Berdamai dengan Luka?
Berdamai dengan luka?
Mungkinkah?
Perjalanan hidup manusia memang susah ditebak dan akan terus jadi misteri. Hari ini kita berdiri di puncak gunung tertinggi namun bisa jadi esok kita harus tenggelam di dasar laut paling dalam.
Demikian pula dengan perjalanan cinta, asmara maupun rumah tangga. Boleh jadi hari ini kita adalah orang paling penting bagi seseorang namun esok bisa saja kita hanya serupa potongan "puzzle" dari ribuan kisah kehidupannya. Siapa yang kuasa menebak takdir? Terlebih menahannya?
Tentang luka? Siapa yang tak pernah terluka? Dalam tidaknya luka itu hanya sang pemilik luka yang tahu rasanya. Tapi satu hal yang harus kita yakini saat luka itu datang. Penerimaan. Luka hanya bisa sembuh dengan penerimaan, menerima bahwa segala yang terjadi adalah bagian dari perjalanan hidup. Tuhan hendak mengajari kita tentang makna memiliki, bahwa semua yang kita punya termasuk orang-orang yang kita cinta adalah bukan milik kita, lalu kenapa harus "terluka" saat Sang Pemilik Sejati mengambilnya?
Untukku, untukmu, untuk kalian semua yang saat ini sedang berpeluk dengan luka, cobalah miliki hati yang bening, yang tidak memandang dari sudut keakuan, luka itu akan sembuh hanya jika menemukan obatnya, dan obat dari segala obat adalah IKHLAS. Sesuatu yang memang untukmu akan tetap jadi milikmu tidak peduli sejauh mana dia pergi pasti akan kembali. Sebaliknya sesuatu yang ditakdirkan tidak untukmu akan hilang juga saat waktunya tiba tidak perduli seberapa kuat engkau menahannya.
Bondowoso, 2024
Analisis Puisi:
Puisi ini mengangkat tema penerimaan terhadap luka dan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan. Penyair menyoroti kompleksitas kehidupan manusia yang penuh dengan kejutan dan perubahan yang tak terduga.
Kehidupan yang Tak Terduga: Penyair menyajikan gambaran tentang ketidakpastian hidup, di mana seseorang bisa berada di puncak kesuksesan pada suatu saat dan kemudian jatuh ke titik terendah pada saat berikutnya. Ini mencerminkan realitas bahwa kehidupan manusia tidak pernah bisa diprediksi sepenuhnya.
Perjalanan Cinta dan Kehidupan: Puisi ini juga merujuk pada perjalanan cinta dan hubungan manusia, yang seringkali penuh dengan kebahagiaan dan kesedihan. Penyair menggambarkan bagaimana seseorang dapat menjadi penting dalam kehidupan orang lain pada satu waktu, namun menjadi tak berarti pada waktu lainnya.
Penerimaan terhadap Luka: Ada penekanan kuat pada penerimaan terhadap luka dan kesulitan dalam hidup. Penyair mengajak pembaca untuk menerima kenyataan bahwa luka adalah bagian dari kehidupan, dan bahwa penerimaan adalah kunci untuk penyembuhan dan pertumbuhan pribadi.
Kehidupan dan Takdir: Puisi ini merenungkan tentang kekuasaan takdir dan keputusan Tuhan dalam kehidupan manusia. Penyair menegaskan bahwa segala sesuatu yang kita miliki tidaklah benar-benar milik kita, dan bahwa penerimaan terhadap ketidakpastian adalah kunci untuk damai batin.
Pesan tentang Kebenaran Hati: Penyair mengajak pembaca untuk memiliki hati yang jernih dan ikhlas, yang mampu melihat dan menerima kenyataan dengan bijaksana. Pesan ini menekankan pentingnya keikhlasan dalam menghadapi segala perubahan dan kehilangan dalam hidup.
Puisi "Berdamai dengan Luka?" karya Sarifah Aini menggugah pembaca untuk merenungkan makna penerimaan, keikhlasan, dan kebenaran hati dalam menghadapi lika-liku kehidupan yang tidak terduga.
Karya: Sarifah Aini
