Pawai
menepi berteduh
pada bayangan kehidupan
terlihat mereka berlalu ...
didahului bunyi-bunyian, suling dan
ramai berdering, dendang memberati kaki
yang bergegas ke depan:
barongan, kepala naga
menyala merah terjulur lidah
mendengus, dan mata beringas liar
berguncang mengibas ekor,
ada yang bagai hantu meluncur
tidak melangkah, setiap tapak terhenti
mengangguk-angguk sebelum teruskan
perjalanan lagi
tampak bungkuk, cepat-cepat bayangan
hitam-hitam dan kerdil, memungut yang
tertinggal dalam debu di jalanan
siapa lagi berjubah putih, pandangan
kaku ke depan, buta arah tujuan karena
air mata berderaian
pawai meriah
suling melengking, berdering
menggoncang-gempita pusar bumi
yang berat dihimpit taburan bunga
mata uang dan kabut kemenyan tetapi
akhirnya membosankan juga:
pawai,
deretan kaki manusia
kaki,
puluhan, berjuta-juta
menggeser tanah dan pasir
bunyi kaki bergegas maju
kaki,
puluhan, berjuta-juta
bergegas maju
tak ada hentinya
Analisis Puisi:
Puisi "Pawai" karya Toeti Heraty merupakan sebuah karya yang memetakan dan mengobservasi sebuah peristiwa pawai dengan kedalaman emosi dan pemahaman sosial. Dengan penuh kecermatan, penyair menggambarkan berbagai elemen yang terlibat dalam pawai dan mencerminkan kompleksitas kehidupan serta dinamika masyarakat.
Bayangan Kehidupan: Puisi dimulai dengan gambaran bayangan kehidupan, menampilkan peristiwa pawai sebagai representasi dari kehidupan itu sendiri. Bayangan tersebut menciptakan suasana introspektif yang mengajak pembaca untuk merenungkan makna lebih dalam di balik peristiwa ini.
Bunyi-bunyian Pawai: Penyair menangkap elemen bunyi-bunyian pawai, seperti suling dan derap kaki, dengan sangat rinci. Bunyi-bunyian ini menciptakan suasana meriah dan dinamis yang menjadi bagian tak terpisahkan dari pawai. Pilihan kata-kata seperti "berdering," "dendang," dan "bergegas" memberikan ritme dan energi pada puisi.
Gambaran Karakter Pawai: Puisi menggambarkan berbagai karakter yang berpartisipasi dalam pawai, mulai dari barongan, kepala naga, hingga figur misterius yang mengingatkan pada hantu. Gambaran ini menciptakan kesan keberagaman dalam masyarakat, memperlihatkan elemen budaya dan tradisi yang terwakili dalam pawai.
Simbolisme Warna dan Suasana: Simbolisme warna, seperti "merah terjulur lidah," mungkin menggambarkan semangat atau kegembiraan dalam pawai. Namun, adanya barisan berjubah putih dengan "air mata berderaian" juga menunjukkan kontras emosional, mungkin merujuk pada kesedihan atau kehilangan di tengah kegembiraan.
Kebosanan dalam Meriahnya Pawai: Penyair menunjukkan pemahaman terhadap keruwetan hidup dengan menyatakan bahwa meski pawai itu meriah, pada akhirnya, kebosanan juga dapat merayap. Ini mungkin mencerminkan pandangan kritis terhadap kegembiraan sesaat yang dapat membosankan ketika diulang-ulang.
Tak Ada Hentinya Pawai: Dengan mencatatkan, "tak ada hentinya," penyair mungkin ingin menekankan bahwa pawai ini adalah bagian tak terelakkan dari kehidupan. Ini bisa diartikan sebagai representasi dari perjalanan kehidupan yang terus berlanjut tanpa henti.
Puisi "Pawai" menciptakan gambaran yang kaya dan kompleks tentang kehidupan masyarakat melalui peristiwa pawai. Dengan menggabungkan elemen-elemen visual, auditif, dan emosional, penyair berhasil mengeksplorasi kerumitan manusia, menyuguhkan pemahaman sosial dan kehidupan yang mendalam kepada pembaca.
Karya: Toeti Heraty
Biodata Toeti Heraty:
- Toeti Heraty lahir pada tanggal 27 November 1933 di Bandung.
- Toeti Heraty meninggal dunia pada tanggal 13 Juni 2021 (pada usia 87) di Jakarta.