Isu Literasi Indonesia Lebih dari Sekedar Membaca Narasi

Indonesia dihadapkan pada tantangan serius terkait literasi, sebuah isu yang mengakar dalam perkembangan masyarakat. Data menunjukkan bahwa meskipun upaya telah dilakukan, tingkat literasi masih menimbulkan keprihatinan. Jauh dari sekedar keterampilan membaca narasi, literasi melibatkan dimensi yang lebih dalam, mengajak kita untuk meresapi makna di balik kata-kata.

Sorotan pada isu literasi di Indonesia memunculkan fakta yang mendorong kita untuk bertindak. Faktor-faktor seperti keterbatasan akses, ketidaksetaraan pendidikan, dan tantangan ekonomi berkontribusi pada rendahnya tingkat literasi di beberapa wilayah.

Pentingnya mengatasi isu ini tak hanya terletak pada tingkat individu, tetapi juga pada dampaknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan masyarakat.

Berdasarkan databoks.katadata.co.id serta whiteboardjournal.com terlihat bahwa pemetaan literasi Indonesia pada satu dekade terakhir, hasil evaluasi literasi negara Indonesia tidak dapat dikatakan sebagai kategori yang baik.

Memang tidak cukup hanya menyamakan literasi dengan kemampuan membaca dan menulis. Literasi merangkum pemahaman yang mendalam terhadap konten yang dikonsumsi atau diproduksi. Hal ini membawa kita pada kesadaran bahwa literasi bukan hanya soal kata-kata, melainkan juga pemahaman dan refleksi yang mendalam.

Pada kurun waktu itu pemerintah telah memulai program intensif untuk meningkatkan ‘nilai’ literasi diberbagai lapisan masyarakat. Walaupun begitu, masih terlihat terlampir data ‘nilai’ literasi tidaklah begitu tinggi dari tahun ke tahun.

Isu Literasi Indonesia Lebih dari Sekedar Membaca Narasi

Agar lebih dapat memahami apa itu literasi, maka kita dapat merujuk pada pendapat dari beberapa sumber berikut ini:

Dikutip dari ruangguru.com, secara sederhana, literasi memang dipahami sebagai kemampuan dalam membaca dan menulis. Membaca dapat diartikan sebagai proses menerjemahkan lambang-lambang bahasa hingga diproses menjadi suatu pengertian. Sementara itu, menulis adalah mengungkapkan pemikiran dengan mengukirkan lambang-lambang bahasa hingga membentuk suatu pengertian.

Jadi, kalau literasi hanya dipahami sesederhana itu, artinya bangsa kita ini punya sejarah panjang terhadap aktivitas-aktivitas literasi lho. Tapi, seiring dengan perkembangannya, pemaknaan terhadap literasi pun menjadi lebih luas.

Bahkan di Indonesia, kata literasi sudah lebih populer dibandingkan kemahirwacanaan, melek aksara, dan keberaksaraan. Bukan hanya sekedar kata, tapi literasi juga menjadi gerakan bagi pegiat pendidikan, baik informal dan juga nonformal.

Menurut UNESCO “The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization”, Literasi ialah seperangkat keterampilan nyata, terutama ketrampilan dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks yang mana ketrampilan itu diperoleh serta siapa yang memperolehnya.

National Institute for Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai “kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.” Definisi ini memaknai Literasi dari perspektif yang lebih kontekstual. Dari definisi ini terkandung makna bahwa definisi Literasi tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu.

Serta Education Development Center (EDC) menyatakan bahwa Literasi lebih dari sekedar kemampuan baca tulis. Namun lebih dari itu, Literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skill yang dimiliki dalam hidupnya. Dengan pemahaman bahwa literasi mencakup kemampuan membaca kata dan membaca dunia.

Dari sini dapat dimaknai, bahwa literasi bukanlah kegiatan yang hanya berpatok pada baca tulis saja. Tetapi, literasi memiliki makna yang lebih mendalam dari itu yakni proses menggapai pemahaman mendalam dalam bidang-bidang ketrampilan yang dipelajari.

Literasi pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi enam kategori, yaitu:

1. Literasi Baca Tulis

Literasi Baca Tulis adalah kecakapan untuk memahami isi teks tertulis, baik yang tersirat maupun tersurat, untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi diri

2. Literasi Numerasi

Literasi Numerasi adalah kecakapan untuk menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari.

3. Literasi Sains

Literasi Sains adalah kecakapan untuk memahami fenomena alam dan sosial di sekitar kita serta mengambil keputusan yang tepat secara ilmiah.

4. Literasi Digital

Literasi Digital adalah kecakapan menggunakan media digital dengan beretika dan bertanggung jawab untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi

5. Literasi Finansial

Literasi Finansial adalah kecakapan untuk mengaplikasikan pemahaman tentang konsep, risiko, keterampilan, dan motivasi dalam konteks finansial.

6. Literasi Budaya dan Kewargaan

Literasi Budaya dan Kewargaan adalah kecakapan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa serta memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara.

Pentingnya mengembangkan seluruh spektrum literasi ini adalah langkah awal menuju masyarakat yang lebih terdidik dan mampu menghadapi kompleksitas kehidupan modern.

Pada akhirnya, hal ini membawa kita pada pemahaman bahwa literasi adalah lebih dari sekedar keterampilan teknis. Literasi adalah pemahaman konteks, analisis yang mendalam, dan kemampuan berpikir kritis. Dalam perjalanan meningkatkan literasi di Indonesia, diperlukan kerjasama dari berbagai pihak: pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat.

Literasi bukan sekadar alat untuk membuka buku, melainkan kunci untuk membuka pintu pengetahuan, pemahaman, dan perkembangan pribadi. Dalam masyarakat yang literat, kita bukan hanya membaca narasi, tetapi juga meresapi dan memahami setiap kata dengan konteks yang mendalam. Mari bersama-sama menjadikan literasi bukan sekedar tugas, tetapi gaya hidup untuk menuju masa depan yang cerah.

Petir Harsa Samudra

Biodata Penulis:

Petir Harsa Samudra lahir pada tanggal 9 Februari 2005.

© Sepenuhnya. All rights reserved.