Puisi: Bakauhuni (Karya Maghfur Saan)

Puisi "Bakauhuni" karya Maghfur Saan menggambarkan perjalanan emosional dan spiritual seseorang melintasi laut, dengan segala keindahan dan ...
Bakauhuni
bagi: Isbedy Stiawan Z.S.


melintasi selat sunda,
serupa menciumi wajah putri halimun yang menggelombang
tubuhnya mengapung menunggu sang pengembara singgah
mendayung hasrat yang menggejolak.

rupanya kau yang mengirim ombak di keningku
dari rumah puisi, sisa-sisa kopi semalam, dan getah karet
yang kau sadap dari pasang surut usiamu

pelabuhan ini telah sedewasa perawan
dari bibirnya mengunyah gumam penantian
ribuan para peragu mencoba menanamkan anggur di mulutnya
sambil menebar dongeng tentang kota yang mengapung di laut
mungkin kita hanya bisa membaui desahnya

beberapa jengkal lagi aku dapat menginjakkan kaki
dan merengkuh bumi coklat tempat kau melinting ribuan puisi
dengan jampa-jampi daun lada yang kauambil dari dasar rawa-rawa bertuah
mengapa bukan asapnya yang kaukepulkan ke pantai
untuk merayu segala cuaca selagi tanganku menyibak angin yang membadai?


Analisis Puisi:
Puisi "Bakauhuni" yang ditulis oleh Maghfur Saan merupakan karya sastra yang penuh dengan imaji, metafora, dan makna yang dalam. Puisi ini menggambarkan perjalanan emosional dan spiritual seseorang melintasi laut, dengan segala keindahan dan perjuangannya.

Imaji Laut dan Alam: 
Puisi ini mengawali dengan penggambaran perjalanan seseorang melintasi laut, yang disamakan dengan menciumi wajah putri Halimun yang menggelombang. Ini menghadirkan gambaran visual dan sensorial tentang laut yang berombak, dengan sentuhan keanggunan yang juga bisa mengancam.

Metafora Emosi dan Perjuangan: "Tubuhnya mengapung menunggu sang pengembara singgah, mendayung hasrat yang menggejolak." Di sini, laut bukan hanya menggambarkan fisik, tetapi juga perasaan dan emosi yang mengapung di dalamnya. "Mendayung hasrat yang menggejolak" menunjukkan perjuangan internal seseorang dalam menghadapi dorongan-dorongan batinnya.

Hubungan dengan Alam dan Kehidupan: "Rupanya kau yang mengirim ombak di keningku dari rumah puisi, sisa-sisa kopi semalam, dan getah karet yang kau sadap dari pasang surut usiamu" merujuk pada hubungan yang erat antara individu dengan alam dan pengalaman hidupnya. Puisi ini menggambarkan bagaimana pengalaman dan kenangan, seperti sisa-sisa kopi dan getah karet, dapat membentuk dan mempengaruhi perjalanan emosional seseorang.

Metafora Pelabuhan dan Penantian: "Pelabuhan ini telah sedewasa perawan, dari bibirnya mengunyah gumam penantian" menggambarkan pelabuhan sebagai entitas yang menunggu dan penuh dengan harapan. Metafora perawan dan penantian menggambarkan ekspektasi dan keinginan yang tertanam dalam perjalanan ini.

Makna Kehidupan dan Kematangan: "Ribuan para peragu mencoba menanamkan anggur di mulutnya sambil menebar dongeng tentang kota yang mengapung di laut mungkin kita hanya bisa membaui desahnya." Ini merujuk pada upaya manusia untuk mencari makna dan kebahagiaan dalam perjalanan hidupnya. Referensi anggur dan dongeng menciptakan gambaran tentang usaha manusia dalam mencapai kematangan dan kebahagiaan, meskipun kadang-kadang hanya bisa merasakan dan merenungkan.

Kedalaman Spiritual dan Pertemuan: "Beberapa jengkal lagi aku dapat menginjakkan kaki dan merengkuh bumi coklat tempat kau melinting ribuan puisi dengan jampa-jampi daun lada yang kauambil dari dasar rawa-rawa bertuah" merujuk pada momen puncak perjalanan, di mana individu hampir mencapai tujuan.

Pertanyaan dan Refleksi: "Pelabuhan ini telah sedewasa perawan, dari bibirnya mengunyah gumam penantian, mengapa bukan asapnya yang kaukepulkan ke pantai untuk merayu segala cuaca selagi tanganku menyibak angin yang membadai?" Puisi ini diakhiri dengan pertanyaan reflektif tentang pilihan dan makna dalam perjalanan hidup. Pertanyaan ini menggambarkan keraguan, ketidakpastian, dan keingintahuan manusia terhadap arah yang diambil dan tindakan yang dilakukan.

Puisi "Bakauhuni" karya Maghfur Saan merupakan sebuah karya sastra yang kaya akan makna dan imaji. Melalui metafora alam dan perjalanan, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna kehidupan, perjuangan internal, dan hubungan manusia dengan alam dan pengalaman. Dengan bahasa yang indah dan penuh imaji, Maghfur Saan berhasil menggambarkan kompleksitas dan keragaman emosi serta makna dalam perjalanan hidup.

Puisi: Bakauhuni
Puisi: Bakauhuni
Karya: Maghfur Saan

Catatan:
  • Maghfur Saan lahir di Batang, pada tanggal 15 Desember 1950.
© Sepenuhnya. All rights reserved.