Mawar Merah
Warna merah menyala
Di antara duri-duri
Harum semerbak
Menggoda hati
Warnamu sungguh memikat
Kupu-kupu selalu ingin dekat
Harummu sungguh menggoda
Lebah-lebah selalu ingin bersama
Namun,
Aku hanya bisa memandangmu
Aku tak kuasa memetikmu
Takut kena duri-durimu
Sumber: Surat dari Samudra (2018)
Analisis Puisi:
Puisi "Mawar Merah" karya Parpal Poerwanto menyajikan keindahan dan kompleksitas simbolis melalui gambar bunga mawar merah. Dengan pendekatan yang sederhana namun mendalam, puisi ini mengungkapkan tema keindahan, daya tarik, dan ketidakmampuan untuk mengakses keindahan tersebut secara langsung.
Tema dan Makna
- Keindahan dan Daya Tarik: Puisi ini memulai dengan gambaran yang kuat tentang mawar merah yang "menyala" di antara duri-duri. Mawar merah sering kali dianggap sebagai simbol keindahan dan cinta, dan dalam puisi ini, keindahan tersebut digambarkan dengan warna merah yang mencolok dan harum yang semerbak. Frasa "Warna merah menyala / Di antara duri-duri" menekankan kontras antara keindahan bunga dan rintangan yang menyertainya.
- Daya Tarik yang Menggoda: Gambaran "Kupu-kupu selalu ingin dekat" dan "Lebah-lebah selalu ingin bersama" menekankan daya tarik mawar merah yang tidak hanya menarik bagi manusia tetapi juga bagi makhluk hidup lainnya. Ini menunjukkan betapa kuatnya daya tarik bunga tersebut, yang membuatnya menjadi pusat perhatian bagi semua yang melihatnya.
- Keterbatasan dan Ketidakmampuan: Bagian terakhir puisi mengungkapkan perasaan keterbatasan dan ketidakmampuan untuk mengakses keindahan bunga tersebut. Frasa "Aku hanya bisa memandangmu / Aku tak kuasa memetikmu" mengindikasikan rasa frustrasi dan keputusasaan karena tidak dapat menikmati keindahan secara langsung. Takut akan "duri-durimu" menggambarkan tantangan dan bahaya yang terkait dengan keindahan tersebut, yang membuat penikmatnya merasa tidak berdaya.
Gaya Bahasa dan Teknik Puitis
- Imaji dan Simbolisme: Puisi ini menggunakan imaji yang kuat untuk menciptakan gambaran yang jelas tentang mawar merah. "Warna merah menyala" dan "Harum semerbak" memberikan sensasi visual dan olfaktori yang kuat. Simbolisme mawar merah dalam puisi ini tidak hanya mewakili keindahan tetapi juga rasa sakit dan bahaya yang mungkin terkait dengan keindahan tersebut.
- Struktur dan Ritme: Puisi ini memiliki struktur yang sederhana dengan baris-baris yang pendek dan langsung. Struktur ini memperkuat pesan dan kesan yang ingin disampaikan, membuat puisi mudah diakses dan dipahami. Ritme puisi ini juga mendukung suasana yang melankolis dan penuh kerinduan.
- Pilihan Kata dan Bahasa: Pilihan kata dalam puisi ini sangat efektif dalam menyampaikan suasana dan emosi. Kata-kata seperti "memikat," "menggoda," dan "takut" mengungkapkan perasaan yang mendalam dan kompleks terkait dengan keindahan bunga. Bahasa yang digunakan menciptakan kontras yang tajam antara keindahan mawar dan rasa ketidakmampuan untuk mengaksesnya.
Kesan dan Refleksi
Puisi "Mawar Merah" karya Parpal Poerwanto menyajikan refleksi yang mendalam tentang keindahan dan keterbatasan manusia dalam mengakses keindahan tersebut. Melalui simbolisme mawar merah, puisi ini mengeksplorasi tema keindahan yang menggoda namun sulit dijangkau, serta rasa frustrasi yang menyertai ketidakmampuan untuk mengakses keindahan tersebut secara langsung.
Karya ini menyampaikan pesan yang sederhana namun kuat tentang bagaimana keindahan sering kali datang dengan tantangan dan bahaya. Dengan menggunakan imaji yang kuat dan bahasa yang sederhana, Parpal Poerwanto berhasil menciptakan puisi yang menyentuh dan reflektif. "Mawar Merah" adalah contoh yang indah tentang bagaimana puisi dapat menangkap esensi dari pengalaman manusia dengan cara yang sederhana namun penuh makna.
Karya: Parpal Poerwanto
Biodata Parpal Poerwanto:
- Parpal Poerwanto (lahir dengan nama Suparto) pada tanggal 25 Desember 1969 di Wonogiri, Jawa Tengah.