Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Patera dengan Mantra (Karya Keriting Snow)

Puisi "Patera dengan Mantra" karya Keriting Snow membawa pembaca ke dalam suasana refleksi spiritual dan pertemuan dengan keberadaan ilahi.
Patera dengan Mantra

Bersimpuh di atas patera
Menyongsong langit biru dengan mantra
Mengingat noda hitam berpayung pada diri
Atma bergetar dengan menyebut namamu

Wahai Tuhanku berapa lama berdiskusi denganmu
Tubuhku sudah terbujur kaku dalam rahim
Melekat pada dinding takdir

Bogor, 23 November 2023

Analisis Puisi:

Puisi "Patera dengan Mantra" karya Keriting Snow membawa pembaca ke dalam suasana refleksi spiritual dan pertemuan dengan keberadaan ilahi.

Simbolisme Patera: Patera, atau mangkuk besar yang digunakan dalam ritual atau pemujaan, menjadi simbol penting dalam puisi ini. Patera mewakili tempat sakral di mana penyair bersimpuh untuk menyongsong langit dan memulai dialog spiritual.

Mantra sebagai Jembatan Spiritual: Mantra, rangkaian kata-kata yang diucapkan secara berulang, berfungsi sebagai jembatan spiritual antara penyair dan yang Ilahi. Penggunaan mantra menciptakan suasana ritual dan kontemplasi yang mendalam.

Pertemuan dengan Dirinya Sendiri: Penyair menciptakan gambaran tentang pertemuan dengan dirinya sendiri melalui kata-kata "Mengingat noda hitam berpayung pada diri." Ini bisa diartikan sebagai refleksi pada dosa atau ketidaksempurnaan yang dihadapi oleh individu.

Atma dan Getaran Spiritual: Atma, atau jiwa, dihadirkan sebagai entitas yang bergetar ketika menyebut nama yang Ilahi. Ini menunjukkan pengalaman spiritual yang mendalam, di mana keberadaan manusia bersentuhan dengan kekuatan rohaniah yang lebih besar.

Dialog dengan Tuhan: Penyair mengajukan pertanyaan dalam bentuk dialog dengan Tuhan, "Wahai Tuhanku berapa lama berdiskusi denganmu." Ini menciptakan gambaran dialog spiritual yang intens antara individu dan keberadaan ilahi.

Kaku dalam Rahim Takdir: Pada bagian terakhir, penyair menggunakan gambaran tubuh yang "terbujur kaku dalam rahim" sebagai simbol ketundukan atau penerimaan terhadap takdir. Ini menciptakan nuansa penerimaan dan penyerahan diri terhadap kehendak yang lebih tinggi.

Gaya Bahasa: Puisi ini menggunakan gaya bahasa yang memadukan spiritualitas dengan kekuatan kata-kata yang kaya, alur yang tenang, sesuai dengan nuansa kontemplatif dan meditatif yang ingin disampaikan.

Pertanyaan Eksistensial: Puisi mengajukan pertanyaan eksistensial tentang durasi dan sifat hubungan spiritual dengan Tuhan. Ini menggugah pemikiran pembaca tentang arti dan tujuan keberadaan manusia di alam semesta.

Puisi "Patera dengan Mantra" adalah puisi yang menciptakan ruang meditatif dan spiritual bagi pembaca. Melalui simbolisme yang kuat, dialog dengan keberadaan ilahi, dan pertanyaan eksistensial, penyair membawa pembaca ke dalam perjalanan refleksi yang mendalam tentang hubungan antara manusia dan sang Ilahi.

Keriting Snow
Puisi: Patera dengan Mantra
Karya: Keriting Snow

Biodata Keriting Snow:
  • Keriting Snow (nama pena dari Aviv Jalali) lahir di Bogor 26 tahun yang lalu.
  • Buku antologi puisinya yang pertama, dicetak tahun 2021, dengan sampul yang dipakai adalah seorang petani, menggambarkan tentang perjalanan hidup yang berjudul "Benih dalam Bimbingan".
  • Kini Aviv asik mengasah kepekaan berpuisi di Asqa Imagination School (AIS) #39.
  • Ia masuk ke dalam 35 Besar Anugerah COMPETER 2024, yang pemenangnya akan diumumkan secara global per tanggal 1 Januari 2024.
© Sepenuhnya. All rights reserved.