Sumber: Luka Bayang (1979)
Analisis Puisi:
Puisi "Kemudi" karya Harijadi S. Hartowardojo adalah sebuah karya sastra yang sarat dengan makna mendalam tentang kesombongan, ketakutan, dan perjalanan hidup yang menentukan. Puisi ini menggambarkan situasi di mana seseorang harus menghadapi tantangan dan mengambil keputusan yang berpengaruh pada arah dan tujuan hidupnya.
Kesombongan dan Ketakutan: Puisi ini dimulai dengan menggambarkan sosok yang sombong dan banyak bicara. Sikap sombong ini menyebabkan dia takut untuk turun dalam arus atau menghadapi tantangan yang ada di depannya. Frasa "Sekali ini tak berani turun dalam arus" menggambarkan ketidakberanian dan keraguan seseorang dalam menghadapi perubahan atau perjalanan hidup yang tidak terduga.
Tantangan dalam Perjalanan Hidup: Dalam puisi ini, kemudi dipegang oleh seseorang yang dianggap sombong dan takut, namun diserahkan kepada orang lain yang disebut sebagai laksamana. Sang laksamana menyuruhnya untuk "tujukan kemudi ke haluan semula," yang mengisyaratkan agar dia kembali pada arah yang benar dan tujuan yang mungkin telah terabaikan.
Namun, orang yang memegang kemudi menjadi ragu karena ia melihat air terbelah dan merasa sulit untuk menemukan arah yang jelas. Panduan yang ada, seperti garis lintang-garis bujur dalam peta atau bintang utara-bintang selatan, tampak tidak dapat diandalkan.
Penyadaran dan Pilihan Hidup: Puisi "Kemudi" menyiratkan proses penyadaran diri dan pilihan hidup yang krusial. Kemudi menjadi simbol kontrol dan keputusan dalam perjalanan hidup seseorang. Meskipun awalnya dipegang oleh orang yang sombong dan takut, akhirnya kemudi dipegang oleh sang laksamana yang mengetahui arah yang benar.
Pandangan dalam peta atau bintang yang mungkin sebelumnya dianggap sebagai pedoman yang dapat diandalkan, sekarang menjadi ragu-ragu. Hal ini mencerminkan ketidakpastian dan kompleksitas dalam menghadapi perjalanan hidup dan membuat keputusan yang tepat.
Puisi "Kemudi" karya Harijadi S. Hartowardojo adalah sebuah karya sastra yang mempersembahkan pesan tentang kesombongan, ketakutan, dan perjalanan hidup yang menentukan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan betapa kesombongan dan ketakutan dapat menghalangi seseorang dalam menghadapi tantangan hidup.
Melalui metafora kemudi, penyair menyampaikan pesan tentang pentingnya kesadaran diri, keberanian untuk menghadapi ketidakpastian, dan kemampuan untuk mengambil keputusan yang akan membawa kita kembali pada haluan yang benar.
Puisi "Kemudi" mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan dalam hidup, merenungkan arah dan tujuan hidup, serta menghadapi tantangan dengan keberanian dan keyakinan. Pesan-pesan dalam puisi ini menawarkan inspirasi dan refleksi tentang bagaimana kita bisa mengemudikan kehidupan kita dengan bijaksana dan bertanggung jawab, agar mencapai tujuan yang kita inginkan dan meraih kebahagiaan serta makna dalam perjalanan hidup.
Puisi: Kemudi
Karya: Harijadi S. Hartowardojo
Biodata Harijadi S. Hartowardojo:
- Harijadi S. Hartowardojo (nama lengkap: Harjadi Sulaiman Hartowardojo / EyD: Hariyadi Sulaiman Hartowardoyo) lahir pada tanggal 18 Maret 1930 di Desa Ngankruk Kidul, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Indonesia.
- Harijadi S. Hartowardojo meninggal dunia pada tanggal 9 April 1984 di Jakarta, Indonesia (dimakamkan di Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia).
- Harijadi S. Hartowardojo adalah salah satu Sastrawan Angkatan 1950-an.
