Makanan pedas kini semakin populer di kalangan anak muda, khususnya Generasi Z (Gen Z) sampai Generasi Alpha. Makanan pedas lebih banyak disukai oleh kalangan anak muda karena terlihat jelas dengan banyaknya restoran dan produk makanan yang menawarkan varian rasa pedas dalam berbagai level. Dari camilan hingga makanan utama, rasa pedas menjadi favorit yang sulit untuk dilewatkan.
1. Menyalurkan Emosi ke Makanan Pedas
Salah satu alasan menarik mengapa Gen Z menyukai makanan pedas adalah karena rasa pedas dapat menjadi alat untuk menyalurkan emosi dan juga bisa disebut dengan hobi. Dalam kehidupan yang sering kali penuh tekanan baik itu karena tugas, pendidikan, atau kehidupan sosial, Gen Z cenderung mencari cara-cara yang unik dan kreatif untuk melampiaskan perasaan mereka.
Makanan pedas, dengan sensasi panas yang ekstrem, bisa menjadi medium untuk meredakan stres, kecemasan, atau bahkan kemarahan. Konsumsi makanan pedas memicu dan memberikan sensasi bahagia dan meredakan rasa sakit. Dalam situasi emosional yang intens, makanan pedas bisa memberi rasa lega, meski hanya sementara.
Gen Z dikenal sebagai generasi yang gemar mencari pengalaman baru dan tantangan, terutama yang menawarkan sensasi ekstrem. Makanan pedas, terutama dalam level yang tinggi, sering kali menjadi ajang uji keberanian dan toleransi terhadap rasa sakit.
Melalui berbagai tantangan makan makanan pedas yang viral di media sosial, Gen Z merasa terhibur sekaligus tertantang untuk mencoba batas toleransi mereka. Tantangan semacam ini tidak hanya memicu adrenalin, tetapi juga memberikan rasa prestasi ketika seseorang berhasil menyelesaikannya. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi Gen Z yang gemar berkompetisi, baik dengan teman atau sekadar membuktikan diri.
2. Banyak Bermunculan Makanan Pedas Dengan Varian Rasa
Pedas adalah salah satu sensasi rasa yang banyak digemari dalam berbagai tradisi kuliner di seluruh dunia. Rasa pedas tidak hanya memberikan sensasi membakar di lidah, tetapi juga memunculkan pengalaman makan yang berbeda, membangkitkan nafsu makan, dan bahkan memicu adrenalin.
Uniknya, rasa pedas hadir dalam berbagai varian, tergantung pada bahan utama yang digunakan dan cara pengolahannya. Dari cabai hingga rempah-rempah, varian rasa pedas telah menjadi elemen penting yang memperkaya keragaman cita rasa makanan. Sumber pedas yang beragam bahan utama dalam menciptakan rasa pedas sangat beragam.
Cabai adalah salah satu bahan yang paling populer dan sering digunakan dalam kuliner untuk menghadirkan sensasi pedas. Namun, tidak semua cabai memberikan tingkat kepedasan yang sama. Cabai rawit, memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal intensitas dan kualitas pedasnya. Sebagai contoh, cabai rawit, yang umum ditemukan dalam masakan Asia Tenggara, memberikan rasa pedas yang tajam dan langsung terasa di lidah.
Selain cabai, ada juga bahan lain seperti lada hitam, jahe, wasabi, dan merica Sichuan yang memberikan sensasi pedas yang berbeda. Lada hitam, misalnya, memberikan rasa pedas yang lebih bersahaja namun bertahan lama, sementara wasabi yang digunakan dalam masakan Jepang menghadirkan pedas yang menyengat namun cepat hilang.
Adapun merica Sichuan, yang digunakan dalam masakan Tiongkok, memberikan rasa pedas yang unik dengan sensasi kebas di lidah, sehingga menghadirkan pengalaman makan yang berbeda dari pedas biasa.
3. Dengan Varian Level Pedas yang Membuat Orang Tertarik
Pengenalan level pedas dalam makanan sering kali membuat orang tertarik untuk mencoba. Di banyak restoran dan kedai makanan, konsumen diberi kebebasan memilih tingkat kepedasan sesuai selera mereka. Beberapa tempat bahkan menyediakan skala khusus yang menunjukkan seberapa pedas suatu hidangan, seperti "pedas sedang," "pedas sekali," atau "super pedas." Fenomena ini tidak hanya memberikan pilihan kepada konsumen, tetapi juga menciptakan pengalaman yang berbeda dalam menikmati makanan.
Daya tarik makanan dengan level pedas yang berbeda-beda terletak pada tantangan yang ditawarkannya. Banyak orang tertarik untuk menguji batas toleransi mereka terhadap rasa pedas, bahkan terkadang mengikuti tren atau tantangan di media sosial yang berhubungan dengan mengonsumsi makanan super pedas.
