Sempurna
Malam menaiki subuh pada gema pencipta
Adakah hari dan haru bakal singgah di sini
Subuh mendaki petang pada gema pencipta
Merakit raga di atas riak sungai berbatu
Waktu menjadi masa dan tinggal cerita
Waktu menjadi cerita tumpah menyerat
Mendera mewirit mendesak ajal
Semakin pipih bulir bulir doa
Menyelinap perih mencari nadi
Menjulur lidah ajal menjimpit
Menyirna sakit membukit
Usai sudah
Menjadi purna
26 Agustus 2009
Sumber: Constance (2011)
Catatan:
Sebuah persembahan bagi para penderita kanker
Derita yang sempurna mencapai nirwana
Menjadikan diri ini untuk terus bergumul sampai
Tiba waktunya
Analisis Puisi:
Puisi "Sempurna" karya Shinta Miranda merupakan karya yang penuh dengan keindahan dan kedalaman makna. Melalui penggunaan bahasa yang kaya dan citra yang kuat, penyair berhasil menyampaikan perasaan dan pikiran yang mendalam.
Perjalanan Waktu dan Alam: Puisi ini dibuka dengan gambaran malam yang menaiki subuh, menciptakan nuansa pergantian waktu. Penggunaan kata "gema pencipta" merujuk pada keagungan alam dan penciptaan. Subuh dan petang menjadi simbol perjalanan waktu, dan sungai berbatu mencerminkan liku-liku kehidupan.
Harmoni dan Keseimbangan: Kata-kata seperti "haru," "hari," dan "haru bakal singgah" memberikan nuansa harmoni dan keseimbangan dalam kehidupan. Ada ketenangan dan keindahan dalam penciptaan yang diresapi oleh rasa haru dan hari.
Pencarian Makna: Penggunaan kalimat "Waktu menjadi masa dan tinggal cerita" mencerminkan perenungan akan arti waktu dan pengalaman hidup. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang bagaimana waktu membentuk dan meninggalkan jejak dalam cerita hidup kita.
Keindahan dan Ketidaksempurnaan: Penyair menggunakan citra sungai berbatu untuk mengekspresikan keindahan hidup yang penuh dengan rintangan. Keelokan dan kesulitan hidup tercermin dalam metafora ini, menggambarkan keindahan yang muncul melalui perjalanan yang sulit.
Masa dan Penuaian Doa: Penggunaan kata "waktu menjadi masa" dan "pipih bulir-bulir doa" menggambarkan bahwa doa-doa yang diucapkan selama perjalanan hidup telah mencapai penuaian atau kejadian yang penuh makna.
Kematian dan Purna: Puisi ini mengakhiri diri dengan kata "purna," yang menyiratkan akhir atau kelengkapan. Mungkin merujuk pada purna waktu atau kehidupan yang telah mencapai puncak atau kelengkapan. Ini juga dapat diartikan sebagai pemahaman bahwa kehidupan dan waktu berjalan menuju suatu kesempurnaan tertentu, mungkin dalam konteks spiritual.
Bahasa dan Suasana: Bahasa yang digunakan penyair sangat indah dan mengandung suara emosional yang mendalam. Citra-citra yang digunakan menciptakan suasana yang tenang, penuh makna, dan membebaskan imajinasi pembaca untuk meresapi kealamian serta perjalanan hidup.
Puisi "Sempurna" menggambarkan keindahan dan kompleksitas kehidupan melalui penggunaan bahasa yang indah dan citra yang kaya. Penyair berhasil menyampaikan perasaan kehidupan yang penuh warna, dengan penggunaan waktu, alam, dan penuaian doa sebagai elemen-elemen kunci yang mengarah pada pemahaman purna atau kelengkapan.
Karya: Shinta Miranda
Biodata Shinta Miranda:
- Shinta Miranda lahir pada tanggal 18 Mei 1955 di Jakarta.
