Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Betawi (Karya Susy Aminah Aziz)

Puisi "Betawi" karya Susy Aminah Aziz adalah sebuah puisi yang menggambarkan kehidupan dan kebudayaan orang Betawi yang telah hilang dan ......
Betawi


Sanakku, moyangku
Matahari malu-malu menyinari
Mereka datang, memeras menebas
Peninggalan enyak tua
Sawah-ladang, kebon-mangga
Duku-rembutan-kecapi
Gerobak, delman, dan pedati
Rata melata gelimangan di rerumputan
Dilanda ban industri gedung-gedung tinggi

Sumber: Wajah Penuh (1980)

Analisis Puisi:
Puisi "Betawi" karya Susy Aminah Aziz adalah sebuah puisi yang menggambarkan kehidupan dan kebudayaan orang Betawi yang telah hilang dan tergantikan oleh perkembangan industri dan perkotaan. Puisi ini mencerminkan perasaan kehilangan dan kerinduan terhadap masa lalu serta penyesalan terhadap hilangnya warisan budaya Betawi.

Identitas Budaya Betawi: Puisi ini dimulai dengan ungkapan "Sanakku, moyangku" yang menegaskan bahwa penyair adalah keturunan Betawi dan merasa terhubung dengan budaya dan sejarah leluhur mereka. Matahari yang malu-malu menyinari mungkin merujuk pada pagi hari yang menyoroti kehidupan dan budaya tradisional Betawi.

Perubahan Lingkungan dan Budaya: Puisi ini menggambarkan bagaimana perkembangan industri dan perkotaan telah menggantikan lahan pertanian dan ladang-ladang yang dulunya menjadi bagian dari kehidupan dan budaya Betawi. Enyak tua yang merujuk pada warisan budaya dan tradisi Betawi seperti sawah, ladang, kebun, dan buah-buahan kini telah menghilang.

Penyesalan dan Kerinduan: Penyair mengekspresikan perasaan penyesalan dan kerinduan terhadap masa lalu yang telah hilang. Gerobak, delman, dan pedati merupakan sarana transportasi tradisional yang sekarang sudah jarang terlihat, dan kehadirannya yang dulu meriah kini hanya tinggal kenangan.

Kontras Budaya Tradisional dan Perkembangan Kota: Puisi ini menunjukkan kontras antara budaya tradisional Betawi yang kaya dengan kehidupan perkotaan yang gejolak dan serba cepat. Industri dan gedung-gedung tinggi mencerminkan perkembangan perkotaan yang modern dan meninggalkan jejak atas hilangnya budaya tradisional Betawi.

Kritik Terhadap Kemajuan: Melalui puisi ini, penyair secara implisit mengkritik perkembangan perkotaan yang seringkali merusak dan menggantikan budaya dan lingkungan tradisional. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan dampak dari perkembangan industri dan perkotaan terhadap kehidupan dan budaya lokal.

Penutup dengan Penuh Harapan: Meskipun puisi ini mencerminkan perasaan kehilangan, penutup puisi ini mungkin menyiratkan harapan untuk mempertahankan dan menghargai warisan budaya Betawi yang telah hilang atau hampir punah.

Puisi "Betawi" oleh Susy Aminah Aziz adalah sebuah ungkapan tentang kerinduan dan kehilangan terhadap kehidupan dan budaya tradisional Betawi yang telah digantikan oleh perkembangan industri dan perkotaan. Puisi ini mencerminkan perasaan penyesalan dan kerinduan terhadap masa lalu serta kritik terhadap dampak dari perkembangan perkotaan terhadap budaya lokal.

Susy Aminah Aziz
Puisi: Betawi
Karya: Susy Aminah Aziz

Biodata Susy Aminah Aziz:
  • Susy Aminah Aziz lahir pada tanggal 24 November 1937 di Jatinegara, Jakarta.
  • Nama lengkapnya adalah Susy Aminah Aziz binti Haji Abdul Aziz bin Haji Endung Mugnie. 
  • Nama panggilannya adalah None Atau Susy. Dalam dunia sastra, sering menggunakan nama samaran Sara Ananda N.
© Sepenuhnya. All rights reserved.