Sensasi terbakar yang dirasakan di lidah, keringat yang mengucur, hingga air mata yang keluar saat makan, sering kali justru menambah kesenangan dan kepuasan tersendiri bagi sebagian orang.
Di sisi lain, variasi level pedas juga memungkinkan setiap orang, dengan toleransi pedas yang berbeda-beda, untuk menikmati makanan dengan cita rasa yang tetap sesuai selera. Bagi mereka yang tidak terlalu menyukai pedas, mereka bisa memilih level yang lebih ringan tanpa harus kehilangan esensi dari cita rasa makanan itu sendiri. Sebaliknya, bagi pencinta pedas, sensasi menggigit dari cabai yang lebih intens memberikan kenikmatan lebih.
Keunikan dari berbagai level pedas juga mendorong kreativitas para koki dalam menyajikan hidangan. Mereka memadukan berbagai jenis cabai dengan tingkat kepedasan berbeda untuk menciptakan rasa yang beragam, mulai dari rasa pedas yang lembut dan beraroma hingga pedas yang menggigit dan intens. Inovasi ini turut berperan dalam melahirkan berbagai varian makanan pedas dari berbagai belahan dunia yang semakin kaya akan cita rasa.
4. Makanan Khas yang Mudah Ditemukan dan Disajikan di Segala Tempat
Makanan khas kekinian yang berhasil menarik perhatian yang banyak dinikmati oleh Gen Z berkat rasa pedasnya yang menggugah selera. Dengan mengonsumsi makanan yang semakin pedas membuat mereka semakin menginginkannya atau bahkan kecanduan, makanan ini sering dijadikan cemilan saat berkumpul dengan teman-teman atau saat nongkrong terutama pada saat musim hujan apalagi kebanyakan Gen Z memiliki keseharian yang cukup padat membuat mereka bahwa makanan cepat saji bisa menjadi pilihan untuk asupan energi.
Mengonsumsi makanan pedas memberi pengaruh yaitu menciptakan rasa bahagia karena dibeli dengan harga terjangkau mulai dari Rp 8.000,00 hingga Rp 30.000,00 tergantung pada isian, dengan cita rasa yang tergolong nikmat.
Selain itu porsi yang disajikan juga sesuai sehingga tidak membuat perut terasa penuh. Seiring berjalannya waktu makanan ini semakin berkembang menjadi hidangan yang lebih kompleks dengan tambahan berbagai bahan mie, telur, sayuran, dan daging.
Makanan pedas ini juga sering dijumpai diberbagai tempat, kita dapat menemukannya seperti di kedai kaki lima yang mudah diakses oleh siapa saja terutama pelajar dan pelajar, restoran dan kafe disajikan dengan variasi isian yang beragam tetapi juga sebagai hidangan yang layak disajikan dalam suasana lebih formal, platform pemesanan online dengan menggunakan aplikasi (gofood, grabfood, shopeefood, dan lain sebagainya) dengan kemajuan teknologi ini memudahkan konsumen menikmati hidangan di rumah dan dapat dinikmati kapan saja. Proses pembuatannya relatif cepat dan mudah, sehingga cocok untuk gaya hidup generasi muda yang serba cepat.
5. Makanan yang Tidak Mau Ketinggalan Tren "Foto Dulu Sebelum Makan"
Berkembangnya teknologi terkhusus media sosial seperti Facebook, WhatsApp, TikTok dan Instagram, media sosial menciptakan tren makanan yang menarik perhatian, saat ini hampir semua orang atau bahkan Gen Z sering kali terpengaruh oleh gambar dan video makanan estetis. Mengunggah konten makanan sebelum disantap menjadi sebuah ritual baru para Gen Z untuk memenuhi kebutuhan akun-akun Instagram dan TikTok mereka.
Makanan yang sedang viral sudah sering dijumpai dimana-mana, apalagi sekarang alat teknologi serba canggih. Mereka menggunakan fitur pencarian dan hashtag di media sosial sebagai alat untuk menemukan tempat-tempat makan baru yang menarik.
Generasi Z cenderung suka memilih makanan yang unik dan tidak pasaran. Tempat makan juga ada berbagai menu pilihan yang bisa dinikmati anak-anak hingga lansia.
Tiap generasi punya peran membentuk lanskap kuliner, termasuk hadirnya Generasi Z sebagai konsumen utama di waktu mendatang, memfoto makanan sebelum makan termasuk salah satu untuk mengabadikan momen bersama keluarga dan teman.
Biodata Penulis:
Yolanda Rahayuningsih lahir pada tanggal 31 Maret 2006 di Klaten.