Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Sebuah Berita Tiba (Karya Wilson Nadeak)

Puisi "Sebuah Berita Tiba" karya Wilson Nadeak menyajikan gambaran yang pahit dan gemuruh tentang realitas kehidupan, khususnya di dunia jurnalistik.

Telpon Berdering:

Sebuah Berita Tiba



Kudengar langkah kaki itu, berhenti di pintu
ketuk menyentuh-nyentuh
ada gemuruh di dadaku
gajah menyembul di situ tersenyum ramah padaku katamu:
"Ada telpon untukmu!"

Kulepaskan penaku
kukencangkan tali sepatu
"Dari siapa?" tanyaku mendekati pintu

Kau menggeleng saja di ambang pintu
gadis manis
"Dari jauh" jawabmu di tambur telingaku
kulihat di luar ada gerimis
ketika gagang pesawat kuangkat
"Hallo? Ya, aku di sini. Ya, ya ......"

Kuambil pena dari meja sekretarisku
yang tersenyum saja di sampingku
secarik kertas disodorkannya
dengan ramah

"Ya, hallo, ya, masih, masih kudengar suaramu
jauh menusuk-nusuk kalbuku
ya, katakan saja, kan kucatat di sini
tanggal berapa? Mei?"

"Katakan begini, di surat kabarmu:
telah menggeletak seorang lelaki dari Paris
menyandang kamera di dada
peluru di kepala
lalu
tuliskan juga bahwa seorang janda
menggigit seekor anjing
anjing politisi
lampirkan foto album deritamu
dulu pernah dianugerahi hadiah
anugerah dari medan laga

Hallo, supaya orang maklum
bahwa, di sini menggeletak seorang wartawan
yang jadi berita
dan isterinya yang menjanda"

kertas tulisku telah penuh ketika suara masih terdengar
dari seberang

"Kau masih punya waktu?"
"Ya"
"Tiga menit dua ribu perak
kau tidak keberatan?"
"Tidak"

"Dengarkanlah dengan tabah
hari ini bunga-bunga telah mekar
di keranjang sampah
mulut-mulut bayi menggeletar
lapar meronta-ronta di ususnya
tuliskan semua dengan tinta merah
kasih ibunya telah diperkosa"

"Hallo? Hallo! Ada lagi?"
kudengar dentang telpon di seberang sana
terbanting sendiri
aku terdiam
seperti dalam mimpi.


Sumber: Horison (Maret, 1976)

Analisis Puisi:
Puisi "Sebuah Berita Tiba" karya Wilson Nadeak menyajikan gambaran yang pahit dan gemuruh tentang realitas kehidupan, khususnya di dunia jurnalistik.

Ketegangan dan Antisipasi: Puisi dimulai dengan atmosfir ketegangan dan antisipasi ketika penyair mendengar langkah kaki mendekati pintu dan gemuruh di dadanya. Ini menciptakan rasa penasaran yang kuat pada pembaca.

Interaksi dengan Berita: Penyair berinteraksi dengan berita melalui telepon, dan ketika gadis manis menyampaikan bahwa telepon berasal dari jauh, pembaca merasakan ketidakpastian dan ketidakjelasan informasi yang akan diungkapkan.

Gambaran Visual: Penggunaan gambaran visual, seperti penyair melepaskan pena dan memakai sepatu, memberikan dimensi nyata pada suasana dan menciptakan citra yang dapat dirasakan oleh pembaca.

Kritik terhadap Media: Puisi menggambarkan kritik terhadap media dengan cara satir. Penyair menggambarkan instruksi yang harus dituliskan di surat kabar untuk menarik perhatian dan menciptakan sensasi, bahkan ketika tragedi dan penderitaan terjadi.

Gambaran Kehidupan Pahit: Berita yang disampaikan melalui telepon membawa pembaca ke dalam dunia pahit kehidupan, dengan gambaran seorang wartawan yang meninggal tragis dan jandanya yang melampiaskan ketidakadilan dengan menggigit anjing politisi.

Suasana Mimpi: Puisi mengakhiri dengan penyair yang terdiam dan merasa seakan-akan berada dalam mimpi. Ini menciptakan kesan bahwa kenyataan yang dihadapi terasa surreal dan sulit dipercaya.

Satire dan Ironi: Selain kritik terhadap media, puisi ini juga mengandung unsur satire dan ironi terhadap berita yang seringkali dipilih dan ditulis dengan tujuan menciptakan sensasi daripada menyampaikan informasi yang bermakna.

Dentang Telepon sebagai Ending: Dentang telepon yang terbanting menciptakan ending yang dramatis dan meninggalkan pembaca dengan rasa ketidakpastian dan kebingungan, memperkuat atmosfir kebingungan dan kekacauan.

Puisi "Sebuah Berita Tiba" menggambarkan pahitnya realitas kehidupan dan dunia jurnalistik melalui gambaran visual yang kuat, bahasa yang padat, dan kritik sosial yang mendalam.

Wilson Nadeak
Puisi: Sebuah Berita Tiba
Karya: Wilson Nadeak

Biodata Wilson Nadeak:
  • Wilson Nadeak lahir pada tanggal 5 Desember 1942 di Porsea, sebuah kota kecil dekat danau Toba, Tapanuli Utara, Sumatra Utara.
© Sepenuhnya. All rights reserved.