Puisi: Labirin Kuta (Karya Alit S. Rini)

Puisi "Labirin Kuta" karya Alit S. Rini menggambarkan kontras antara tradisi dan modernitas, serta kompleksitas kehidupan di wilayah urban, ...

Labirin Kuta


Keriangan menggema
Dari bilik-bilik penuh bayang-bayang.
Mereka menari-nari dalam temaram
Meniadakan batas malam dan dinihari

Kampung cahaya ini masih milik kita?
Sejah jauh hari, delapan pintu angin,
Yang kita yakini bersemayam dewa-dewa,
Terbuka tanpa penjaga
Orang-orang lalu-lalang, berkerumun
Menjauh dari dusun-dusun hening
Mengubah permukiman jadi wilayah riuh

Permukiman cepat berubah jadi pasar, atau entah apa
Tiap saat ada tawar menawar di sana
Juga menawar kewaspadaan kita

Orang-orang sudah lama berteriak
Siapa menjaga sujud terhubung dengan langit?
Tak cukup dengan ribuan ritus
Yang selalu menyisakan lelah.
Jalanan terbuka, siapa mengawal?
Di tiap tikungan,
Di tiap perempatan yang pepat,
Petualangan lalu lalang

Ketika ada yang meledakkan dukacita kita
Orang-orang terpaku pada rasa tak percaya
Perempuan-perempuan melingkar di pinggir puing
Merunduk di bawah asap dupa.

Wangi bunga upacara,
Seperti ingin menyelimuti
Anyir darah dan tangis peziarah.
Kita menahan ngilu di dada,
Sambil mengingat kekasih yang tak pulang.

Di atas puing, darah, daging terbakar
Taburkan keangkuhanmu di sana.
Ini seperti upacara tumbal,
Menambatkan kemarahan di ubun-ubun
Ditentramkan mantram pendeta.

Tapi kita cepat lupa
Lalu berpaling ke jalanan
Ke kilau lampu, membawa lari
Hiruk-pikuk keinginan.

Siapa berjaga,
Dalam perayaan kehidupan.

Analisis Puisi:

Puisi "Labirin Kuta" karya Alit S. Rini menggambarkan kontras antara tradisi dan modernitas, serta kompleksitas kehidupan di wilayah urban, khususnya di Kuta, Bali. Dengan gaya bahasa yang padat dan imajinatif, puisi ini menggugah pembaca untuk merenungkan perubahan sosial, budaya, dan spiritual yang terjadi di tengah-tengah perkembangan perkotaan.

Kontras Tradisi dan Modernitas: Puisi ini memperlihatkan kontras antara tradisi dan modernitas. Di satu sisi, ada gambaran "kampung cahaya" yang melambangkan tradisi dan spiritualitas Bali yang kental. Namun, di sisi lain, ada kehadiran pasar dan hiruk pikuk perkotaan yang mewakili modernitas dan perubahan yang cepat.

Perubahan Perkotaan: Penyair menggambarkan perubahan dramatis dalam lingkungan perkotaan, di mana permukiman tradisional berubah menjadi pasar yang ramai. Ini mencerminkan pergeseran budaya dan kehidupan masyarakat lokal akibat globalisasi dan pariwisata yang berkembang di Bali.

Pertanyaan Spiritual: Puisi ini juga menyinggung pertanyaan spiritual tentang siapa yang bertanggung jawab atas menjaga tradisi dan hubungan manusia dengan alam dan langit. Ada sentuhan kritik terhadap ritual dan praktik agama yang kadang-kadang hanya dilakukan sebagai rutinitas tanpa makna yang mendalam.

Tragedi dan Kebangkitan: Puisi ini mengeksplorasi tema tragedi dan kebangkitan. Ketika terjadi tragedi, seperti ledakan yang disebutkan dalam puisi, masyarakat terpukul dan merasa kehilangan. Namun, ada juga upaya untuk bangkit dan melanjutkan kehidupan di tengah-tengah kekacauan dan ketidakpastian.

Pertanyaan tentang Kehidupan: Puisi ini mengajukan pertanyaan yang dalam tentang arti kehidupan dan bagaimana manusia berhubungan dengan lingkungannya. Ada perenungan tentang kehidupan yang sementara dan keinginan manusia yang tak pernah puas, bahkan di tengah kekhawatiran dan penderitaan.

Puisi "Labirin Kuta" merupakan sebuah refleksi tentang konflik antara tradisi dan modernitas, serta perubahan sosial dan budaya di wilayah urban seperti Kuta, Bali. Dengan bahasa yang kuat dan gambaran yang mendalam, puisi ini menggugah pembaca untuk merenungkan kompleksitas kehidupan modern dan pertanyaan-pertanyaan spiritual yang mendasar.

Puisi
Puisi: Labirin Kuta
Karya: Alit S. Rini

Biodata Alit S. Rini:
  • Alit S. Rini lahir pada tanggal 21 Februari 1963 di Denpasar, Bali.
© Sepenuhnya. All rights reserved.