Puisi: Peto Syarif Gelar Tuanku Imam Bonjol (Karya Sides Sudyarto D. S.)

Puisi "Peto Syarif Gelar Tuanku Imam Bonjol" mengisahkan perjuangan dan keberanian seorang pemimpin agung, Tuanku Imam Bonjol, dalam menghadapi ...
Peto Syarif Gelar Tuanku Imam Bonjol
- 1864


Di alam Minangkabau dikau dilahirkan
Dibesarkan ayah dan bunda tercinta
Di usia dewasa 25 tahun diburu Belanda
Dari bukit ke bukit dari luhak ke luhak
Tiada menyerah pada perampok yang tamak

Imam Bonjol seumur hidupmu diburu peluru
Tiada hentinya lari dan menyerang
Anak istrimu habis dibunuh dengan keji
Dibantai disiksa penjajah yang bathil
Hidupmu selalu di ujung bedil

Tuanku Imam Bonjol sejak muda hingga tua
Kau pantang mundur terus bertempur
Dengan pedang di tangan, peluru di pinggangmu
Kau bergerak terus melancarkan perang gerilya

Tuanku, 15 tahun dikepung musuh angkara
Dan 25 tahun bergerilya tak jatuh runtuh
Kaupimpin terus rakyat berjuang
Membela Tanah Pusaka, mengabdi agama
Berjihad menuju Nusantara Merdeka


Sumber: Pahlawan dalam Puisi (1979)

Analisis Puisi:
Puisi "Peto Syarif Gelar Tuanku Imam Bonjol" mengisahkan perjuangan dan keberanian seorang pemimpin agung, Tuanku Imam Bonjol, dalam menghadapi penjajah Belanda di alam Minangkabau. Puisi ini menciptakan narasi epik perlawanan, dan melibatkan elemen-elemen sejarah serta nilai-nilai kepahlawanan yang kental.

Konteks Sejarah Minangkabau: Puisi ini dimulai dengan menciptakan latar belakang alam Minangkabau, tempat kelahiran Tuanku Imam Bonjol. Penyair merangkai narasi yang mencirikan keindahan alam dan budaya Minangkabau. Ini memberikan warna dan kekhasan pada kisah perlawanan yang kemudian akan diuraikan.

Perjuangan Melawan Penjajah: Penyair menggambarkan peristiwa krusial dalam hidup Tuanku Imam Bonjol, yakni pada usia 25 tahun ketika Belanda mengejar dan menyerangnya. Puisi menjelaskan betapa Tuanku Imam Bonjol menunjukkan ketangguhan dan keberanian dengan bergerilya dari bukit ke bukit, dari luhak ke luhak, menolak untuk menyerah pada penjajah yang tamak. Ini mencerminkan semangat perlawanan dan kegigihan dalam mempertahankan tanah air.

Tragedi dan Kesengsaraan Pribadi: Puisi juga menyoroti tragedi pribadi Tuanku Imam Bonjol, terutama pembantaian brutal yang menimpa keluarganya. Anak dan istri beliau dibantai dan disiksa oleh penjajah Belanda. Gambaran ini menambah dimensi dramatis dalam puisi, menciptakan simpati dan empati terhadap kesengsaraan pribadi pemimpin ini.

Semangat Perlawanan dan Jihad: Puisi menonjolkan semangat perlawanan dan jihad yang diemban oleh Tuanku Imam Bonjol. Dengan senjata di tangannya, beliau terus melancarkan perang gerilya selama 25 tahun, memberikan gambaran betapa teguh dan pantang mundur beliau dalam memimpin perlawanan rakyatnya. Jihad Tuanku Imam Bonjol juga diarahkan untuk membela Tanah Pusaka dan mengabdi pada agama, mengukir legenda kepahlawanan yang abadi.

Perlawanan yang Tidak Pernah Padam: Penyair menyoroti kegigihan Tuanku Imam Bonjol yang 15 tahun dikepung musuh tanpa meruntuhkan semangatnya. Bahkan dalam pengasingan dan pengepungan, beliau tetap memimpin rakyatnya. Puisi merangkai narasi tentang perlawanan yang tak pernah padam, dan keteguhan Tuanku Imam Bonjol dalam membela tanah airnya.

Puisi "Peto Syarif Gelar Tuanku Imam Bonjol" membangun epik kepahlawanan Tuanku Imam Bonjol dalam melawan penjajah Belanda. Melalui gambaran perjuangan pribadi dan semangat perlawanan yang tak tergoyahkan, puisi ini mengabadikan warisan kepahlawanan sang pahlawan dan menjadikannya simbol keberanian, keteguhan, dan pengabdian pada tanah air.

Puisi: Peto Syarif Gelar Tuanku Imam Bonjol
Puisi: Peto Syarif Gelar Tuanku Imam Bonjol
Karya: Sides Sudyarto D. S.

Biodata Sides Sudyarto D. S.:
  • Sudiharto lahir di Tegal, Jawa Tengah, pada tanggal 14 Juli 1942.
  • Sudiharto meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 14 Oktober 2012.
  • Sudiharto menggunakan nama pena Sides Sudyarto D. S. (Sides = Seniman Desa. huruf D = nama ibu, yaitu Djaiyah. huruf S = nama ayah, yaitu Soedarno).
© Sepenuhnya. All rights reserved.