Puisi: Selamat Pagi (Karya Karsono H. Saputra)

Puisi "Selamat Pagi" tidak hanya menyoroti masalah-masalah sosial, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenung dan bertanya tentang tanggung jawab ...
Selamat Pagi

selamat pagi. sudahkan tuan baca koran hari ini?
apa komentar tuan tentang banjir dan bah dan
tanah longsor dan gempa bumi di seluruh negeri?
kuasa alam, tuan bilang? dan musibah? alam
mahabijaksana, tuan tahu itu. kemarahan alam
karena semena-menaan. dan tuan selalu diam
karena tuan juga punya kepentingan. jadi, kini
tuan mau cuci tangan dan pura-pura jadi
pahlawan?

selamat pagi. sudahkan tuan baca koran hari ini?
apa pendapat tuan tentang penggusuran dan
penertiban, yang selalu dengan penindasan? di
mana kedudukan tuan? kepentingan apa dan siapa
yang tuan pertahankan?

selamat pagi. sudahkan tuan baca koran hari ini?
apa pendapat tuan tentang pencurian dan
penipuan dan penggelapan dan akal-akalan yang
dilakukan kelompok tuan? tuan tidak tau? atau
pura-pura tidak tahu? atau tuan malu karena diam-
diam tuan juga berbuat begitu?

selamat pagi. telalu banyak hal buruk yang
sebenarnya tuan ketahui tetapi tuan tak melakukan
apa-apa atau tak berani melakukan apa-apa
karena kepala tuan dan kaki tuan dan tangan tuan
bahkan juga kepala tuan tergadai oleh hasrat dan
keinginan tuan bahkan juga tindakan anak dan istri
dan keponakan tuan.

jadi? apa yang harus aku katakan? masihkah tuan
diperlukan di negeri ini

Sumber: Purnama Menyentuh Stupa (2004)

Analisis Puisi:
Puisi "Selamat Pagi" karya Karsono H. Saputra menghadirkan nada kritik dan sindiran terhadap keadaan sosial dan politik di Indonesia.

Pertanyaan Retoris sebagai Gaya Bahasa Utama: Puisi ini diawali setiap bait dengan pertanyaan retoris yang tajam dan menggugah. Pertanyaan-pertanyaan ini tidak hanya menyampaikan kegelisahan penyair, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenungkan dan mengevaluasi keadaan sekitarnya.

Kritik terhadap Keadaan Alam dan Musibah: Penyair membawa isu-isu lingkungan, seperti banjir, tanah longsor, dan gempa bumi, dan menyoroti kemarahan alam. Namun, kritik tersebut juga meluas ke tindakan manusia yang dinilai seringkali semena-mena dan merugikan alam.

Penggusuran dan Penertiban dengan Sentuhan Penindasan: Penyair menyuarakan ketidaksetujuannya terhadap penggusuran dan penertiban yang terkesan melibatkan penindasan terhadap warga. Ia menanyakan kedudukan dan kepentingan pihak yang bertanggung jawab atas tindakan ini.

Kritik terhadap Pencurian, Penipuan, dan Akal-akalan: Penyair mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menunjukkan ketidakpuasan terhadap tindakan pencurian, penipuan, penggelapan, dan akal-akalan yang mungkin dilakukan oleh kelompok atau individu tertentu. Ia mengeksplorasi keberanian atau keengganan untuk menanggapi dan mengatasi masalah ini.

Kritik terhadap Kepemimpinan dan Keengganan Bertindak: Puisi ini mencerminkan ketidakpuasan penyair terhadap pemimpin atau pihak yang memiliki kekuasaan, yang dianggap terlalu enggan atau terhalang oleh kepentingan pribadi untuk bertindak mengatasi masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.

Pertanyaan tentang Tanggung Jawab dan Keterlibatan: Penyair mengangkat isu tentang tanggung jawab pribadi dan keterlibatan dalam menghadapi ketidakadilan atau masalah-masalah sosial. Ia menyoroti kecenderungan orang untuk diam atau tidak melakukan tindakan nyata.

Penggambaran Ketergantungan pada Hasrat dan Kepentingan Pribadi: Puisi ini mengungkapkan ketergantungan pada hasrat, keinginan, dan tindakan individu yang mungkin merugikan orang lain. Kepala, kaki, dan tangan yang tergadai menciptakan citra tentang kehilangan kemandirian dan kendali diri.

Puisi "Selamat Pagi" adalah puisi kritis yang tidak hanya menyoroti masalah-masalah sosial, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenung dan bertanya tentang tanggung jawab bersama dalam menciptakan perubahan. Gaya bahasa yang tajam dan pertanyaan-pertanyaan retoris menjadi sarana penyampaian pesan kritis penyair terhadap berbagai isu di Indonesia.

Puisi: Selamat Pagi
Puisi: Selamat Pagi
Karya: Karsono H. Saputra
© Sepenuhnya. All rights reserved.