Puisi: Nasihat (Diterjemahkan oleh Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Nasihat" yang diterjemahkan oleh Sapardi Djoko Damono menggambarkan perubahan dramatis dalam lanskap dan lingkungan alam, serta memberikan ....

Nasihat

Ya, memang pemandangan telah berubah sedikit.
Yang dulu hutan, kini pabrik dan waduk.
Waktu mendekati muara sungai kita menutup hidung.
Alirnya membawa minyak dan klorin dan persenyawaan methyl,
Untuk tidak menyebut hasil sampingan Kitab Abstraksi:
Tai, kencing, dan mani busuk.
Noda besar celep buatan meracuni ikan di laut.
Yang dulu pantai lebat ditumbuhi bakau
Kini berkarat oleh rongsokan mesin, abu, dan bata.
Kita biasa membaca karya penyair dulu tentang bau tanah
Dan belalang. Kini kita lewati ladang melalui by-pass:
Melajulah secepat-cepatnya lewat daerah kimiawi para petani.
Serangga dan unggas tiada lagi. Nun jauh seorang lelaki jemu
Menyerbu debu dengan traktornya, sebuah payung terhadap matahari.
Apa yang kita sesalkan?--tanyaku. Harimau? Hiu?
Kita menciptakan Alam kedua mencontoh yang pertama
Agar tak percaya bahwa kita tinggal di Sorga.
Mungkin sekali dulu ketika Adam terbangun di taman
Binatang-binatang menilat udara dan menguap, jinak,
Sedangkan taring dan ekornya, yang mengipasi punggungnya,
Adalah kiasan dan burung punggung merah
Yang setelah itu, jauh setelah itu, disebut Lanius collurio,
Tidak mematuk ulat bulu di gerumbul pohon berduri.
Namun--kecuali waktu itu tadi--yang kita ketahui tentang Alam
Tidaklah menyenangkan. Milik kita kini tidak lebih buruk.
Jadi kumohon: jangan merengek seperti itu lagi.


Sumber: Horison (Mei, 1983)

Analisis Puisi:
Puisi "Nasihat" yang diterjemahkan oleh Sapardi Djoko Damono menggambarkan perubahan dramatis dalam lanskap dan lingkungan alam, serta memberikan pesan yang kuat tentang dampak aktivitas manusia terhadap alam dan lingkungan sekitar.

Pemandangan Berubah: Puisi ini dimulai dengan pengamatan tentang perubahan dalam pemandangan alam. Dulu hutan dan pantai lebat kini telah digantikan oleh pabrik, waduk, dan bangkai-bangkai mesin yang berkarat. Hal ini menggambarkan transformasi ekosistem alami menjadi area industri dan lingkungan yang tercemar.

Dampak Industri dan Polusi: Puisi ini menggambarkan dampak negatif dari industrialisasi dan polusi terhadap lingkungan. Aliran sungai tercemar dengan zat-zat beracun seperti minyak, klorin, dan bahan kimia berbahaya lainnya. Hasil sampingan dari industri disebutkan sebagai "Tai, kencing, dan mani busuk," menggambarkan pencemaran yang merusak lingkungan.

Kritik terhadap Penghancuran Lingkungan: Penyair menyampaikan rasa keprihatinan terhadap penghancuran lingkungan dan kehilangan ekosistem alami. Bangkai mesin, abu, dan bata menggantikan keindahan alam yang dulu ada. Pemandangan bakau dan laut yang subur telah berubah menjadi puing-puing dan pencemaran.

Perubahan dalam Cara Memandang Alam: Puisi ini menggambarkan perubahan dalam cara manusia memandang alam. Dulu, penyair-penyair menikmati bau tanah dan suara belalang, tetapi kini manusia melewati area kimiawi dan pertanian modern dengan cepat menggunakan by-pass. Serangga dan unggas hampir punah, dan petani menghadapi tantangan dalam mempertahankan lingkungan alami.

Pertanyaan Eksistensial dan Refleksi: Puisi ini mengajukan pertanyaan eksistensial tentang peran manusia dalam alam dan bagaimana manusia menciptakan lingkungan kedua yang berbeda dari yang asli. Ada pertanyaan tentang apakah manusia seharusnya hidup lebih berdekatan dengan alam atau menciptakan dunia kedua yang berada di luar alam.

Kesadaran Akan Dampak: Penyair mengingatkan pembaca akan dampak besar yang dihasilkan dari tindakan manusia terhadap alam. Puisi ini menciptakan perasaan penyesalan dan pemahaman bahwa manusia bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan dan kehilangan keanekaragaman hayati.

Harapan untuk Perubahan: Pada akhir puisi, penyair meminta agar tidak merengek dan mengeluh tentang kondisi saat ini. Meskipun situasi tampak suram, pesan terakhir memberikan harapan akan kesadaran dan perubahan perilaku manusia untuk melestarikan alam.

Gaya Bahasa dan Struktur: Puisi ini menggunakan bahasa yang lugas dan sederhana, tetapi memiliki makna yang mendalam. Strukturnya terdiri dari beberapa bait pendek yang menggambarkan gambaran alam yang berbeda-beda. Penggunaan imaji dan simbolisme memberikan gambaran yang jelas tentang perubahan dan konsekuensi yang dihasilkan.

Puisi "Nasihat" adalah karya sastra yang menggambarkan dampak negatif industrialisasi, polusi, dan aktivitas manusia terhadap lingkungan alam. Dengan menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran yang jelas, puisi ini mendorong pembaca untuk merenungkan peran manusia dalam menjaga kelestarian alam dan mempertimbangkan tindakan yang dapat dilakukan untuk meminimalkan dampak negatifnya.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Nasihat
Diterjemahkan oleh: Sapardi Djoko Damono
Karya asli: Czesław Miłosz

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.