Puisi: Merajut Asa Terbitlah Cahaya (Karya Ana Lailatul Fauziah)

Puisi "Merajut Asa Terbitlah Cahaya" karya Ana Lailatul Fauziah menghadirkan gambaran tentang perjuangan dan harapan dalam menghadapi tantangan hidup.
Merajut Asa Terbitlah Cahaya

atmosfir kerinduan selalu memanggil
memeluk anak bangsa di pelupuk mata
keluh kesah bukan lagi makanan favorit
biarkan peluh menjadi saksi bisu

jaring-jaring saku tersirat dalam seteguk air jernih
membasahi keringnya rongga mulut
sekejap tumpah melewati anak sungai

tinta emas terlihat sabar menyurat
di atas kertas tak berdosa
membentuk sketsa, pola mulai a hingga z
tuk mengukir nilai plus di mata dunia

Jember, 20 April 2024

Analisis Puisi:

Puisi "Merajut Asa Terbitlah Cahaya" karya Ana Lailatul Fauziah menghadirkan gambaran tentang perjuangan dan harapan dalam menghadapi tantangan hidup. Penulis menggunakan metafora air, jaring-jaring, dan tinta emas untuk menyampaikan pesan tentang ketekunan, keberanian, dan aspirasi yang tak pernah padam.

Atmosfir Kerinduan dan Pelukan Bangsa: Pembukaan puisi dengan menciptakan "atmosfir kerinduan" menggambarkan suasana hati yang merindukan perubahan dan kemajuan. Kerinduan ini diibaratkan sebagai pelukan yang memeluk anak bangsa, menunjukkan kebutuhan akan persatuan dan semangat kebersamaan dalam menghadapi tantangan.

Transformasi Keluh Kesah Menjadi Peluh: Penulis mengekspresikan transformasi dari keluh kesah menjadi tindakan nyata dengan menggambarkan keluh kesah bukan lagi sebagai "makanan favorit". Ini menggambarkan perubahan sikap dari sekadar mengeluh menjadi lebih proaktif dan siap bertindak.

Simbolisme Air dan Jaring-Jaring: Metafora air digunakan untuk menggambarkan sumber kehidupan dan kejernihan dalam bertindak. Jaring-jaring menyimbolkan upaya untuk menangkap dan memanfaatkan peluang yang datang, sekaligus menggambarkan kerja keras dan ketekunan dalam meraih tujuan.

Tinta Emas dan Kertas Tak Berdosa: Tinta emas melambangkan harapan, kebijaksanaan, dan kemuliaan dalam setiap langkah yang diambil. Penggunaan kertas tak berdosa menggambarkan kesucian dan kemurnian niat dalam merajut asa menuju perubahan yang lebih baik.

Harapan dan Nilai Plus: Penutup puisi menekankan pentingnya harapan dan nilai-nilai positif dalam menghadapi tantangan. Harapan akan terbitnya cahaya melambangkan optimisme dan keyakinan akan masa depan yang cerah, sementara nilai plus mencerminkan upaya untuk memberikan kontribusi yang berarti bagi dunia.

Puisi "Merajut Asa Terbitlah Cahaya" merupakan ungkapan tentang semangat, ketekunan, dan harapan dalam menghadapi perubahan dan tantangan. Dengan menggunakan gambaran alam dan simbolisme, penulis berhasil menyampaikan pesan tentang pentingnya kerja keras, keberanian, dan aspirasi yang tidak pernah pudar dalam meraih cita-cita.

Ana Lailatul Fauziah
Puisi: Merajut Asa Terbitlah Cahaya
Karya: Ana Lailatul Fauziah

Biodata Ana Lailatul Fauziah:
  • Ana Lailatul Fauziah, lahir 17 Desember 1979. 25 tahun mengabdikan diri di sekolah swasta MIMA 39 HIDAYATUL MURID Ampel Wuluhan Jember. Bercita-cita ingin mencetak generasi sholikh sholikhah yang dapat mengembangkan literasi. Saat ini mengikuti kelas puisi di "Ruang Kata".
© Sepenuhnya. All rights reserved.