Puisi: Sang Waktu Berbisik (Karya Fridolin Ukur)

Puisi "Sang Waktu Berbisik" karya Fridolin Ukur merenungkan tentang waktu, usia, dan perjalanan hidup. Melalui gambaran visual, personifikasi ...
Sang Waktu Berbisik
Melepas J.J.Songan memasuki masa emeritus


Sang waktu berbisik
di sela-sela angin senja;
sang waktu berbisik
bersama desah dedauan rontok;

kuketuk jantung waktu
kuketuk jendela-jendela senja
di perjalanan menepi lorong kehidupan

detik-detik waktu menjalar
merambat memenuhi seluruh dinding
bersama gerak jarum jam:
tak ... tik ...
tak ... tik ...
tak ... tik ...

lalu terhenti
menunjuk pukul usia: enam puluh tahun!

Sang waktu menggeliat
ingin berkata:
sudah sampai kurun sejarah kita
kampus ini tetap terjaga!

Alam pun tiba-tiba melepas isyarat pada kita
kita berada di perbatasan usia
awal kurun waktu manula!

Inilah angka keindahan
untuk pamit sebelum disuruh pergi!


Analisis Puisi:
Puisi "Sang Waktu Berbisik" karya Fridolin Ukur adalah karya yang merenungkan tentang waktu, penuaan, dan perjalanan hidup.

Personifikasi Waktu: Dalam puisi ini, waktu diberikan atribut manusia dengan menyebutkannya sebagai "Sang waktu." Ini adalah contoh personifikasi di mana waktu diperlakukan sebagai entitas hidup yang memiliki kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia.

Hubungan dengan Alam: Puisi ini menciptakan hubungan antara waktu dan alam. Saat "waktu berbisik," ini terjadi "di sela-sela angin senja" dan "bersama desah dedauan rontok." Hubungan antara waktu dan alam menciptakan suasana yang tenang dan merenung.

Gambaran Visual: Puisi ini menggambarkan gambaran visual yang kuat tentang detik-detik waktu dan perubahan yang terjadi seiring berjalannya waktu. Misalnya, gambaran jarum jam yang bergerak dan berhenti di pukul usia 60 tahun menciptakan citra visual yang kuat tentang penuaan.

Simbolisme Usia: Puisi ini menggambarkan waktu berhenti pada usia 60 tahun. Ini adalah simbol usia, dan mungkin menggambarkan penjelasan tokoh dalam puisi bahwa dia telah mencapai usia yang lebih tua. Pilihan usia 60 tahun mungkin juga merujuk pada periode seumur hidup yang memadai untuk memahami waktu dan perjalanan hidupnya.

Perpisahan dan Pamit: Puisi ini menciptakan suasana perpisahan atau pamitan dengan menyinggung "pamit sebelum disuruh pergi." Ini bisa diartikan sebagai pemahaman bahwa seseorang mendekati akhir hidupnya dan merenungkan perjalanan hidupnya.

Nilai Kehidupan: Puisi ini mungkin mencoba menyampaikan pesan bahwa meskipun kita menua dan waktu terus berjalan, kehidupan memiliki nilai yang tetap. Perjalanan hidup seseorang dan pengalaman yang mereka dapatkan selama kurun waktu mereka masih berharga dan berarti.

Struktur Puisi: Puisi ini memiliki struktur yang khas dengan pengulangan "tak ... tik ..." yang menggambarkan bagaimana waktu bergerak dalam langkah-langkah teratur dan terukur. Ini menciptakan ritme dalam puisi dan menggambarkan gerak jarum jam.

Secara keseluruhan, "Sang Waktu Berbisik" adalah sebuah puisi yang merenungkan tentang waktu, usia, dan perjalanan hidup. Melalui gambaran visual, personifikasi waktu, dan simbolisme usia, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna kehidupan dan perjalanan menuju penuaan.

Puisi
Puisi: Sang Waktu Berbisik
Karya: Fridolin Ukur

Biodata Fridolin Ukur:
  • Fridolin Ukur lahir di Tamiang Layang, Kalimantan Tengah, pada tanggal 5 April 1930.
  • Fridolin Ukur meninggal di Jakarta, pada tanggal 26 Juni 2003 (pada umur 73 tahun).
© Sepenuhnya. All rights reserved.