Puisi: Tinggi Hati (Karya Nursjamsu Nasution)

Puisi "Tinggi Hati" menyajikan gambaran perasaan rindu, kesepian, dan perjuangan hati dalam mencapai pertemuan. Konflik internal dan keegoisan yang ..
Tinggi Hati


Aku berdiri di luar dalam hujan menitik
Dia duduk di dalam, rindu memandang ke luar.
Aku tahu ia sunyi
Dia tahu aku sepi,
Aku tahu dia menunggu aku mengetuk pintu
Meminta masuk
Dia tahu aku menunggu dia membuka pintu
Memanggil masuk
Dalam remukan sunyi
Kamu berdua menanti ...
O, jiwa sombong enggan mengalah
Hancurlah kedua dalam perjuangan pantang
menyerah.

Sumber: Tonggak I (1987)

Analisis Puisi:
Puisi "Tinggi Hati" menggambarkan suasana hati yang penuh rindu dan keheningan, di mana dua jiwa saling menantikan, tetapi memiliki tingkat keegoisan yang membuat keduanya enggan untuk mengalah.

Simbolisme Hujan dan Keheningan: Puisi dimulai dengan gambaran hujan yang menitik dan suasana hati yang sunyi. Hujan sering kali menjadi simbol keberkahan atau pembersihan. Namun, di sini, hujan bisa mewakili perasaan kesepian dan hujan air mata dari hati yang merindukan pertemuan. Keheningan menciptakan atmosfer yang mendalam dan melibatkan emosi pembaca.

Dua Jiwa yang Tertutup dan Menunggu: Penyair menggambarkan dua individu yang terpisah, masing-masing merasa sunyi dan menunggu. Penyair menekankan pemahaman bahwa keduanya saling menanti, tetapi keegoisan masing-masing membuat mereka enggan untuk mengambil langkah pertama. Ini menciptakan konflik dan ketidakpastian dalam hubungan mereka.

Remukan Sunyi dan Kegigihan Hati: Ekspresi "remukan sunyi" memberikan nuansa perasaan yang dalam dan hancur. Meskipun begitu, kedua jiwa ini menunjukkan kegigihan hati dalam perjuangan mereka. Kedua individu tersebut tidak mudah menyerah, dan keteguhan hati mereka tercermin dalam keseluruhan puisi.

Tantangan dalam Pertemuan: Penyair menciptakan gambaran situasi di mana keduanya menantikan momen pertemuan. Pintu yang menjadi simbol kesempatan untuk menyatukan keduanya. Meskipun demikian, ada ketidakpastian dan perjuangan di dalam hati mereka masing-masing untuk mengambil langkah pertama.

Jiwa Sombong yang Enggan Mengalah: Pemilihan kata "jiwa sombong" menyiratkan adanya ego yang tinggi dalam kedua individu tersebut. Kedua jiwa ini menunjukkan sikap yang keras kepala dan enggan untuk mengalah. Ini dapat mencerminkan tantangan dalam hubungan yang dihadapi oleh keegoisan dan harga diri yang tinggi.

Puisi "Tinggi Hati" menyajikan gambaran perasaan rindu, kesepian, dan perjuangan hati dalam mencapai pertemuan. Konflik internal dan keegoisan yang dihadapi oleh kedua individu menciptakan lapisan emosional yang mendalam. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kompleksitas hubungan dan tantangan yang mungkin timbul akibat ego dan keengganan untuk mengalah.

Puisi
Puisi: Tinggi Hati
Karya: Nursjamsu Nasution
    Biodata Nursjamsu Nasution:
    • Edjaan Tempo Doeloe: Nursjamsu Nasution.
    • Ejaan yang Disempurnakan: Nursyamsu Nasution.
    • Nursjamsu Nasution adalah penyair Angkatan '45.
    • Nursjamsu Nasution lahir di Lintau, Sumatra Barat, pada tanggal 6 Oktober 1921.
    • Nursjamsu Nasution meninggal dunia di Jakarta pada tahun 1995.
    © Sepenuhnya. All rights reserved.