Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Fenomena Self-love di Era Digital: Antara Positivitas dan Tantangan

Munculnya self-love di era digital banyak sekali manfaatnya dan banyak menawarkan potensi yang besar terhadap diri sendiri untuk lebih menerima dan ..

Self-love memiliki arti "mencintai diri sendiri" atau "menghargai pencapaian kebahagiaan dan keuntungan yang diperoleh diri sendiri". Self-love sangat berhubungan dengan mental seseorang, karena dengan melihat, memikirkan dan memperlakukan diri sendiri sangat berpengaruh terhadap mental kita sendiri. Di era sekarang banyak sekali generasi muda atau Gen Z yang menjadikan self-love sebagai tren.

Di era sekarang banyak sekali yang menggunakan konsep self-love atau mencintai diri sendiri sebagai upaya untuk mengingat betapa pentingnya kesehatan mental dan pentingnya memahami diri sendiri yang sedang dibicarakan atau dipaparkan oleh banyak Gen Z di medsos. Dalam hal ini juga, medsos sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental Gen Z karena banyak sekali orang yang menyuarakan tentang tren ini, entah dari influencer, konsentrasi motivasi dan lain sebagainya.

Banyak yang beredar juga mental anak Gen Z itu lemah atau mudah mengalami gangguan mental. Alasannya pun dari penggunaan medsos yang berlebihan. Dengan penggunaan medsos yang berlebihan dan kita hanya melihat di medsos orang-orang yang sudah berhasil maupun kata-kata motivasi tentang bagaimana menjadi berhasil, itulah penyebab Gen Z mudah terkena gangguan mental. Karena kita hanya melihat hasil dari orang-orang yang sudah mencapai keberhasilan mereka tanpa melihat perjuangan mereka. Namun, dari masalah tersebut, self-love sendiri memiliki banyak dampak positif karena dari hal-hal tadi banyak generasi muda maupun Gen Z yang sangat amat peduli dengan kesehatan mental dirinya.

Sisi Positif dari Fenomena Tren Self-Love di Era digital

Melihat fenomena yang sangat menarik tentang self-love ini, banyak sekali anak muda maupun Gen Z yang peduli terhadap kesehatan mental mereka. Dulu sebelum munculnya tren ini memang sudah banyak orang yang membahas tentang masalah ini, namun belum terupdate seperti sekarang. Dari tren ini kita jadi tahu betapa pentingnya self-love untuk diri sendiri. Dengan tren ini kita jadi bisa menerima diri kita sendiri apa adanya.

Fenomena Self-love di Era Digital

Dalam hal ini media sosial juga sangat berpengaruh besar terhadap tren yang sedang ramai ini. Dengan banyaknya platform yang membahas tentang self-love, baik dari bagaimana cara menerima diri sendiri, menghargai pencapaian dan mencintai diri sendiri kita jadi lebih tahu bagaimana cara mencintai dan menghargai diri sendiri.

Banyak platform yang ramai sekali membahas tema ini, baik di Instagram, TikTok maupun platform lainnya. Dalam hal ini, influencer juga sangat berperan penting dalam menyerukan fenomena ini di media sosial mereka.

Banyak anak muda sekarang yang tidak menghargai hal-hal kecil yang telah dilakukannya. Contohnya saya sendiri yang kurang menghargai pencapaian kecil yang telah saya lakukan seperti mendapatkan peringkat di kelas pada saat di bangku SMA karena saya dulu berpikir masih banyak di luaran sana yang lebih tinggi peringkatnya daripada saya, padahal dari pencapaian saya tersebut banyak orang yang ingin meraih pencapaian tersebut tetapi saya hanya menganggap hal tersebut hal yang biasa bukan hal yang memuaskan terhadap diri saya sendiri. Dari pengalaman tersebut saya menyadari bahwa pentingnya memberikan apresiasi kepada diri sendiri terhadap apa yang telah kita capai atau telah lakukan baik sekecil apapun itu. Namun di sisi lain, dari tren ini akan menimbulkan tantangan baru terhadap diri sendiri.

Tantangan Baru dari Munculnya Tren Self-love

Munculnya tren self-love sendiri memiliki tantangan yang cukup serius bagi para pemain medsos, terutama anak Gen Z. Banyak anak Gen Z yang menjadi haus validasi akibat dari munculnya tren ini. Mereka menjadi ingin dipuji pencapaiannya dan ingin terlihat sempurna di media sosial mereka.

Padahal self-love memiliki arti mencintai diri sendiri, kita harus menerima kehidupan kita dengan ikhlas tanpa harus memaksakan apapun. Namun, banyak anak Gen Z yang terpengaruh oleh media sosial mereka menjadi ingin terlihat paling sempurna dan paling mencintai dirinya sendiri dengan cara yang berlebihan. Contohnya memaksakan setiap main keluar atau nongkrong bersama teman harus memakai baju yang baru atau bermerek terkenal. Mereka selalu memaksakan hal tersebut karena ingin terlihat paling keren dan paling 'wah' di antara teman-teman yang lain. Padahal secara finansial mereka tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan kadang berakhir dengan membeli secara shopee paylater maupun yang lain. Hal tersebut memiliki dampak yang sangat buruk bagi mental Gen Z maupun finansialnya. Antara memilih untuk terus mengikuti tren atau membayar cicilannya.

Terdapat masalah yang akan muncul dari tren self-love ini, yakni selalu mengabaikan perasaan emosi karena ingin selalu bahagia. Perasaan emosi saat tidak bisa mencapai apa yang ingin diraih. Saat dia tidak bisa meraih apa yang diinginkan dia akan berpikir bahwa dialah orang paling gagal di dunia ini. Padahal kenyataannya bahwa hidup itu tidak selalu menang maupun selalu di atas, ada kalanya kita akan merasakan di bawah. Hal tersebutlah yang seharusnya menjadi motivasi kita untuk lebih menghargai dan mengerti terhadap diri sendiri karena tidak ada seorang pun yang bisa mengerti tentang diri kita selain kita sendiri. Cobalah menerima keadaan kita saat di bawah maupun saat kita di atas. Janganlah menyalahkan diri sendiri dari kegagalan yang kita alami. Dari kegagalan tersebut kita seharusnya bangkit dari keterpurukan tersebut dan memulainya kembali untuk meraih apa yang kita inginkan.

Munculnya self-love di era digital banyak sekali manfaatnya dan banyak menawarkan potensi yang besar terhadap diri sendiri untuk lebih menerima dan menghargai diri sendiri. Namun harus tetap diimbangi dengan dengan kesadaran dari tantangan yang muncul dari fenomena ini. Pentingnya untuk menganalisis self-love dengan bijaksana dan mengedukasi kepada orang-orang awam tentang self-love yang baik dan sehat untuk dirinya.

Biodata Penulis:

Mariskha Khoirun Nisa' saat ini aktif sebagai mahasiswa Pendidikan Kimia, di UNS.

© Sepenuhnya. All rights reserved.