Puisi: Salib (Karya Husni Djamaluddin)

Puisi "Salib" karya Husni Djamaluddin menghadirkan gambaran alternatif tentang Yesus dan menyentuh isu-isu kemanusiaan serta konflik politik di ...

Salib



Yesus turun dari tiang salibnya
di bukit Golgotha
tanpa luka di tubuhnya
tanpa darah di jubahnya
tanpa dendam di hatinya

dari bukit itu
Yesus memandang Yerusalem
dengan mata rindu
dan sebelum melangkah turun menuju
Kota Suci
ia menitipkan mahkota duri
yang dulu
menyalibnya

di perbatasan kota
Ia dicegat tentara Israel :
kamu Arab atau Yahudi
dan Yesus menjawab lugu:
aku orang Nazaret
ibuku Maria
ayahku Yosef tukang kayu
kau boleh terus
kata tentara Israel yang Yahudi Polandia
masuklah ke Yerusalem
kota yang telah kita rebut
setelah ribuan tahun kita tinggalkan
masuklah dengan rasa bangga di dalam hati
karena kamupun pemuda Yahudi

Yesus langsung ke sebuah apartemen
tempat tinggal Menachen
anggota parlemen
dari fraksi
yang paling fanatik Yahudi

adakah keresahan
yang ingin kaukemukakan
wahai anak muda
sambut Menachen
dengan ramah

dan Yesus mengimbau dengan sopan
bolehkah aku dipertemukan
di Yerusalem ini
dengan seseorang
yang bernama Yasser Arafat?

Siapa? Anwar Sadat?
tanya Menachen yang kupingnya agak gawat
oh dia sudah pernah kesini
sekarang dia tentu sedang di Kairo
kalau tidak sibuk menghitung pasir di Sinai
tapi gampang
kalau kau perlu sekali bertemu
beres
kita bisa telepon dia setiap waktu

bukan
bukan Anwar sadat
tapi Yasser
Yasser Arafat
kata Yesus dengan suara yang lebih dikeraskan
mendengar itu
Menachen merah matanya meledak teriaknya
kau gila anak muda
Yasser Arafat kau tahu siapa
dia pemimpin Arab Palestina
musuh Israel nomor satu
musuh kita yang paling kepala batu
mintalah yang lain
jangan yang itu
tak mungkin
tak bakalan lagi kita biarkan
satu sentipun tanah Israel yang sudah kita rebut
untuk disentuh oleh Yasser Arafat

Yesus
kembali ke Golgotha
melewati Via Dolorosa
kepada serdadu Romawi
yang dititipi mahkota duri
Yesus berbisik :

salibkan aku
sekali lagi



Makassar, Natal 1979

Sumber: Bulan Luka Parah (1986)

Analisis Puisi:
Puisi "Salib" karya Husni Djamaluddin menghadirkan gambaran yang menggetarkan dan mendalam tentang Yesus setelah turun dari salibnya. Dalam konteks ini, puisi menciptakan suatu narasi alternatif tentang peristiwa-peristiwa pasca-penghujatan di Golgotha.

Pembukaan yang Memikat: Puisi dibuka dengan gambaran Yesus yang turun dari salibnya di bukit Golgotha. Penggambaran ini memunculkan ketertarikan segera pada pembaca, karena menghadirkan citra Yesus yang berbeda dari narasi tradisional.

Gambaran Yesus yang Tanpa Luka dan Tanpa Dendam: Penyair mengejutkan pembaca dengan gambaran Yesus yang turun dari salib tanpa luka dan tanpa dendam. Ini menciptakan kontras dengan citra tradisional Yesus yang menderita dan penuh dengan rasa sakit. Pemilihan ini memberikan dimensi baru pada karakter Yesus, menciptakan nuansa kesucian dan kedamaian.

Perjalanan Menuju Yerusalem: Yesus melihat Yerusalem dengan mata rindu, menciptakan gambaran keinginan dan cinta yang mendalam terhadap Kota Suci. Ini menciptakan nuansa keindahan dan kerinduan yang melibatkan pembaca secara emosional.

Pertemuan dengan Menachen: Ketika Yesus bertemu dengan Menachen, seorang anggota parlemen Yahudi yang fanatik, puisi menyentuh isu-isu politik dan agama. Dialog antara keduanya membawa pembaca ke dalam kerumitan konflik di wilayah tersebut.

Pertanyaan tentang Yasser Arafat: Ketika Yesus menyebutkan Yasser Arafat, pemimpin Palestina, puisi mengeksplorasi dampak politik dan ketegangan di kawasan tersebut. Menachen merespons dengan keras, menciptakan atmosfer konflik yang kuat.

Pesan Kemanusiaan: Melalui pertanyaan Yesus untuk bertemu dengan Yasser Arafat, puisi mengusulkan pesan kemanusiaan dan perdamaian. Ini menciptakan kontras dengan ketegangan politik dan kebencian yang mewarnai hubungan antara berbagai kelompok.

Kembali ke Golgotha dan Permohonan Salib: Puisi berakhir dengan Yesus yang kembali ke Golgotha dan meminta untuk disalibkan sekali lagi. Permohonan ini menciptakan nuansa simbolis tentang pengorbanan dan tanggung jawab terhadap penderitaan.

Bahasa yang Kaya dan Imajinatif: Penyair menggunakan bahasa yang kaya dan imajinatif, menciptakan gambaran yang kuat dan mendalam. Pilihan kata dan ekspresi menyampaikan nuansa emosi dan makna yang mendalam.

Puisi "Salib" karya Husni Djamaluddin adalah sebuah karya yang memprovokasi pemikiran, menghadirkan gambaran alternatif tentang Yesus dan menyentuh isu-isu kemanusiaan serta konflik politik di kawasan tersebut. Dengan bahasa yang kaya dan imajinatif, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna pengorbanan, perdamaian, dan hubungan antarmanusia.

Husni Djamaluddin
Puisi: Salib
Karya: Husni Djamaluddin

Biodata Husni Djamaluddin:
  • Husni Djamaluddin lahir pada tanggal 10 November 1934 di Tinambung, Mandar, Sulawesi Selatan.
  • Husni Djamaluddin meninggal dunia pada tanggal 24 Oktober 2004.
© Sepenuhnya. All rights reserved.