Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Potret Diri (Karya Motinggo Boesje)

Puisi "Potret Diri" karya Motinggo Boesje mencerminkan perjalanan spiritual dan emosional seseorang dalam menemukan identitas dan arti kehidupannya.

Potret Diri


kembalikan ia pada dulunya yang riang
berciuman erat dengan sajak-sajak
tidak akan kutahan lama bias matanya yang mengagumi
padanya tercantum pengakuan dosa anak

bulan tergantung di langit direnggut tangan,
meraih dada yang ranum kecil
tertanam benih kasihnya semalaman itu
kehidupan demikian tidak berakhir telah membantu

kupulang padanya ke hadapan sebuah mimpi
di mana segalanya menyayat hati
sebab mengembara ke tanah liar sangsai kepedihan
sebab dada yang ranum kecil sebab senyuman yang mungil

karena itu sampailah batasnya ujung sebuah jari
bertemuan mata bertemuan lidah yang genting mencari
bernyaman bisa dan duadua berlainan hidup
karena seorang anak liar mengatup bulan redup

kegugupannya akan cerita semanis batu
kegugupannya akan perkenalan yang ditekankan waktu
semacam sudah terancam meliwati kedua bibirnya
akhirnya jatuh siuman dan bulan bersinar lagi

kembalikan ia pada dulunya yang riang
karena kekasihkekasihnya tak ada yang setia
membenci untuk berlutut di pangkuan dada perempuan
dan cintanya telah tercium erat di hati sajak

sajaknya sepanjang hari dukanya yang adang
karena kekasihkekasihnya tak ada yang setia
lebih mendekati dadamu yang mungil sayang
waktu hidupmu terlalu liar dan telah lama terbuang

Sumber: Budaya (Januari, 1956)

Analisis Puisi:

Puisi "Potret Diri" karya Motinggo Boesje merupakan sebuah refleksi mendalam tentang perjalanan dan perjuangan seseorang dalam menemukan identitas dan kehidupannya. Dengan pilihan kata-kata yang puitis, penyair menggambarkan perasaan introspeksi, kegugupan, dan kekosongan emosional yang dihadapi individu dalam menjalani kehidupannya.

Tema Pengenalan Diri: Puisi ini mencerminkan tema pengenalan diri dan perjalanan menuju pemahaman tentang diri sendiri. Penyair menggambarkan perasaan "mengembara ke tanah liar" dalam mencari identitasnya yang sejati.

Konflik Internal dan Eksternal: Dalam puisi ini, tergambar konflik internal dan eksternal yang dihadapi oleh pelaku. Ada perjuangan untuk menyatukan dua sisi kehidupan yang berbeda, seperti yang digambarkan dalam baris "duadua berlainan hidup."

Imaji yang Kuat: Penyair menggunakan imaji yang kuat untuk menggambarkan perasaan dan konflik dalam puisi ini. Gambaran bulan, dada, dan kehidupan liar menciptakan suasana emosional yang intens dan mendalam.

Ketidakpastian dan Kegugupan: Puisi ini juga mencerminkan ketidakpastian dan kegugupan individu dalam menjalani kehidupannya. Ada perasaan yang dirasakan pelaku terkait dengan masa lalu dan masa depannya yang tidak pasti.

Kontras Antara Keadaan Emosional: Penyair menggambarkan kontras antara keadaan emosional yang berbeda-beda, seperti riang dan dukanya, kegugupan dan keberanian. Ini mencerminkan kompleksitas dan keragaman pengalaman manusia dalam menjalani kehidupan.

Kritik terhadap Kekasih dan Kehidupan: Ada kritik terhadap kekasih yang tidak setia dan kehidupan yang liar, serta perasaan kecewa terhadap keterbatasan cinta dan kesetiaan dalam hubungan.

Puisi "Potret Diri" karya Motinggo Boesje adalah sebuah karya yang mencerminkan perjalanan spiritual dan emosional seseorang dalam menemukan identitas dan arti kehidupannya. Dengan penggunaan imaji yang kuat dan puitis, penyair berhasil menyampaikan kompleksitas dan kekacauan dalam perjalanan manusia untuk mengenal diri sendiri dan menemukan makna kehidupan.

Motinggo Boesje
Puisi: Potret Diri
Karya: Motinggo Boesje

Biodata Motinggo Boesje:
  • Motinggo Boesje (Motinggo Busye) lahir di Kupang Kota, pada tanggal 21 November 1937.
  • Motinggo Boesje meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 18 Juni 1999 (pada usia 61 tahun).
  • Nama lahir Motinggo Boesje adalah Bustami Djalid.
© Sepenuhnya. All rights reserved.