Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Embun (Karya D. Zawawi Imron)

Puisi "Embun" karya D. Zawawi Imron memanfaatkan simbol dan metafora untuk mengeksplorasi tema kehidupan, keindahan, dan penderitaan.

Embun

embun yang dikabarkan tak fasih gema
heningnya menyadap ribuan gejala
dalam perih yang sempurna
luka bunga dikecup sukma

dunia, mekarlah!

1979

Sumber: Bulan Tertusuk Lalang (1982)

Analisis Puisi:

Puisi "Embun" karya D. Zawawi Imron adalah sebuah karya yang memanfaatkan simbol dan metafora untuk mengeksplorasi tema kehidupan, keindahan, dan penderitaan. Dengan struktur yang singkat dan padat, puisi ini menawarkan lapisan makna yang dalam melalui penggunaan bahasa yang elegan dan imajinatif.

Tema dan Struktur

Puisi ini terdiri dari hanya beberapa baris, namun setiap kata dan frasa dipilih dengan hati-hati untuk menciptakan efek yang mendalam:

"embun yang dikabarkan tak fasih gema
heningnya menyadap ribuan gejala
dalam perih yang sempurna
luka bunga dikecup sukma

dunia, mekarlah!"

Simbolisme dan Makna

"embun yang dikabarkan tak fasih gema"

Di sini, 'embun' digunakan sebagai simbol keindahan dan kesucian yang mungkin sulit dipahami atau diungkapkan secara sempurna. Embun seringkali melambangkan sesuatu yang halus, sementara 'tak fasih gema' menunjukkan bahwa keindahan tersebut mungkin tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata atau mungkin tidak sepenuhnya dipahami oleh orang lain. Ini mencerminkan rasa keindahan yang halus namun sulit dijelaskan secara verbal.

"heningnya menyadap ribuan gejala"

'Keharingan' embun menunjukkan ketenangan dan kedamaian yang dalam, sementara 'ribuan gejala' mungkin merujuk pada berbagai aspek atau manifestasi kehidupan yang dirasakan atau diamati. Ketenangan embun yang menyadap gejala-gejala ini bisa diartikan sebagai kehadiran keheningan yang menyentuh berbagai aspek dari pengalaman manusia, menangkap nuansa yang sering kali terlewatkan.

"dalam perih yang sempurna"

Frasa ini menghubungkan keindahan embun dengan 'perih' atau penderitaan. Konteks ini menunjukkan bahwa keindahan dan penderitaan sering kali terkait erat, dan bahwa 'perih' yang dialami dapat membawa pada pemahaman atau pengalaman yang lebih dalam mengenai keindahan atau kesempurnaan. Penderitaan menjadi bagian dari proses untuk merasakan atau mengapresiasi keindahan yang lebih dalam.

"luka bunga dikecup sukma"

'Luka bunga' mengindikasikan kelembutan dan keindahan yang rentan, yang mungkin mengalami 'luka' atau penderitaan. 'Dikecup sukma' menunjukkan bahwa keindahan tersebut diterima atau dihargai secara mendalam oleh jiwa. Ini menggambarkan hubungan yang intim antara keindahan dan jiwa manusia, di mana keindahan yang rapuh atau terluka dapat memberikan dampak yang mendalam pada jiwa.

Puisi "Embun" karya D. Zawawi Imron menggabungkan keindahan dan penderitaan melalui simbolisme yang elegan. Dengan memanfaatkan embun sebagai simbol keindahan yang halus dan kesulitan dalam mengungkapkannya, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara keindahan, penderitaan, dan pemahaman jiwa. Struktur yang singkat namun padat dari puisi ini memberikan ruang bagi pembaca untuk mengeksplorasi makna yang lebih dalam di balik kata-kata, serta menciptakan refleksi mengenai pengalaman manusia yang kompleks. Dengan ungkapan yang penuh makna, puisi ini mengingatkan kita akan keindahan yang sering kali terabaikan dan hubungan erat antara keindahan dan penderitaan dalam kehidupan.

Puisi D. Zawawi Imron
Puisi: Embun
Karya: D. Zawawi Imron

Biodata D. Zawawi Imron:
  • D. Zawawi Imron (biasa disapa Cak Imron) adalah salah satu penyair ternama di Indonesia, ia lahir di desa Batang-Batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ia sendiri tidak mengetahui dengan pasti tanggal kelahirannya.
© Sepenuhnya. All rights reserved.