Analisis Puisi:
Puisi Mencari Kata karya J. E. Tatengkeng menawarkan eksplorasi mendalam tentang pencarian kata-kata dan ekspresi dalam konteks cinta dan hubungan. Dalam empat bagiannya, puisi ini memanfaatkan imaji yang sederhana namun kuat untuk menggambarkan perasaan yang kompleks. Tatengkeng menyajikan puisi ini dengan gaya yang langsung dan penuh perasaan, menggambarkan pengalaman emosional yang mendalam melalui metafora dan simbolisme.
Gerakan Daun di Taman Sari
Bagian pertama memulai puisi dengan imaji sederhana namun penuh makna: "Gerakan daun di taman sari." Daun yang bergerak di taman sari (sebuah tempat yang mungkin melambangkan keindahan atau ketenangan) tampaknya menyampaikan pesan kepada "Adinda," merujuk pada seseorang yang dekat dengan penutur. Penggunaan kata "Memberi tahu" menunjukkan bahwa pergerakan daun dianggap sebagai suatu bentuk komunikasi atau isyarat yang halus namun signifikan.
Bagian ini menyiapkan konteks puisi dengan memperkenalkan tema pencarian dan komunikasi non-verbal dalam hubungan.
Pelukan dan Ciuman
Di bagian kedua, Tatengkeng menggambarkan gerakan fisik yang penuh kasih: "Kulambai lengan, Gerakan suka, Kupeluk di tangan, Dicium di muka." Pelukan dan ciuman ini adalah bentuk ekspresi cinta dan perhatian yang mendalam. Penggunaan tindakan fisik seperti membelai dan mencium mengungkapkan keintiman dan kehangatan hubungan antara penutur dan "Adinda."
Bagian ini memberikan kejelasan tentang kedekatan emosional antara penutur dan Adinda, menunjukkan kedekatan fisik dan emosional yang erat.
Lupa Waktu dan Tempat
Pada bagian ketiga, ada transisi dari ekspresi fisik ke refleksi emosional: "Lupakan waktu, Tak insyaf tempat, Kutahu satu: Adinda kudapat!" Penutur menyarankan untuk melupakan waktu dan tempat, yang menunjukkan bahwa perasaan dan hubungan ini melampaui batasan-batasan duniawi. Keyakinan bahwa "Adinda kudapat" menunjukkan kepuasan penutur dalam menemukan atau memiliki seseorang yang dicintai.
Bagian ini menunjukkan bahwa pencarian kata-kata atau ekspresi mungkin tidak relevan dalam konteks cinta yang tulus dan mendalam.
Pencarian "Kata"
Bagian terakhir mengembalikan puisi ke tema pencarian yang lebih konkret: "Di kaki belukar, Kupandang di mata, Kuingin berkabar, Ah ... di mana 'kata'?" Penutur menyadari bahwa meskipun ada banyak perasaan dan tindakan, ada sesuatu yang hilang—"kata" yang dicari. Dalam konteks ini, "kata" bisa jadi merujuk pada ekspresi yang tepat untuk perasaan yang dalam, atau mungkin metafora untuk sesuatu yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Penutup puisi ini dengan "Bibir melekat, Kurasa panas... 'Kata' kudapat, Adinda lepas…" menyiratkan bahwa meskipun kata-kata akhirnya ditemukan, mungkin ada rasa kehilangan atau kesedihan karena ketidakhadiran "Adinda."
Puisi "Mencari Kata" karya J. E. Tatengkeng memanfaatkan simbolisme sederhana untuk mengungkapkan kedalaman emosi dan kompleksitas hubungan. Dengan menggunakan imaji fisik dan metafora, Tatengkeng mengeksplorasi tema komunikasi, ekspresi cinta, dan pencarian makna dalam hubungan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang cara kita mengekspresikan perasaan kita dan apa yang mungkin hilang dalam pencarian kata-kata yang tepat.
Puisi: Mencari Kata
Karya: J. E. Tatengkeng
Biodata J. E. Tatengkeng:
- J. E. Tatengkeng (Jan Engelbert Tatengkeng) adalah salah satu penyair Angkatan Pujangga Baru. Nama panggilan sehari-harinya adalah Om Jan.
- J. E. Tatengkeng lahir di Kolongan, Sangihe, Sulawesi Utara, 19 Oktober 1907.
- J. E. Tatengkeng meninggal dunia di Makassar, 6 Maret 1968 (pada umur 60 tahun).