan dengan Harapan: Puisi ditutup dengan instruksi untuk "Kawan" untuk menyentuh kuntum berdebu lagi, namun kali ini disebutkan lautan embun. Meskipun penuh dengan sendu, ada harapan kecil untuk kesegaran dan pemulihan.

Puisi "Yang Terbaring Jemu" adalah persembahan emosional yang menciptakan suasana hati suram dan penuh rindu. S.M. Ardan berhasil menggambarkan kelelahan dan kesedihan melalui penggunaan bahasa yang halus dan gambaran yang kaya. Meskipun ada nuansa kegelapan, adanya harapan kecil di akhir menciptakan rasa optimisme dalam ketidakpastian. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang kehidupan, kehilangan, dan harapan dalam kondisi yang sulit.

Puisi
Puisi: Yang Terbaring Jemu
Karya: S.M. Ardan
© Sepenuhnya. All rights reserved.