Puisi: Siut Uwir Uwir Rimba Sore Hari (Karya Upita Agustine)

Melalui puisi "Siut Uwir Uwir Rimba Sore Hari," Upita Agustine menggambarkan keindahan alam, kehidupan desa, dan pesan kesedihan atas perubahan ....
Siut Uwir Uwir Rimba Sore Hari


Siut uwir uwir rimba sore hari
Tak terdengar lagi
Pulanglah nak sayang
Jenjang rumah lah berlumut
Sakek di atap lah berjurai
Jalan lah dialih rang lalu
Cupak lah dialih rang panggaleh
Nak sayang
Siut uwir uwir rimba sore hari
Tak terdengar lagi
Kampungpun jadi lengang
Tepian lah berubah
Pulanglah nak sayang
Uwir uwir rimba hampir punah

Pagaruyung, 1974

Sumber: Nyanyian Anak Cucu (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Siut Uwir Uwir Rimba Sore Hari" karya Upita Agustine menciptakan citra alam yang damai namun menyampaikan pesan kesedihan akan kehilangan dan perubahan. Dengan penggunaan bahasa yang sederhana namun kaya makna, penyair menggambarkan pemandangan alam dan perubahan yang terjadi di suatu kampung pada sore hari.

Gaya Bahasa Sederhana dan Tradisional: Penyair menggunakan gaya bahasa yang sederhana dan tradisional dengan menghadirkan ungkapan-ungkapan seperti "siut uwir uwir," "nak sayang," dan "jurai di atap" yang memberikan nuansa khas dan menggambarkan suasana desa yang kental.

Citra Alam dan Kehidupan Desa: Puisi ini menciptakan citra alam dan kehidupan desa pada sore hari. Gambaran rumah yang berlumut, jalan yang dialih rang, serta pemandangan uwir uwir rimba yang hampir punah memberikan sentuhan alamiah dan menciptakan atmosfer desa yang tenang dan penuh nostalgia.

Pesannya Mengenai Perubahan: Melalui ungkapan "Uwir uwir rimba hampir punah," penyair menyampaikan pesan tentang perubahan yang terjadi di lingkungan alam. Penggunaan gambaran burung uwir uwir yang hampir punah menciptakan kesan keprihatinan terhadap kerusakan lingkungan dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Kehilangan dan Kesendirian: Kata-kata "tak terdengar lagi" dan "kampungpun jadi lengang" menciptakan perasaan kehilangan dan kesendirian. Penyair berhasil menyampaikan kesedihan melalui gambaran keheningan yang terjadi di desa pada waktu sore hari.

Nostalgia dan Keindahan Tradisional: Puisi ini juga mengandung elemen nostalgia, di mana penyair mencoba menghadirkan keindahan tradisional desa yang seiring waktu mulai meredup. Gambaran rumah berlumut dan perubahan di tepian sungai memberikan nuansa keindahan tradisional yang mulai memudar.

Saran dan Harapan: Dengan mengatakan "pulanglah nak sayang," penyair mungkin memberikan suatu saran atau harapan untuk mempertahankan keindahan alam dan kehidupan desa. Ungkapan ini bisa mencerminkan rasa cinta terhadap tradisi dan kelestarian alam.

Kesimpulan Bersifat Terbuka: Puisi ini memberikan kesan kesedihan dan kehilangan namun tanpa memberikan solusi yang jelas. Kesimpulan yang bersifat terbuka dapat memberikan ruang bagi pembaca untuk merenung dan mempertimbangkan makna yang lebih dalam dari puisi ini.

Melalui puisi "Siut Uwir Uwir Rimba Sore Hari," Upita Agustine menggambarkan keindahan alam, kehidupan desa, dan pesan kesedihan atas perubahan yang terjadi. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan keberlanjutan alam dan tradisi, serta menyadari pentingnya menjaga kelestarian dan keindahan yang ada.

Upita Agustine
Puisi: Siut Uwir Uwir Rimba Sore Hari
Karya: Upita Agustine

Biodata Upita Agustine:
  • Prof. Dr. Ir. Raudha Thaib, M.P. (nama lengkap Puti Reno Raudhatul Jannah Thaib atau nama pena Upita Agustine) lahir pada tanggal 31 Agustus 1947 di Pagaruyung, Tanah Datar, Sumatra Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.