Kepada Nasri dan Adikku yang Lain
biji-biji pilihanku sudah tumbuh
kemerdekaanku adalah nasip hidupku
jalan-jalan akan sepi sapa
kamarku akan tinggal kursi meja buku-buku
dan mesin ketik tua
sisanya hidup yang muram.
bila kau masuk kamar ku tak usah kau ketuk
di sini tak ada yang perlu ditutup-tutupi lagi
juga kemiskinan ini juga keasingan ini
tapi setiaku sampai bungkuk akan melahirkan
percakapan panjang lewat tulisan dan puisi
bila kau memandang kaca almari yang sudah belang sebagian
di pojok kamar itu
akan engkau dapati aku lagi menghitung utang
tetapi tetap menulis. tetap menulis.
barangkali selamanya aku tidak akan bisa melayakkan
hidup ibu dan kemelaratan hidup kita
dan ibu akan terus menuntut balas budi atas kelahiranku.
hidup ini mengecewakan
tetapi mengapa aku masih sempat berbahagia karenanya?
ibu semakin jauh saja rasanya kau dan aku.
Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)
Analisis Puisi:
Puisi "Kepada Nasri dan Adikku yang Lain" merupakan salah satu karya dari penyair Indonesia terkenal, Wiji Thukul. Puisi ini menggambarkan perasaan dan pikiran penyair tentang kehidupannya, kemerdekaan, kemiskinan, serta hubungannya dengan keluarganya.
Biji-Biji Pilihan dan Kemerdekaan: Puisi ini dimulai dengan bait "biji-biji pilihanku sudah tumbuh, kemerdekaanku adalah nasip hidupku," yang menggambarkan proses pertumbuhan dan perkembangan diri penyair. Biji-biji pilihan yang tumbuh bisa diartikan sebagai potensi atau aspirasi penyair yang telah mulai berkembang. Kemudian, kemerdekaan menjadi nasip hidupnya, menunjukkan bahwa penyair merasa kemerdekaan adalah bagian tak terpisahkan dari eksistensinya.
Kesendirian dan Kemiskinan: Bait-bait selanjutnya menjelaskan tentang kesendirian penyair. Jalan-jalan yang sepi dan kamar yang kosong menciptakan gambaran kesunyian dalam hidupnya. Kemiskinan juga menjadi tema sentral dalam puisi ini, terlihat dari pernyataan bahwa kamar hanya berisi kursi, meja, buku-buku, dan mesin ketik tua. Meskipun hidupnya miskin, penyair tetap setia pada tulisan dan puisi sebagai cara untuk mengatasi kemiskinan dan kesendirian.
Percakapan Panjang Lewat Tulisan dan Puisi: Puisi ini menggambarkan bahwa penyair memilih untuk menyuarakan pikiran dan perasaannya melalui tulisan dan puisi. Meskipun hidup dalam kemiskinan dan kesunyian, puisi menjadi alat untuk berbicara, berbagi, dan mengungkapkan diri. Puisi menjadi sarana untuk menghubungkan dirinya dengan dunia luar dan orang-orang di dalamnya.
Kemelaratan dan Tanggung Jawab Keluarga: Penyair mengakui kemelaratan hidupnya dan kesulitan untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya, terutama ibunya. Meskipun demikian, penyair tetap teguh dalam tekad untuk terus menulis. Ibu penyair, seperti yang terlihat dalam puisi, selalu menuntut balas budi atas kelahirannya, menunjukkan beban tanggung jawab yang selalu menghantuinya.
Pertanyaan tentang Kebahagiaan: Pada akhir puisi, penyair merenungkan mengapa dia masih bisa merasa bahagia meskipun hidupnya penuh dengan kesulitan. Ini menggarisbawahi kerentanannya sebagai individu yang mencoba untuk mencari makna dalam kehidupan yang keras. Mungkin kebahagiaan ditemukan dalam kemampuannya untuk mengekspresikan diri melalui puisi, meskipun hidupnya penuh dengan ketidakpastian.
Jarak antara Ibu dan Penyair: Bait terakhir menyiratkan bahwa jarak antara ibu dan penyair semakin besar. Ini mungkin mencerminkan perasaan penyair bahwa dia semakin menjauh dari keluarganya dalam perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan.
Puisi "Kepada Nasri dan Adikku yang Lain" karya Wiji Thukul adalah karya yang penuh dengan makna mendalam tentang perjuangan, kemiskinan, kesendirian, dan hubungan keluarga. Melalui puisi ini, penyair mencoba untuk menggambarkan konflik emosional dan moral dalam perjalanan hidupnya, serta peran tulisan dan puisi dalam menjembatikan kesenjangan antara kenyataan dan impian.
Karya: Wiji Thukul
Biodata Wiji Thukul:
- Wiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus 1963.
- Nama asli Wiji Thukul adalah Wiji Widodo.
- Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
