Puisi: Perasaan yang Tersinggung (Karya Yuswadi Saliya)

Puisi "Perasaan yang Tersinggung" karya Yuswadi Saliya menggambarkan dinamika hubungan keluarga, ketidakpuasan terhadap kondisi hidup, dan ...
Perasaan yang Tersinggung

Sehabis makan
pelan-pelan ibu menyusun meja kembali
melipat daun jendela, merapat pintu lemari,
ayah termenung, memungut sebutir nasi
yang tersisih dari tempatnya dengan cermat
dalam penat cahaya lampu minyak.

Kalau begini setiap hari
pasti saya akan cepat mati;
selain nasi, udara pun basi di sini
selain wajah, tembok pun kian pucat di semua sisi;
pelan-pelan segalanya kian basi dan kian pasi.

Dunia terlalu kikir, kata ayah,
pemikir-pemikir kita kurang praktis,
terlalu suka makan, terlalu sering pergi kenduri,
sedang kita terlalu tersendiri begini;
terpisah, terlalu dekat dengan kekurangan.
Mereka kebanyakan minum kopi saja,
sibuk memilih hubungan antara investasi dan produksi
dan lupa akan konsumsi dan distribusi.

Ibu sibuk dengan remah-remah di lantai
sibuk dengan kain perca yang basah di luar
sapu lidi yang terurai dan kikis kian pendek.

Hujan turun terus menerus membecek
embun pun turun ke atas meja mengejek.
Ayah merasa sangat tersinggung.

Benar, saya akan cepat mati,
tungku kecil dengan api kecil di sini
hanya pantas untuk kemenyan dan bukan periuk pinggan.
Saya berdoa,
semoga atap rumah ini masih kuat
sementara ajal belum dekat,
sementara sekolah saya tamat.

Ibu dengan cepat tertidur, tersesat lelahnya,
ayah kian tersengat oleh derap tikus di tingkap atas;
lumut dan jamur tumbuh di hatinya
matanya berasap, darahnya tersadap.

aya masih juga merasa tersinggung.

1971

Sumber: Horison (Maret, 1975)

Analisis Puisi:

Puisi "Perasaan yang Tersinggung" karya Yuswadi Saliya menggambarkan dinamika hubungan keluarga, ketidakpuasan terhadap kondisi hidup, dan perasaan tersinggung yang muncul akibat perbedaan pandangan dan perbedaan prioritas dalam kehidupan sehari-hari.

Tema Keluarga dan Ketidakpuasan: Puisi ini mencerminkan tema ketidakpuasan terhadap kondisi hidup, terutama dalam konteks hubungan keluarga. Penyair menunjukkan bagaimana rutinitas sehari-hari, seperti menyusun meja makan dan membersihkan rumah, dapat menimbulkan perasaan frustrasi dan kejenuhan.

Ketidakcocokan Persepsi: Puisi ini menyoroti ketidakcocokan persepsi antara anggota keluarga, terutama antara ayah dan anak. Ayah mengkritik kebiasaan konsumtif dan kurangnya perhatian terhadap hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari, sementara anak merasa terpinggirkan dan merasa bahwa kondisi rumah tangga semakin memburuk.

Perasaan Tersinggung: Penyair mengekspresikan perasaan tersinggung yang dialami oleh ayah, yang muncul karena ketidakpuasan terhadap keadaan rumah tangga dan rasa tidak dihargai. Hal ini tercermin dari ketidaknyamanan ayah terhadap lingkungan sekitarnya dan penggunaan bahasa yang mengungkapkan perasaan kesal dan kecewa.

Gaya Bahasa yang Realistis: Puisi ini menggunakan gaya bahasa yang realistis dan deskriptif untuk menggambarkan situasi sehari-hari dalam sebuah keluarga. Penggunaan kata-kata yang sederhana dan gambaran yang konkret menghadirkan suasana yang autentik dan mudah dipahami oleh pembaca.

Pesan tentang Kehidupan Keluarga: Melalui puisi ini, penyair menyampaikan pesan tentang pentingnya komunikasi dan pengertian dalam hubungan keluarga. Ketidakcocokan persepsi dan perbedaan prioritas dapat memicu konflik dan perasaan tersinggung, namun dengan memahami sudut pandang dan kebutuhan masing-masing anggota keluarga, konflik tersebut dapat diselesaikan dengan lebih baik.

Puisi "Perasaan yang Tersinggung" menggambarkan dinamika hubungan keluarga dan perasaan ketidakpuasan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Dengan gaya bahasa yang realistis dan pesan yang mendalam tentang komunikasi dan pengertian dalam keluarga, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan pentingnya menjaga harmoni dan kebersamaan dalam keluarga.

Yuswadi Saliya
Puisi: Perasaan yang Tersinggung
Karya: Yuswadi Saliya

Biodata Yuswadi Saliya:
  • Juswadi Saliya lahir pada tanggal 15 Juni 1938 di Bandung. Sejak SMA ia sudah mulai menulis, mula-mula pada lembaran-lembaran remaja lalu pada majalah-majalah kebudayaan seperti Basis.
  • Juswadi Saliya tamat sebagai sarjana arsitektur di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1966 dan direkrut sebagai staff di ITB pada saat itu. Kemudian mengajar Sejarah Arsitektur dan Ilmu-Ilmu Sosial. Ia mendapat gelar master dari University of Hawaii pada tahun 1975.
© Sepenuhnya. All rights reserved.