Puisi: Ragu (Karya Karsono H. Saputra)

Puisi "Ragu" menggambarkan kerumitan dan ketidakpastian dalam perasaan, dituangkan melalui metafora rindu, prasangka, dan harapan.
Ragu


rindu yang kemarin kau kirim
    terjuntai di ujung mimpi
ada ragu, karena matamu menyimpan prasangka
mungkin masih ada waktu tersisa
    tetapi matahari sudah lelah menghela asa
    bulan pun enggan berbagi rasa
    cuma langit yang belum bicara
maka, tak perlu berpura
angin akan memilih:
    menabur aroma atau jelaga


Sumber: Purnama Menyentuh Stupa (2004)

Analisis Puisi:
Puisi "Ragu" karya Karsono H. Saputra membawa pembaca dalam perjalanan emosional yang penuh dengan rindu, ragu, dan harapan.

Rindu dalam Mimpi: Baris pembuka menciptakan gambaran rindu yang diutus melalui mimpi. Rindu yang "terjuntai di ujung mimpi" mencirikan pengalaman yang terasa begitu dekat, namun terasa begitu jauh.

Ragu dan Prasangka dalam Matamu: Penggunaan kata "ragu" dan referensi terhadap "matamu yang menyimpan prasangka" menghadirkan elemen ketidakpastian dan keraguan dalam hubungan atau perasaan. Ini menunjukkan bahwa hubungan mungkin tidak sepenuhnya transparan atau terbuka.

Waktu yang Tersisa namun Matahari Sudah Lelah Menghela Asa: Analogi tentang matahari yang lelah dan bulan yang enggan berbagi rasa menciptakan citra kelelahan dan kekosongan. Ini bisa diartikan sebagai pelambanan terhadap waktu yang terbatas dan perasaan yang semakin pudar.

Langit yang Belum Bicara: Langit yang belum bicara menciptakan rasa misteri dan harapan. Dalam konteks puisi ini, langit dapat diartikan sebagai perwakilan dari potensi atau kemungkinan yang belum terungkap.

Tak Perlu Berpura, Angin Akan Memilih: Penggunaan frasa "tak perlu berpura" menunjukkan kejujuran dan keberanian untuk menghadapi realitas. Pemilihan angin sebagai penentu membawa elemen alam yang memberikan ketentuan pada perkembangan perasaan.

Menabur Aroma atau Jelaga: Akhir puisi ini menciptakan perbandingan antara "menabur aroma" dan "jelaga." Ini dapat diartikan sebagai pilihan yang harus dibuat, di mana kedua pilihan itu mewakili konsekuensi dari hubungan atau perasaan yang dijelaskan dalam puisi.

Puisi "Ragu" menggambarkan kerumitan dan ketidakpastian dalam perasaan, dituangkan melalui metafora rindu, prasangka, dan harapan. Karsono H. Saputra menggunakan bahasa yang kuat untuk menciptakan gambaran yang menggugah perasaan dan merangsang refleksi terhadap keadaan emosional yang kompleks.

Puisi: Ragu
Puisi: Ragu
Karya: Karsono H. Saputra
© Sepenuhnya. All rights reserved.