Puisi: Pendurhaka (Karya Sutan Iwan Soekri Munaf)

Puisi "Pendurhaka" karya Sutan Iwan Soekri Munaf mengundang pembaca untuk merenungkan tentang eksistensi manusia dan perjalanan menuju ....
Pendurhaka
pada roedy irawan syafrullah


malinkundang itu aku
sangkuriang itu aku
dari batu dan gunung kesombongan
tinggalkan rumah cari kedamaian
yang risi
si penduka itu aku
si perindu itu aku
yang berlayar dari kubang pilu
yang diantar mentari kelabu
ingin membunuh ayahnya juga mengaguminya
ingin kembangkan citranya juga mengurungnya
batas apa dari si penduka, o malinkundang wahai!
batas apa dari si perindu, o sangkuriang wahai!
pintu kelam senantiasa menghablur – satu
lewat suara gedincak, itulah suara lagu rintihku
lewat suara getaran, itulah suara tembang-tangisku
yang tak kenal bundanya tapi mencintainya
yang tak kenal dirinya tapi mengharapkannya
dari batu dan ombak suaraku menyibak
: akulah malinkundang itu! akulah sangkuriang itu
(bunda…
kemalangan beruntun tak terhindarkan
malinkundang itu pergi-pesta ke disco-disco
sangkuriang itu terjerat di bordil-bordil
itulah aku:
yang tersenyum hampa tapi larutkan semangatmu
yang menjaga lautmu, yang meronai udaramu
(dan dari batu dan gunung keingkaran
kusebut nama: tuhan!)


1979

Sumber: Obsesi (1985)

Analisis Puisi:
Puisi "Pendurhaka" karya Sutan Iwan Soekri Munaf adalah sebuah karya sastra yang memadukan elemen-elemen puitis dan refleksi dalam sebuah narasi yang kompleks.

Identitas Ganda: Puisi ini menghadirkan tokoh-tokoh malinkundang dan sangkuriang sebagai simbol identitas ganda atau konflik internal seseorang. Penyair merasa sebagai kedua tokoh tersebut, menunjukkan ketidakpastian dan perjuangan dalam menemukan identitasnya.

Hubungan Ayah dan Anak: Puisi ini menciptakan gambaran hubungan yang rumit antara ayah dan anak, terutama dengan referensi pada Sangkuriang yang ingin "membunuh ayahnya juga mengaguminya." Hal ini mencerminkan konflik batin yang mungkin dirasakan oleh banyak anak dalam hubungan dengan orang tua mereka.

Perasaan Cinta dan Keterasingan: Puisi ini menggambarkan perasaan cinta dan keterasingan. Penyair merasa terisolasi dan mencari kedamaian yang "risi" dalam kehidupan yang penuh konflik. Seiring dengan itu, ada keinginan untuk mencintai dan dihargai, tetapi juga perasaan ingin "membunuh" atau menghindari hal yang disukai.

Simbolisme dan Metafora: Puisi ini mengandung simbolisme dan metafora yang kuat. Malinkundang dan Sangkuriang, batu dan gunung, serta suara-suaranya menciptakan citra-citra yang mendalam dan menghadirkan lapisan makna dalam puisi ini.

Keingkaran dan Tuhan: Puisi ini menciptakan kontras antara "keingkaran" dan "tuhan," menyoroti pertentangan dan pencarian makna spiritual. Penyair merujuk pada dirinya sendiri sebagai bagian dari keingkaran, tetapi juga mengaitkannya dengan nama Tuhan, mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan filosofis dan eksistensial.

Suara dan Musikalitas: Penyair menggunakan berbagai elemen suara dalam puisi ini, seperti "suara gedincak" dan "suara tembang-tangisku," untuk menciptakan efek musikalitas yang memperkuat ekspresi emosional dalam puisi.

Puisi "Pendurhaka" adalah karya sastra yang menghadirkan pemikiran yang dalam tentang identitas, hubungan, dan makna kehidupan. Dengan penggunaan bahasa yang kaya dan kompleksitas naratif, puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang eksistensi manusia dan perjalanan menuju pemahaman diri dan makna hidup.

Puisi Pendurhaka
Puisi: Pendurhaka
Karya: Sutan Iwan Soekri Munaf

Biodata Sutan Iwan Soekri Munaf:
  • Nama Sebenarnya adalah Drs. Sutan Roedy Irawan Syafrullah.
  • Sutan Iwan Soekri Munaf adalah nama pena.
  • Sutan Iwan Soekri Munaf lahir di Medan pada tanggal 4 Desember 1957.
  • Sutan Iwan Soekri Munaf meninggal dunia di Rumah Sakit Galaxy, Bekasi, Jawa Barat pada hari Selasa tanggal 24 April 2018.
© Sepenuhnya. All rights reserved.