Puisi: Tanah Leluhur (Karya I Wayan Arthawa)

Puisi "Tanah Leluhur" karya I Wayan Arthawa menggambarkan perpisahan, kehilangan, dan harapan atas warisan budaya Bali yang kaya dan berharga.
Tanah Leluhur

Menggurat aksara di daun lontar
kidung mana yang harus dialirkan
mengendapkan bathin dalam semadi
anak-anak semuanya berlari
meninggalkan tanah leluhur

melebur tanah kehidupan serasa kosong
di pohon-pohon gamelan
puncak candi berendam keperihan
leluhur kita

seperangkat canang dan dupa
menggigil di keheningan jagat
tak bertuah untuk menyegarkan kandungan
kesetiaan bagi kehidupan
bagi kita
anak-anak
dan cucu-cucu

Amlapura, 1989

Analisis Puisi:

Puisi "Tanah Leluhur" karya I Wayan Arthawa adalah sebuah refleksi yang mendalam tentang hubungan manusia dengan tanah kelahiran dan warisan budaya mereka.

Hubungan Manusia dengan Tanah Leluhur: Penyair memulai puisi dengan menggambarkan adegan yang penuh dengan simbolisme, seperti menggurat aksara di daun lontar. Ini menunjukkan usaha untuk mengabadikan warisan budaya dan spiritualitas dalam budaya Bali. Tanah leluhur tidak hanya merupakan tempat fisik di mana manusia hidup, tetapi juga simbol dari akar budaya dan identitas mereka.

Perpisahan dengan Tanah Leluhur: Penyair menggambarkan anak-anak yang berlari meninggalkan tanah leluhur. Ini mencerminkan perpisahan atau pemisahan dari tradisi dan budaya leluhur yang telah lama dijunjung tinggi. Pergeseran budaya dan modernisasi telah menyebabkan kehilangan identitas dan akar budaya bagi generasi muda.

Keperihan dan Keheningan Jagat: Puisi ini menyoroti perubahan yang terjadi dalam masyarakat Bali, yang tercermin dalam gambaran puncak candi yang berendam keperihan. Ini mungkin menggambarkan kemerosotan nilai-nilai tradisional dan spiritualitas di tengah modernisasi dan perubahan sosial. Keheningan jagat menunjukkan kesedihan dan kekosongan yang dirasakan oleh tanah leluhur dan warisan budaya yang diabaikan.

Harapan dan Ketidakberdayaan: Penyair menunjukkan ketidakberdayaan dalam upaya untuk menyegarkan kandungan kesetiaan terhadap kehidupan dan warisan budaya. Canang dan dupa, yang merupakan bagian penting dari ritual dan tradisi Bali, digambarkan sebagai gemetar di keheningan jagat, menyoroti keputusasaan dalam menjaga dan memelihara warisan budaya.

Makna Kultural dan Spiritual: Secara keseluruhan, puisi ini menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga hubungan dengan tanah leluhur dan warisan budaya. Tanah leluhur bukan hanya tempat fisik, tetapi juga sumber spiritualitas dan identitas budaya yang harus dijaga dan dipelihara oleh setiap generasi.

Puisi "Tanah Leluhur" karya I Wayan Arthawa adalah refleksi yang menyentuh tentang hubungan manusia dengan tanah kelahiran dan warisan budaya mereka. Melalui simbolisme yang kuat dan bahasa yang indah, penyair menggambarkan perpisahan, kehilangan, dan harapan atas warisan budaya Bali yang kaya dan berharga.

Puisi
Puisi: Tanah Leluhur
Karya: I Wayan Arthawa

Biodata I Wayan Arthawa:
  • I Wayan Arthawa lahir pada tahun 1961 di Karangasem, Bali.
© Sepenuhnya. All rights reserved.