Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Kucing dan Puisi (Karya Widjati)

Puisi "Kucing dan Puisi" karya Widjati mengusung tema hubungan antara makhluk hidup dan karya sastra. Dalam puisi ini, kucing dan sajak diibaratkan ..
Kucing dan Puisi

Seekor kucing
Mendengkur
Di kolong ranjang
Sepiring ikan
Tinggal tulang-belulang

Kucing bermimpi
Telah kuterkam seekor sajak
Dengan cakar dan taringku
Kucabik kukoyak tubuhnya
Terus kusantap

Alangkah getir dan pahit dagingnya
Segera kumuntahkan
Kemudian rohnya kukirim kembali
Kepada yang paling terhormat
Tuan si penulis sajak

Sajakpun bermimpi
Menulis sebuah puisi:
Duniamu yang masgul
Duniaku yang kelabu
Duri dalam daging
Daging dalam duriku.

Analisis Puisi:

Puisi "Kucing dan Puisi" karya Widjati mengusung tema hubungan antara makhluk hidup dan karya sastra. Dalam puisi ini, kucing dan sajak diibaratkan sebagai entitas yang saling berinteraksi, mencerminkan kompleksitas penciptaan dan penerimaan karya sastra.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah bagaimana karya sastra dapat diterima dengan berbagai cara. Kucing yang mencabik dan menyantap sajak melambangkan kritik atau penerimaan yang tidak selalu indah dan mudah. Namun, setelah mengolahnya, roh sajak dikembalikan kepada penulis, menandakan bahwa setiap karya tetap memiliki tempatnya sendiri.

Puisi ini bercerita tentang seekor kucing yang awalnya menikmati makanan fisik, tetapi kemudian beralih ke makanan intelektual berupa sajak. Kucing tersebut berusaha mencerna puisi, namun mengalami kesulitan karena rasanya yang getir dan pahit. Akhirnya, ia mengembalikan esensi puisi itu kepada penciptanya, mencerminkan siklus antara pencipta dan pembaca dalam dunia sastra.

Imaji

Imaji dalam puisi ini sangat kuat, terutama melalui penggunaan gambaran kucing yang mendengkur di kolong ranjang, sepiring ikan yang tinggal tulang, serta tindakan mencabik dan menyantap sajak. Semua ini memberikan visualisasi yang jelas tentang bagaimana kucing dan puisi dipersandingkan dalam satu realitas yang unik.

Majas

Majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi: Sajak digambarkan memiliki roh dan bermimpi menulis puisi, seolah-olah ia adalah entitas yang hidup.
  • Metafora: Kucing melambangkan pembaca atau kritikus yang mencoba memahami puisi dengan cara mereka sendiri.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini menyampaikan pesan bahwa karya sastra dapat ditafsirkan dengan berbagai cara oleh pembacanya. Tidak semua orang dapat langsung memahami atau menikmati puisi, tetapi pada akhirnya, esensi dari setiap karya tetap akan kembali kepada penciptanya sebagai bagian dari proses kreatif yang terus berputar.

Sepenuhnya Puisi
Puisi: Kucing dan Puisi
Karya: Widjati
© Sepenuhnya. All rights reserved.