K-Pop dan K-Drama Semakin Merajalela di Indonesia, Apa Dampaknya?

Korean Wave ini tentu memiliki dampak baik dan buruk bagi audiens Indonesia. Dampak baik bagi audiens Indonesia adalah Korea dapat menjadi contoh ...

Korean wave, atau yang sering disebut-sebut sebagai Hallyu, bukanlah sebuah hal asing di telinga kita, tentunya kepada Generasi Z dan Milenial yang sepertinya hampir seluruhnya sudah terbawa arus kekorea-koreaan entah itu dari lagu, film/drama, tarian, maupun gaya hidup.

Berbicara mengenai Hallyu, ternyata istilah ini dimunculkan oleh para jurnalis di Beijing terkait dengan merebaknya popularitas K-Pop dengan cepat di negara mereka. Hal ini diawali dengan pemutaran K-Drama “What is Love About” oleh stasiun televisi China's National Central Television (CCTV) pada 1997. Tentu saja, Indonesia yang sama-sama masih berada di benua Asia juga terkena dampak dari persebaran Korean Wave.

Hallyu yang terjadi di Indonesia pun terbagi menjadi banyak aspek dan sektor, seperti musik K-Pop, K-Drama, variety dan reality show (yang biasanya didatangi oleh idola dan aktor Korea), pengaruh gaya hidup (fashion dan lifestyle), maupun pengetahuan-pengetahuan kecil seperti kosakata dan makanan korea (Oppa, Ahjussi, ramyeon, kimchi).

Bahkan, dilaporkan oleh Good Stats bahwa di ranah K-Pop, Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan penggemar K-Pop terbanyak di dunia. Tidak hanya itu, Indonesia juga tercatat sebagai negara yang paling banyak membicarakan K-Pop di media sosial Twitter.

Sedangkan pada ranah K-Drama, dilansir dari Jakpat, presentase penonton film atau serial TV asal Korea Selatan di layanan digital streaming mencapai 72 persen, paling tinggi di antara film atau serial TV asal negara lainnya seperti Indonesia sendiri, Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Cina, Thailand, dan India.

BTS

Menurut saya, keunggulan Korea yang membuat Korean Wave ini terjadi dan menyebar luas ini ada banyak. Misalnya di ranah K-Drama, Korea sukses membuat drama-drama yang teknisnya sangat baik, seperti teknologi digital yang sangat canggih, penggambaran suasana yang realistis dan tidak berlebihan, kemudian juga pada pembangunan emosi dan akting pemeran yang ‘sampai’ kepada penonton.

Visual yang disajikan oleh K-Drama baik dari sinematografi, tata musik, sampai pemilihan casting aktor dan aktrisnya pun sangat baik. Maka tak jarang sebagian besar masyarakat Indonesia memilih untuk menonton drama Korea dibandingkan series hollywood dan series buatan Indonesia sendiri, sebab biasanya film dan drama yang dihasilkan oleh Korea sangat mementingkan segala aspek dan dieksekusi dengan sangat baik.

Hal ini pun sama dan sejalan dengan fenomena K-Pop. Korea berhasil menyajikan konsep-konsep yang menggugah selera masyarakat di berbagai belahan dunia dengan visual-visual idola masa kini yang apik. Musik yang disajikan pun terdiri dari berbagai genre dan ditambah dengan gerakan menari sambil menyanyi.

Banyak agensi-agensi besar pun biasanya menyajikan merchandise grup K-Pop dan konten-konten menarik idola di media sosial.

Konsep yang dibawa oleh Boy Group dan Girl Group dari K-Pop pun beragam dan menarik perhatian dari seluruh kalangan. Misalnya sekelompok remaja perempuan lebih menyukai Boy Group yang terkesan keren dengan sajian musik-musik yang penuh beat dan keras. Atau sekelompok remaja yang menjelang dewasa lebih menyukai Girl Group dengan konsep feminin dan alunan musik yang merdu.

Namun, Korean Wave ini tentu memiliki dampak baik dan buruk bagi audiens Indonesia. Dampak baik bagi audiens Indonesia adalah Korea dapat menjadi contoh bagi keunggulan-keunggulannya yang positif, contohnya pengaruh K-Drama, sehingga banyak serial televisi yang dihasilkan Indonesia sekarang semakin berkembang menjadi lebih baik dari beberapa aspek. Audiens Indonesia pun juga dapat menjadikan Hallyu ini sebagai pengetahuan baru dan dapat dijadikan bahan penelitian.

Negatifnya, kebudayaan asli Indonesia dapat semakin luntur dan terkikis seiring maraknya budaya Korea yang masuk. Demam Korea yang sedang terjadi di Indonesia sudah mengkhawatirkan, karena hampir semua gaya hidup di Indonesia sudah meniru kebudayaan Korea. Aliran musik masyarakat Indonesia sudah berganti menjadi aliran musik Korea dengan ciri khas Boyband dan Girlbandnya.

Selain itu, dampak negatif yang mengkhawatirkan dan dapat merugikan dua pihak baik Indonesia dan Korea sendiri sebagai pusat produksi Hallyu adalah adanya plagiarisme dan penjiplakan terhadap Korean Wave, seperti Girl Group dan Boy Group, drama, maupun acara ragam.

Beberapa kasus plagiarisme sudah terjadi di Indonesia, seperti sinetron “Cinta Cenat Cenut” yang dibilang mirip “Boys Over Flowers”, juga sinetron “Kau yang Berasal dari Bintang” disebut mirip drama “My Love from Another Star”.

Menurut saya, sangat penting bagi masyarakat Indonesia untuk lebih selektif dalam menerima budaya luar, memilah-milih positif dan negatifnya, tetap menyeimbangkan dengan pengetahuan mengenai negara sendiri dan tidak semena-mena menjiplak karya-karya negara lain, termasuk Korea.

Maka dari itu, diperlukan perilaku yang selektif dan wawasan yang luas dalam menyaring budaya-budaya baru yang masuk ke Indonesia, salah satunya Korea dan Korean Wave-nya.

Dengan begitu, kita juga bisa sama-sama menghargai pelaku industri kreatif, hak cipta, serta keaslian dari setiap negara, baik Indonesia dan Korea.

Btari Najwa Naila

Biodata Penulis:

Btari Najwa Naila, 27 Desember 2004. Btari merupakan mahasiswi program studi Sastra Indonesia yang saat ini sedang menempuh semester 3 di Universitas Padjadjaran.

© Sepenuhnya. All rights reserved.