Tarian Mer
……”…susu yang inilah, susu yang itulah…
Syair lagu dangdut itupun memantul ke dinding kayu, ke jendelaBerkelambu, gerit lantai kayu melambungkan tubuh yang landaiPara perempuan yang meraung dengan senyuman terus berderaiDari pinggul dan paha paha mereka berloncatan lintah, kalajengkingDan ular, dan malam yang lebih dulu merah padamPuing puing sepi seketika luluh lantak dalam hisapan apiDari bahu dan lengan lengan mereka terlontar pecahan kaca,Dan duri, dan malam yang telah menyisakan bara arang
Tubuh beling yang tak henti bergeliat, menjelmakan bayangbayang luka sepi luka-lukamu, luka senyap luka-lukaku, luka hampaluka-luka batu, luka melolong dalam serigala luka, luka mengaum,macan luka, jadi serbuk atau gelembung setubuh setubuh
……” susu yang inilah, susu yang itulah..”
Irama arang yang bertebaran bilik bilik kayu mendidihkanWaktu terasa sangat tajam menyodorkan perih jurang terjalOtot dan kelenjar besi lelaki yang terpotong potong sudahDi situ, tubuh kaca yang menari melepas dua payudara pecah,Wajah berbedak pecah, membelah udara dan tenggelamMalam merah hitam memanjat ke ujung ujung kepedihanLebih tinggi mengangkat tubuh makin tinggi membubungSesaat ciuman api yang menghanguskan melenyapkanSisa sayatan membekas teramat panjang,Hidup terbelalak sejenak bahu, lengan, payudara, zakar,gerit kayu, melepaskanmu gelombang abu
Muara Teweh, 2014
Puisi: Tarian Mer
Karya: Wahyu Prasetya
Catatan:
- Eko Susetyo Wahyu Ispurwanto lahir pada tanggal 5 Februari 1957 di Malang, Jawa Timur.