Orang Asing Rupanya Aku
tak ke kualalumpur datangku menjadi hampir
antara pudu raya dan sepang hanya ada lengang
orang-orang bergegas pulang
melayang kenangan setelah petang
dalam taksi yang dihasak sepi
yang melarikan dirinya sendiri
aku coba menyapa angin
kepada debu-debu sebelum berlalu
bendang pepohonan yang tersembunyi
mungkin juga pada kelambatan sangsi
dengan muka yang setengah memberi
pikat yang menyerahkan mata
peduli dengan padangan sekali
alamat yang berselirat tiba-tiba mengumpat
dalam kamar hotel tak bersahabat
tapi aku coba melupakan diam
membaringkan diri bagai jalan
mataku adalah marka
kesenyapan hidungku membuat arah
tempat sesat melipatkan salah
pada pengembara yang memahami kisah
tapi di ruang tamu aku ditunggu pilu
kursi melunjurkan kakinya penat
lampu-lampu bagai kilat
konter berpura-pura ramah
bagi pintu yang enggan membuka
lalu orang-orang keluar masuk
ke diri sendiri bertanding untung
mataku singgah di pohon-pohon palma
mengharapkan serat di dinding kaca
tapi pelepah yang baru saja patah
hantarkan bergalah-galah gundah
juga gorden berwarna biru
merahap sendu yang tua bangka
sejuk dari ekon menderu
meluru sampai ke batas-batas rasa
di restoran aku pesan semangkok jiwaku
berkuah dengan catatan-catatan sejarah
aku mencangkung mengokang nasib
airku sunyi yang ditinggal pergi
tapi cawan yang minum dari mulutku
pun penganan yang meradak usus
berjela-jela memburaikan sedih
kebulurkan perutku dari risau yang terpilih
kereta angkat dengan tangan terketar
tang sanggung membawa tubuhku seberat mimpi
maka aku pun merayap di tangga
dengan seribu anaknya menjulang sayup
semput nafasku tersampuk pada dinding
membuat peta resah berbingkai runsing
letoi bertelagah pegang
dengan letih membuang sayang
aku menghumban diri dalam bilik
membanting pertemuan di atas katil
gebar hanya mampu menutup singkap
namun lemari yang membongkar isinya
menyamar benci berpakaian ragu
membalunkan koyak-moyak berkoper perih
sebaliknya kloset menderas
menceburkan amarah ke lubang tandas
orang asing rupanya aku
tapi negara di manakah negaraku kini
tanpa ic tanpa ktp
tanpa tanda pada isyarat
niat yang sudah lama menunda kenal
bertarak dengan sepihak jarak
bersama pasporku yang berupa kasih
itu pun sudah rabak
seperti tak sanggup untuk berbagi
bahkan kepada diriku sendiri
Sumber: Tersebab Aku Melayu (Buku Sajak Penggal Kedua, 2010)
Analisis Puisi:
Puisi "Orang Asing Rupanya Aku" karya Taufik Ikram Jamil adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan kebingungan, kesepian, dan kehilangan identitas seseorang di tengah-tengah kota yang asing baginya. Melalui penggunaan bahasa yang kaya dan imaji yang kuat, penyair mengeksplorasi konsep identitas, perasaan terasing, dan kekosongan emosional.
Perjalanan Fisik dan Emosional: Puisi ini menciptakan gambaran perjalanan fisik seorang individu yang berada di tempat yang asing baginya, dalam hal ini kota Kuala Lumpur. Namun, perjalanan ini juga mencerminkan perjalanan emosional yang penuh dengan kebingungan dan kesepian. Penyair merenungkan tentang identitas dirinya yang terasa semakin kabur dan kehilangan dalam lingkungan yang asing.
Penggambaran Kota yang Asing: Kuala Lumpur digambarkan sebagai kota yang sibuk dan tidak ramah. Meskipun penuh dengan aktivitas dan orang-orang yang sibuk, kota tersebut tidak menawarkan kehangatan atau keakraban bagi penyair. Imaji-imaji seperti lampu-lampu yang bagai kilat dan konter yang berpura-pura ramah menunjukkan ketidaknyamanan dan keasaman suasana di kota tersebut.
Kehilangan Identitas dan Keterasingan: Penyair mencerminkan perasaan keterasingan dan kehilangan identitas yang dalam. Dia merasa seperti "orang asing" di tengah-tengah keramaian kota, tanpa tempat yang benar-benar ia anggap sebagai rumah. Bahkan identitasnya dalam hal administratif seperti IC (Identity Card) atau KTP (Kartu Tanda Penduduk) pun diragukan, menambahkan rasa terasing dan kekosongan dalam dirinya.
Kesepian dan Kegelisahan Batin: Puisi ini juga mencerminkan kesepian dan kegelisahan batin penyair. Dia merasa terasing dan kehilangan di tengah-tengah keramaian, merenungkan kekosongan emosional yang mendalam. Bahkan ketika berusaha untuk menemukan kedamaian, dia merasa terhalang oleh kebingungan dan kehilangan.
Pencarian Jati Diri dan Makna: Di tengah kebingungan dan kesepian, penyair mencari jati diri dan makna dalam pengalaman yang dihadapinya. Dia merenungkan tentang perjalanan hidupnya dan mencoba untuk memahami arti dari kesendirian dan kehilangan yang dia rasakan di kota yang asing baginya.
Puisi "Orang Asing Rupanya Aku" adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjalanan emosional seorang individu di tengah-tengah kota yang asing dan tidak ramah. Dengan menggunakan bahasa yang kaya dan imaji yang kuat, penyair berhasil mengekspresikan perasaan keterasingan, kesepian, dan kehilangan identitas yang mendalam. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti jati diri dan makna kehidupan dalam situasi yang penuh dengan ketidakpastian dan kekosongan.
Karya: Taufik Ikram Jamil
Biodata Taufik Ikram Jamil:
- Taufik Ikram Jamil lahir pada tanggal 19 September 1963 di Bengkalis, Riau, Indonesia.
