Puisi: Kejujuran (Karya Karsono H. Saputra)

Puisi "Kejujuran" karya Karsono H. Saputra mengeksplorasi nilai-nilai kehidupan seperti kejujuran, kesederhanaan, dan ketulusan dalam konteks ...
Kejujuran


aku lebih banyak tinggal di kepala kanak-kanak atau
bahkan orang bodoh

aku tidak suka orang pintar karena mereka lebih sering
mengejekku dengan manipulasi dan perekayasaan

aku lebih dekat orang miskin dan orang sederhana
karena mereka selalu menerima apa adanya

aku berada bersama rakyat jelata karena mereka tidak
bicara dengan mulut dan kepala tetapi bicara dengan rasa
aku mengindari para penguasa karena mereka tak
sama antara kata, rasa, kepala, dan cita

dulu sekali
aku sering menyelinap di hati nurani
tetapi, kini, makin sedikit orang yang memilikinya
maka, aku lebih banyak tersia-sia

Sumber: Purnama Menyentuh Stupa (2004)

Analisis Puisi:
Puisi "Kejujuran" karya Karsono H. Saputra menggambarkan pandangan dan nilai-nilai hidup penyair terhadap dunia sekitarnya. Dalam pengamatan dan ekspresinya, penyair mengeksplorasi tema kejujuran, sikap terhadap orang pintar, miskin, sederhana, rakyat jelata, dan penguasa.

Pandangan Terhadap Orang Pintar dan Orang Bodoh: Penyair mengekspresikan ketidakgemarannya terhadap orang pintar karena persepsinya bahwa mereka sering menggunakan manipulasi dan perekayasaan. Sebaliknya, penyair merasa lebih dekat dengan kepala kanak-kanak atau orang bodoh. Ini mungkin mencerminkan keinginan penyair untuk menjaga kesederhanaan dan ketulusan, yang sering kali dianggap hilang ketika seseorang terlalu pintar atau cenderung manipulatif.

Kedekatan dengan Orang Miskin dan Sederhana: Penyair menyatakan bahwa ia lebih dekat dengan orang miskin dan orang sederhana karena mereka menerima apa adanya. Hal ini menunjukkan apresiasi terhadap kemampuan menerima realitas tanpa tuntutan atau harapan berlebihan, sesuatu yang dianggapnya sulit ditemui pada orang-orang yang lebih berkecukupan.

Kesamaan dengan Rakyat Jelata dan Penghindaran terhadap Penguasa: Penyair merasa bersama rakyat jelata karena mereka dianggapnya bicara dengan rasa, bukan hanya dengan mulut dan kepala. Sementara itu, penyair menghindari para penguasa karena melihat ketidaksesuaian antara kata-kata, rasa, kepala, dan cita dalam tindakan mereka. Hal ini mencerminkan ketidakpercayaan penyair terhadap ketidaksesuaian dan ketidakjujuran di kalangan penguasa.

Perubahan dalam Hati Nurani dan Kehilangan Kejujuran: Penyair merinci bahwa dulu ia sering menyelinap di hati nurani, tetapi kini semakin sedikit orang yang memilikinya. Pernyataan ini dapat diartikan sebagai refleksi terhadap perubahan dalam masyarakat atau kemanusiaan yang mengarah pada kehilangan kejujuran dan nilai-nilai moral.

Pilihan Kata dan Gaya Bahasa yang Sederhana: Penyair menggunakan bahasa yang sederhana dan langsung, mencerminkan nilai-nilai kesederhanaan yang ditekankan dalam isi puisi. Gaya bahasanya menciptakan keterbacaan dan kedekatan dengan pembaca, sejalan dengan tema kesederhanaan dan kejujuran yang diusung.

Puisi "Kejujuran" karya Karsono H. Saputra mengeksplorasi nilai-nilai kehidupan seperti kejujuran, kesederhanaan, dan ketulusan dalam konteks pandangan hidup penyair. Melalui pernyataan pribadinya terhadap orang pintar, miskin, sederhana, rakyat jelata, dan penguasa, penyair menciptakan narasi yang menggambarkan penghormatan terhadap kejujuran dan sikap terbuka terhadap kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat. Gaya bahasanya yang sederhana dan lugas memberikan kejelasan dalam menyampaikan pemikiran dan perasaan penyair kepada pembaca.

Puisi: Kejujuran
Puisi: Kejujuran
Karya: Karsono H. Saputra
© Sepenuhnya. All rights reserved.