Puisi: Bila Malam Hujan (Karya Wing Kardjo)

Puisi "Bila Malam Hujan" karya Wing Kardjo merangkum rasa kerinduan dan kenangan terhadap seseorang yang telah meninggal.
Bila Malam Hujan
Untuk Andy Djuandi


Bila malam hujan turun di halaman, aku ingat padamu, angin bertiup
daun-daun bergoyang. Ranting, dahan, batang, pohon semua kuyup.
Di dalam tanah, kau yang berselubungkan kain kafan kedinginan?
Tak bisa bergerak, tak bisa berteriak manja meminta selimut.

Air tetes dalam liang lahat. Semua basah dan lembab dalam tanah
bila hujan turun di halaman aku ingat pada yang tiada, daun-daun
bergoyang, pohon pisang, daun talas, kembang anggrek
dan semua tanaman yang dirawat ibumu.

Tapi kau tentu tak terkurung di bawah tanah
kesepian dan tanpa teman. Kau masih juga
menjinakkan kuda,

memacunya di bukit-bukit, di lembah ngarai,
di pantai landai, dalam udara terbuka
hawa selalu nyaman seperti sorga.


Sumber: Fragmen Malam, Setumpuk Soneta (1997)

Analisis Puisi:
Puisi "Bila Malam Hujan" karya Wing Kardjo adalah sebuah karya sastra yang merangkum rasa kerinduan dan kenangan terhadap seseorang yang telah meninggal.

Gambaran Alam dan Hujan: Puisi ini dibuka dengan deskripsi malam yang hujan turun, dengan hujan yang menunjukkan atmosfer yang berduka dan hening. Hujan adalah elemen alam yang sering digunakan dalam puisi untuk menciptakan suasana dan merangsang perasaan pembaca. Hujan turun menggambarkan perasaan yang mendalam dan juga sebagai simbol pembasahan dan penyucian.

Kenangan dan Rindu: Puisi ini merangkum kerinduan penulis terhadap seseorang yang telah meninggal. Ia mengingat individu tersebut saat hujan turun. Hujan yang basah dan lembab mengingatkannya pada kenangan tersebut. Ada perasaan kerinduan yang mendalam di antara baris-baris puisi ini.

Tanaman dan Ibu: Puisi ini menciptakan gambaran tentang tanaman dan kehadiran ibu. Tanaman yang disebutkan menciptakan nuansa alam yang hidup dan bersemangat. Referensi kepada ibu dan tanaman yang dirawatnya membawa kehangatan dan kenangan ke dalam puisi. Ini menunjukkan bagaimana alam dan kenangan-kenangan pribadi bersinggungan dan mengisi ruang dalam perasaan penulis.

Keberlanjutan Hidup: Meskipun puisi ini meresapi perasaan kehilangan, ia juga menciptakan gambaran yang indah tentang kehidupan setelah kematian. Penulis merasa yakin bahwa orang yang telah meninggal masih hidup dan menikmati kebebasan dan kebahagiaan. Gambaran kuda yang berpacu di alam bebas dan udara yang nyaman menggambarkan kebebasan dan kemungkinan kehidupan setelah kematian.

Puisi "Bila Malam Hujan" menciptakan perasaan kerinduan dan kenangan terhadap seseorang yang telah meninggal. Wing Kardjo menggunakan gambaran alam dan hujan untuk menciptakan nuansa yang mendalam dan mendalam. Puisi ini mencerminkan bagaimana alam dan kenangan pribadi dapat bersinggungan dan merangsang perasaan manusia. Selain itu, puisi ini juga menciptakan gambaran tentang kehidupan setelah kematian, dengan perasaan keyakinan dan optimisme tentang apa yang mungkin terjadi setelah kepergian seseorang.

Puisi Wing Kardjo
Puisi: Bila Malam Hujan
Karya: Wing Kardjo

Biodata Wing Kardjo:
  • Wing Kardjo Wangsaatmadja lahir pada tanggal 23 April 1937 di Garut, Jawa Barat.
  • Wing Kardjo Wangsaatmadja meninggal dunia pada tanggal 19 Maret 2002 di Jepang.
© Sepenuhnya. All rights reserved.