Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Ibu di Kursi Beroda (Karya Karno Kartadibrata)

Puisi "Ibu di Kursi Beroda" karya Karno Kartadibrata menggambarkan seorang ibu yang duduk di kursi beroda, mungkin sedang sendirian di suatu sore.
Ibu di Kursi Beroda

Ibu di kursi beroda
dari jendela datangnya
ketika sore sendiri
menulis di meja kayu jati

Berjatuhan cahaya-cahaya
dari kerudung, kain dan selopnya
"Kau tetap melihat jam
sampai ukuran-ukuran yang dalam
sampai ke dentang-dentang?
Masihkah kau membaca
mengusap huruf-huruf
di saat tidur
kau tetap mendengar suara laut?"

Bandung, 1971

Sumber: Picnic (2009)

Analisis Puisi:

Puisi "Ibu di Kursi Beroda" karya Karno Kartadibrata menggambarkan seorang ibu yang duduk di kursi beroda, mungkin sedang sendirian di suatu sore. Puisi ini mengeksplorasi hubungan emosional antara seorang anak (atau narator) dengan ibunya, dengan fokus pada momen-momen intim di sekitar ibu.
  • Gambaran Fisik dan Emosional Ibu: Puisi ini dimulai dengan deskripsi fisik ibu yang duduk di kursi beroda. Terdapat penekanan pada cahaya yang jatuh dari kerudung, kain, dan selop ibu, yang menciptakan gambaran yang hangat dan intim. Hal ini menunjukkan perhatian dan pengamatan yang seksama terhadap ibu, serta kehadiran emosional yang kuat.
  • Keterhubungan dengan Alam dan Waktu: Puisi ini mengaitkan ibu dengan alam (suara laut) dan waktu (melihat jam, mengusap huruf-huruf), menyoroti keterhubungan ibu dengan lingkungannya dan kesadaran akan waktu. Ini mencerminkan peran ibu dalam mempertahankan dan mengelola rumah tangga serta mengurus keluarga.
  • Suasana dan Atmosfer: Atmosfer puisi ini sangat tenang dan penuh rasa, dengan suasana sore yang sendu namun hangat. Ada ketenangan dalam deskripsi ibu yang sedang melakukan kegiatan sehari-hari, seperti menulis di meja kayu jati, yang menciptakan gambaran rumah tangga yang damai.

Bahasa dan Struktur

  1. Bahasa Deskriptif dan Simbolis: Karno Kartadibrata menggunakan bahasa yang deskriptif untuk mengekspresikan kedalaman emosi dan keintiman hubungan anak dengan ibunya. Simbolisme cahaya dari kerudung dan kain ibu mungkin merujuk pada kehangatan dan perlindungan yang diberikan oleh ibu kepada keluarganya.
  2. Ritme dan Pengulangan: Puisi ini menggunakan ritme yang tenang dan alur yang mengalir, dengan pengulangan kata-kata seperti "kau tetap" yang memberikan kesan reflektif dan mendalam. Hal ini memperkuat tema tentang kehadiran dan peran ibu yang konsisten dalam kehidupan sehari-hari.
  3. Makna Filosofis dan Refleksi Pribadi: Melalui gambaran ibu yang duduk di kursi beroda, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang nilai-nilai keluarga, keterhubungan dengan alam, dan pentingnya waktu dalam hubungan keluarga. Ini bukan hanya sekedar deskripsi fisik, tetapi juga refleksi tentang makna keberadaan ibu dalam kehidupan seorang anak.
Puisi "Ibu di Kursi Beroda" karya Karno Kartadibrata adalah sebuah karya yang menggambarkan keintiman dan kedalaman hubungan antara seorang anak dengan ibunya melalui gambaran-gambaran yang indah dan simbolis. Dengan bahasa yang padu dan penggunaan simbolisme yang halus, puisi ini menangkap esensi dari peran seorang ibu dalam memberi dan merawat, serta keterhubungan yang erat antara anggota keluarga dengan alam dan waktu. Ini adalah puisi yang mengajak pembaca untuk merenungkan tentang nilai-nilai keluarga dan keintiman dalam hubungan ibu dan anak.

Karno Kartadibrata
Puisi: Ibu di Kursi Beroda
Karya: Karno Kartadibrata

Biodata Karno Kartadibrata:
  • Karno Kartadibrata lahir pada tanggal 10 Februari 1945 di Garut, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.