Bisikan Waktu
Hadiah ulang tahun istriku, Sri yang ke-59,
13 Oktober 1992
Waktu pun berbisik:
hari berlalu
pekan menghilang
bulan pun usai tertawa;
lembar-lembar penanggalan
habis tercabik satu-satu
Usia merambat menambah perhitungan!
Saat yang paling indah
ketika hati menjenguk ke dalam diri
diharumi wewangi senja
pertanda sebuah kesadaran
musim segera akan berganti:
penghujung batas lima puluhan
menjelang kurun enam puluhan
Waktu pun berbisik:
pengalaman yang berserakan
jejak-jejak yang ditinggalkan
adalah kelopak-kelopak bunga cinta,
sebuah bunga rampai
mekar di tangkai;
seperti bianglala menganyam mimpi
meraih, menggapai, memeluk fajar
sebuah harapan tak pernah pudar!
Aku pun ikut berbisik:
Perjalanan ini, sayang
bukannya ruang sempit dan lorong sepi!
Kembara ini, kasih
adalah jalan lebar menyemai cinta
di atas bumi
di antara sesama!
Dan kita berdua
berpegangan tangan
membuat senja terus berkepanjangan
sampai kekekalan
Puisi: Bisikan Waktu
Karya: Fridolin Ukur
Catatan:
- Fridolin Ukur lahir di Tamiang Layang, Kalimantan Tengah, pada tanggal 5 April 1930.
- Fridolin Ukur meninggal di Jakarta, pada tanggal 26 Juni 2003 (pada umur 73 tahun).
Baca juga: Sajak karya OR Mandank