Puisi: Kebun Kelapa, Terminal Kita (Karya Wilson Nadeak)

Puisi "Kebun Kelapa, Terminal Kita" karya Wilson Nadeak menyuguhkan gambaran puitis tentang keadaan kota yang tengah mencekik.

Kebun Kelapa:

Terminal Kita



dari balik kaca jendela bis tua
kulihat wajah remaja
dan tua
teriak: lapa! lapa! lapa!

beberapa anak dara
dengan sigap
melompat
dan lenyap
ditelan bis tua

knalpot bis tua
membius semua wajah
udara bertuba
setiap menghembuskan nafas
menuju terminal
keluar terminal
memburu debu
dengan gas
ganas

kebun kelapa
di tengah kota
telah tiada kebunnya
telah tiada kelapanya
kenangan debu
menusuk kalbu
kita berputar-putar
di sekitar tembok
dan bekas asap
membunuh kerongkongan
gas
yang ganas


Sumber: Senandung Bandung (1981)

Analisis Puisi:
Puisi "Kebun Kelapa, Terminal Kita" karya Wilson Nadeak menyuguhkan gambaran puitis tentang keadaan kota yang tengah mencekik.

Layar Observasi dari Bis: Puisi membuka dengan pengamatan dari dalam bis tua, yang berfungsi sebagai layar observasi narator terhadap pemandangan di luar. Bis tua menjadi kaca pembesar yang mengungkap realitas kehidupan kota.

Wajah Remaja dan Tua: Melalui sorakan "lapa! lapa! lapa!" yang terdengar, puisi menciptakan gambaran wajah-wajah yang berbeda usia—remaja dan tua. Ini mewakili keberagaman masyarakat yang merasakan dampak keras kehidupan kota.

Pergeseran Realitas: Pergeseran dari gambaran kebun kelapa ke terminal mencerminkan transformasi kota yang mengorbankan alam dan keindahan untuk memberi ruang kepada infrastruktur dan pertumbuhan kota yang tanpa henti.

Sigap Melompat dan Lenyap: Gambaran anak dara yang sigap melompat dan lenyap saat bis tua datang melambangkan kelincahan dan tanggapannya dalam menghadapi kenyataan keras kota yang terus berubah.

Knalpot Bis Tua: Knalpot bis tua diibaratkan membius wajah-wajah di sekitarnya. Ini mencerminkan efek polusi dan kebisingan kota yang dapat meredam kepekaan manusia terhadap lingkungan dan kesadaran sosial.

Terminal yang Mencekik: Deskripsi terminal sebagai tempat keluar-masuk yang penuh debu, asap, dan gas ganas menciptakan citra keadaan kota yang mencekik dan merugikan kesehatan masyarakat.

Kebun Kelapa yang Telah Tiada: Kebun kelapa yang dahulu mungkin menjadi simbol keindahan alam kini telah sirna, digantikan oleh terminal yang tidak hanya menciptakan pencemaran tetapi juga merampas keaslian dan keindahan lingkungan.

Bunyi dan Suasana dalam Puisi: Puisi menggunakan bunyi dan suara sebagai elemen penting, seperti knalpot bis tua dan sorakan, untuk menciptakan atmosfer yang terasa hidup dan menyampaikan intensitas kesan yang ingin disampaikan.

Puisi "Kebun Kelapa, Terminal Kita" secara puitis mencerminkan dampak urbanisasi dan pertumbuhan kota terhadap lingkungan dan kehidupan masyarakatnya.

Wilson Nadeak
Puisi: Kebun Kelapa, Terminal Kita
Karya: Wilson Nadeak

Biodata Wilson Nadeak:
  • Wilson Nadeak lahir pada tanggal 5 Desember 1942 di Porsea, sebuah kota kecil dekat danau Toba, Tapanuli Utara, Sumatra Utara.
© Sepenuhnya. All rights reserved.