Puisi: Hari Kiamat bagi Seluruh Tiang Gantungan (Karya Sides Sudyarto D. S.)

Puisi "Hari Kiamat bagi Seluruh Tiang Gantungan" karya Sides Sudyarto D. S. adalah karya yang menyentuh dan menggambarkan pemandangan kehancuran .....
Hari Kiamat bagi Seluruh Tiang Gantungan


Bumimu telah bergetar, saatnya telah tiba
Nuklir, hidrogen, baygon, sasa, ajinomoto, miwon
bercampur amoniak magma hawa nafsu lumat melebur
Melelahkan planet mungil ini.

Bukit demi bukit membelah
Gunung demi gunung meletus, langit mulai runtuh
Ada geledek dan taifun menyambar seluruh permukaan
Seluruh bumi luluh lumat

Tiang demi tiangmu melengkung tiarap
Hancur luluh bagai raga tanpa sukma
Atau sukma nanar tanpa raga
Sesat arah jarum jalanmu.

Batang demi batang tiang gantungan hancur. Meleleh.
Tangan tidak ketemu tangan. Jari tidak lagi ketemu jari.
Bibir tidak ketemu bibir. Otak tidak ketemu rongga.
Jantung tidak ketemu dada
Hati tidak ketemu Illahi.
Semua mati.

Akar demi akar tercerabut.
Awan demi awan kelam. Lidah lepas tenggorokan.
Rambut lepas kepala. Janji lepas tiada
Sudah sirna semua tiang gantungan.
Lenyap generasi demi generasi
Semua terluka dan sirna.


Sumber: Sajak-Sajak Tiang Gantungan (2002)

Analisis Puisi:
Puisi "Hari Kiamat bagi Seluruh Tiang Gantungan" karya Sides Sudyarto D. S. adalah karya yang menyentuh dan menggambarkan pemandangan kehancuran pada saat hari kiamat. Puisi ini menggambarkan gambaran dunia yang hancur akibat perbuatan manusia dan ancaman bencana alam. Berikut adalah analisis dari puisi ini:

Penghancuran Lingkungan: Puisi ini menunjukkan pemandangan kehancuran yang disebabkan oleh tindakan manusia terhadap lingkungan. Kata-kata seperti "nuklir," "hidrogen," "baygon," dan "amoniak" mencerminkan polusi dan kerusakan lingkungan yang diciptakan oleh manusia, yang menyebabkan bumi bergetar dan planet ini melelah.

Anakronisme: Puisi ini menggunakan gaya bahasa yang kuat dengan mencampurkan berbagai elemen modern seperti merek dagang ("sasa," "ajinomoto," "miwon") dengan elemen alam ("magma" dan "taifun"). Hal ini menciptakan efek kontras dan menguatkan perasaan tidak wajar dan kacau yang menyelimuti kehancuran di alam semesta.

Kehancuran Alam: Gambaran kehancuran yang diungkapkan dalam puisi ini sangat kuat, mulai dari bukit-bukit yang membelah, gunung-gunung yang meletus, hingga langit yang runtuh. Semua elemen alam terlibat dalam keruntuhan ini, menciptakan suasana yang menakutkan dan menghancurkan.

4. Metafora Tiang Gantungan: Metafora "tiang gantungan" digunakan untuk menggambarkan kehancuran dan kehilangan. Tiang gantungan menggambarkan seseorang yang tergantung dan tidak memiliki dukungan untuk bertahan. Dalam puisi ini, tiang gantungan melambangkan kehancuran dan kekosongan yang dirasakan oleh manusia pada saat hari kiamat.

Perasaan Keputusasaan: Puisi ini mencerminkan perasaan keputusasaan dan kebingungan manusia di tengah-tengah kehancuran. Semua elemen kehidupan menjadi kacau dan sirna, dan semua harapan dan janji terputus. Puisi ini mengeksplorasi perasaan kesepian, kehilangan, dan ketidakpastian yang menyelimuti saat-saat menjelang akhir dunia.

Efek Emosional: Puisi ini mengandung banyak imaji yang menggambarkan kehancuran dan keputusasaan, yang menciptakan efek emosional yang kuat pada pembaca. Penggunaan gambaran bencana alam dan kehancuran lingkungan menimbulkan perasaan ketakutan dan kecemasan tentang masa depan bumi.

Puisi "Hari Kiamat bagi Seluruh Tiang Gantungan" karya Sides Sudyarto D. S. adalah sebuah karya yang penuh dengan gambaran kehancuran dan keputusasaan pada saat hari kiamat. Puisi ini menyoroti kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh manusia dan mencerminkan perasaan kehilangan dan kesepian saat menghadapi akhir dunia. Melalui metafora tiang gantungan, puisi ini menggambarkan betapa rapuhnya eksistensi manusia dan lingkungannya ketika dihadapkan pada kehancuran. Puisi ini memberikan pesan yang kuat tentang pentingnya kepedulian dan tanggung jawab kita terhadap bumi dan lingkungannya.

Puisi: Hari Kiamat bagi Seluruh Tiang Gantungan
Puisi: Hari Kiamat bagi Seluruh Tiang Gantungan
Karya: Sides Sudyarto D. S.

Biodata Sides Sudyarto D. S.:
  • Sudiharto lahir di Tegal, Jawa Tengah, pada tanggal 14 Juli 1942.
  • Sudiharto meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 14 Oktober 2012.
  • Sudiharto menggunakan nama pena Sides Sudyarto D. S. (Sides = Seniman Desa. huruf D = nama ibu, yaitu Djaiyah. huruf S = nama ayah, yaitu Soedarno).
© Sepenuhnya. All rights reserved.