Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Malam Lampaui Pagar Tua (Karya Galuh Duti)

Puisi "Malam Lampaui Pagar Tua" karya Galuh Duti menggambarkan malam sebagai waktu yang melampaui pembatas, memunculkan gambaran perubahan dan ...
Malam Lampaui Pagar Tua


malam di atas bambu muda
lama jumpai purnama
kau tulis sajak ketiga
dan sepiring irisan rebung di atas meja

malam di atas mantra
bambu pun menua
seiring doa-doa
memindai puluhan rasa

malam lampaui pagar tua
ketika buluh dianyam
ruh sepenuh raga
pernah rindu dipendam dalam

malam di atas betung melengkung
seberkas harap penuh di jantung
kau satu dari seribu
yang datang tanpa murung

Malang, 28 November 2023

Analisis Puisi:
Puisi "Malam Lampaui Pagar Tua" karya Galuh Duti adalah karya puisi yang menggambarkan malam sebagai waktu yang melampaui pembatas, memunculkan gambaran perubahan dan kehadiran harapan baru. Puisi ini memanfaatkan elemen alam, seperti bambu dan buluh, sebagai metafora untuk melukiskan perjalanan spiritual dan emosional.

Malam di Atas Bambu Muda: Puisi dimulai dengan gambaran malam yang berada di atas bambu muda. Bambu muda dapat diartikan sebagai simbol kesegaran atau awal perjalanan. Ini menciptakan suasana awal yang penuh potensi dan harapan.

Lama Jumpai Purnama: Purnama, atau bulan purnama, sering kali diartikan sebagai simbol keutuhan atau kelengkapan. Ungkapan "lama jumpai purnama" mungkin merujuk pada waktu yang lama sejak peristiwa terakhir yang penuh makna.

Sajak Ketiga dan Irisan Rebung: Penyebutan sajak ketiga menciptakan nuansa perjalanan dan perkembangan dalam mengekspresikan diri. Irisan rebung di atas meja dapat diartikan sebagai unsur kehidupan yang diletakkan di atas sajak, menciptakan hubungan antara kehidupan dan karya sastra.

Malam di Atas Mantra: Mantra sebagai unsur spiritual muncul, menciptakan suasana yang lebih dalam dan misterius. Penggunaan mantra dapat diartikan sebagai usaha untuk mencapai kesucian atau pengetahuan spiritual.

Bambu Pun Menua Seiring Doa-Doa: Metafora bambu yang menua seiring doa-doa menunjukkan hubungan antara kehidupan dan spiritualitas. Proses penuaan dapat disandingkan dengan pertumbuhan spiritual yang didorong oleh doa.

Malam Lampaui Pagar Tua: Gambaran malam yang melampaui pagar tua menciptakan makna kebebasan dari pembatasan masa lalu. Pagar tua dapat diartikan sebagai simbol batasan atau keterbatasan yang kini terlampaui.

Ketika Buluh Dianyam: Buluh yang dianyam menciptakan gambaran keindahan yang tercipta melalui proses. Ini bisa merujuk pada pemahaman atau pencapaian yang terbangun melalui pengalaman hidup.

Ruh Sepenuh Raga: Ungkapan ruh sepenuh raga menekankan kesatuan antara aspek spiritual dan fisik dalam menjalani hidup. Ini menciptakan kesan keutuhan dan keseimbangan.

Pernah Rindu Dipendam Dalam: Pernyataan ini mungkin mencerminkan pengalaman emosional yang mendalam dan perasaan yang telah lama dipendam.

Malam di Atas Betung Melengkung: Gambaran malam di atas betung melengkung menciptakan citra alam yang indah dan memukau. Betung melengkung mencerminkan keelokan alam yang mengikuti alur kehidupan.

Seberkas Harap Penuh di Jantung: Harapan menciptakan gambaran kebahagiaan dan optimisme di dalam hati. Ini menciptakan nuansa positif terkait perjalanan hidup.

Satu dari Seribu yang Datang Tanpa Murung: Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa individu ini adalah bagian dari banyak orang yang hadir dalam kehidupan tanpa membawa beban kesedihan atau duka.

Puisi "Malam Lampaui Pagar Tua" adalah perjalanan spiritual dan emosional yang melibatkan pertumbuhan, perubahan, dan harapan baru. Galuh Duti berhasil menggunakan elemen alam sebagai metafora untuk menyampaikan makna mendalam dan memberikan nuansa keindahan pada pengalaman hidup manusia.

Galuh Duti
Puisi: Malam Lampaui Pagar Tua
Karya: Galuh Duti

Biodata Galuh Duti:
  • Galuh Duti lahir pada tanggal 21 Maret 1978 di Surabaya. Ia mulai serius menulis pada tahun 2022. Galuh Duti bekerja sebagai pengajar Bahasa Inggris di TK.
© Sepenuhnya. All rights reserved.