Kota besar sering kali terlihat pemandangan kendaraan bermotor yang memadati jalanan, sementara pejalan kaki berjalan di pinggir jalan yang sempit atau bahkan di trotoar yang rusak. Di sisi lain, alasan kurangnya minat masyarakat untuk berjalan kaki bukan karena masyarakat malas untuk berjalan kaki. Namun kenyataannya, karena kurangnya akses dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung pejalan kaki.
Untuk itu, pentingnya kesadaran untuk melihat isu ini dari perspektif yang lebih luas dan memperhatikan bagaimana infrastruktur perkotaan berperan dalam memotivasi orang untuk berjalan kaki.
1. Infrastruktur yang Tidak Ramah Pejalan Kaki
Salah satu alasan utama mengapa kurang minatnya seseorang untuk berjalan kaki adalah ketidaktersediaan fasilitas yang ramah bagi pejalan kaki. Beberapa Kota besar, trotoar sering kali tidak cukup lebar atau bahkan tidak ada sama sekali.
Selain itu, adanya alih fungsi trotoar yang sering kali digunakan untuk tempat parkir kendaraan, pedagang kaki lima, atau bahkan dibiarkan rusak tanpa perawatan, membuat pejalan kaki merasa tidak nyaman dan tidak aman.
2. Prioritas Transportasi Kendaraan Bermotor
Kebijakan pembangunan infrastruktur lebih banyak berpihak pada kendaraan bermotor daripada pejalan kaki. Jalan raya dan ruas jalan dibangun lebih luas untuk kendaraan pribadi, sementara ruang untuk pejalan kaki menjadi terabaikan. Akibat Kebijakan yang lebih berpihak kepada kendaraan bermotor mendorong masyarakat untuk lebih memilih kendaraan pribadi atau transportasi umum yang lebih cepat daripada berjalan kaki.
Di sisi lain, dengan menciptakan lingkungan yang lebih ramah bagi pejalan kaki, dapat mengurangi kemacetan kota, menurunkan polusi udara, dan meningkatkan kualitas hidup warganya.
Dengan meningkatkan fasilitas pejalan kaki dapat memotivasi orang untuk berjalan kaki lebih sering, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesehatan masyarakat dan mengurangi ketergantungan pada kendaraan bermotor.
3. Kurangnya Fasilitas Penunjang Pejalan Kaki
Kurangnya fasilitas penunjang seperti tempat duduk, penerangan jalan, dan tempat perlindungan dari cuaca juga menjadi faktor yang mempengaruhi minat orang untuk berjalan kaki. Pejalan kaki yang merasa tidak nyaman karena panas terik matahari atau hujan deras, misalnya, cenderung memilih menggunakan kendaraan pribadi atau transportasi umum yang lebih praktis.
Dengan memberikan fasilitas seperti tempat duduk di sepanjang jalan atau taman kota yang nyaman dapat memberikan kesempatan bagi pejalan kaki untuk beristirahat. Penerangan jalan yang memadai dan tempat perlindungan dari cuaca dapat meningkatkan rasa aman dan nyaman bagi pejalan kaki, terutama pada malam hari.
4. Dampak Positif dari Memperbaiki Akses Pejalan Kaki
Sangat penting bagi pemerintah dan perencana kota untuk lebih fokus pada pembangunan infrastruktur yang mendukung pejalan kaki. Pembangunan trotoar yang lebar, nyaman, dan aman, serta pemberian fasilitas penunjang seperti tempat duduk, taman kota, dan penerangan yang cukup dapat mendorong minat seseorang untuk berjalan kaki.
Menyediakan jalur khusus sepeda dan pejalan kaki yang terpisah dari kendaraan bermotor akan meningkatkan keselamatan dan kenyamanan bagi pengguna. Selain itu, keberadaan ruang terbuka publik yang ramah bagi pejalan kaki dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan hijau.
Kota-kota dengan lebih banyak ruang terbuka dan taman kota tidak hanya menarik lebih banyak pejalan kaki, tetapi juga membantu meningkatkan kualitas udara dan memberikan ruang bagi warga untuk bersosialisasi dan beraktivitas fisik.
Kurangnya minat untuk berjalan kaki bukanlah masalah kemalasan saja, melainkan akibat dari kurangnya akses dan fasilitas yang mendukung pejalan kaki. Dengan menyediakan infrastruktur yang ramah pejalan kaki, memperbaiki kualitas jalan, dan meningkatkan fasilitas penunjang, kita dapat mendorong lebih banyak orang untuk memilih berjalan kaki sebagai alternatif transportasi yang sehat, aman, dan ramah lingkungan. Pada akhirnya, ini akan membawa dampak positif bagi kesehatan masyarakat, mengurangi kemacetan, dan menciptakan kota yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Biodata Penulis:
Dinda Fitri Fadhilah, lahir pada tanggal 30 September 2006, merupakan mahasiswa aktif Universitas Sebelas Maret.