Puisi: Jeritan Malam (Karya Nursjamsu Nasution)

Puisi "Jeritan Malam" karya Nursjamsu Nasution membawa pembaca ke dalam suasana malam yang penuh dengan perjuangan dan derita.
Jeritan Malam


Di kelam hitam mengepung
Menjerit peluit kereta malam
Merintih ke langit...
Derita hidup mengepung
Menjerit bangsaku sedang berjuang
Merintih ke langit...

Tenaga mesin mengembus kelam
Berputar roda atas rel tertentu
Terus menuju ke stasiun akhir
Semangat waja menembus kelam
Berjuang bangsaku atas CITA tertentu
Terus menuju negara Merdeka!

Sumber: Kesusasteraan Indonesia di Masa Jepang (1948)

Analisis Puisi:
Puisi "Jeritan Malam" karya Nursjamsu Nasution membawa pembaca ke dalam suasana malam yang penuh dengan perjuangan dan derita. Dalam setiap baitnya, penyair menggambarkan kegelapan dan jeritan malam sebagai metafora perjalanan perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan.

Gelapnya Malam Sebagai Metafora Kondisi Sosial: Penyair menggambarkan kelamnya malam sebagai metafora kondisi sosial yang sulit dan sulit dihadapi. Ketika malam mengepung, jeritan peluit kereta malam menciptakan gambaran suara derita dan kesulitan yang dialami oleh bangsa Indonesia. Ini mencerminkan periode sejarah yang sulit, mungkin masa penjajahan atau awal perjuangan menuju kemerdekaan.

Derita Hidup dan Jeritan Bangsa: Penyair mengekspresikan jeritan bangsa yang sedang berjuang melalui perumpamaan jeritan peluit kereta. Jeritan itu bukan hanya derita hidup secara individu, tetapi juga mencerminkan perjuangan kolektif bangsa yang sedang berusaha mencapai cita-cita dan tujuan tertentu.

Pemakaian Metafora dalam Karya: Pemakaian metafora, seperti "tenaga mesin mengembus kelam" dan "semangat waja menembus kelam," memberikan dimensi simbolis pada karya. Tenaga mesin dan semangat waja di sini dapat diartikan sebagai kekuatan dan semangat perjuangan bangsa yang terus menghadapi tantangan dan kelamnya malam.

Perjalanan Menuju Merdeka: Puisi ini menggambarkan perjalanan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan. Mesin yang berputar dan roda yang terus menuju stasiun akhir adalah gambaran perjuangan yang terus berlanjut, tak kenal lelah, menuju cita-cita tertentu, yaitu negara Merdeka.

Semangat dan CITA dalam Perjuangan: Ketika penyair menyebut "Semangat waja menembus kelam" dan "Berjuang bangsaku atas CITA tertentu," itu menciptakan nuansa semangat dan tekad yang kuat dalam perjuangan. CITA (Cita-cita) di sini menjadi pendorong utama dalam perjuangan bangsa, dan semangat waja adalah simbol kekuatan yang menggerakkan mereka maju.

Pemilihan Kata yang Kuat: Penyair menggunakan kata-kata yang kuat dan gambaran yang tajam untuk menyampaikan pesan puisinya. Pemilihan kata seperti "mengepung," "merintih," dan "berjuang" menciptakan nuansa emosional yang mendalam dan memperkuat kesan kesulitan dalam perjuangan bangsa.

Puisi "Jeritan Malam" bukan hanya puisi yang menggambarkan kegelapan dan derita, tetapi juga sebuah epos perjuangan yang membangkitkan semangat dan tekad untuk mencapai kemerdekaan. Nursjamsu Nasution dengan mahir menggambarkan perjalanan panjang dan sulit bangsa Indonesia, yang meskipun dihadapkan pada kegelapan, tetapi tidak pernah berhenti berjuang menuju negara Merdeka yang diidamkan. Puisi ini menjadi suara bangsa yang menciptakan jejak perjuangan yang abadi dalam sejarah.

Puisi
Puisi: Jeritan Malam
Karya: Nursjamsu Nasution
    Biodata Nursjamsu Nasution:
    • Edjaan Tempo Doeloe: Nursjamsu Nasution.
    • Ejaan yang Disempurnakan: Nursyamsu Nasution.
    • Nursjamsu Nasution adalah penyair Angkatan '45.
    • Nursjamsu Nasution lahir di Lintau, Sumatra Barat, pada tanggal 6 Oktober 1921.
    • Nursjamsu Nasution meninggal dunia di Jakarta pada tahun 1995.
    © Sepenuhnya. All rights reserved.