Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Doa Akhir Tahun Masehi (Karya Aspar Paturusi)

Puisi "Doa Akhir Tahun Masehi" karya Aspar Paturusi adalah sebuah doa yang puitis sekaligus reflektif. Di tengah riuhnya perayaan akhir tahun yang ...
Doa Akhir Tahun Masehi

di akhir tahun ini
kubukalah semua
tubuhku
pikiranku
jiwaku
namun tetap tak  kutahu
apakah  aku sudah bersih
dari dosa, nafsu dan dengki

sejuta doa tidaklah cukup
melapangkan langkah
menempuh perjalanan
sekadar mendekat
di tepi halaman-Mu
apalah hamba
yang masih bergumul
masih memburu tiap hari
gemilang duniawi
walau tak pernah tercapai
hanya asyik masyuk dalam mimpi

apalah ibadah hamba
apalah amal hamba
demi kejayaan Islam?
apalah bakti hamba
demi persaudaraan  seiman
mampukah hamba bebas dari serakah
bisakah hamba menjauhkan rasa iri
dari sudut-sudut lubuk hati?

seharusnya hamba malu semalu-malunya
apalah arti pakaian duniawi
kenapa harus terbuai gemerlap dunia
kenapa mesti berhamba pada harta benda
berhamba pada kemegahan tahta kuasa
kenapa lupa kepada Rasulullah yang bersahaja
hanya tiga helai baju yang dibutuhkannya
hanya sekian dinar untuk belanja hidupnya

ya Allah, bila hamba sujud
sempurnakah khusyuknya
tidakkah pikiran hamba kerap melayang
kemana-mana dan tentang apa saja
hamba mengaku, betapa lemah hamba
betapa kerdil hamba di hadapan-Mu
tak ada yang patut hamba pongahkan
tak ada milik yang dapat kubanggakan
namun aku tetap memiliki keyakinan
hanya kepada-Mu hamba menyembah
hanya kepada-Mu hamba berlindung
hanya kepada-Mu hamba memohon pertolongan

kalau ada yang bisa kubanggakan
tak lain adalah cintaku kepada-Mu
kuyakin takkan luluh
takkan pudar
takkan redup
hingga akhir hayat

hanya satu doa
senantiasa kuharap terkabul
yakni, perkenankanlah
pada hembusan penghabisan
aku sempat mengagungkan asma-Mu
hanya satu nama
tak ada yang lain
semata engkau ya Allah

di akhir tahun masehi ini
semoga renungan hamba
menuntun hamba mendekat
ke gerbang keagungan-Mu
Amin

Jakarta, Desember 2012

Analisis Puisi:

Tema utama dalam puisi ini adalah perenungan spiritual dan refleksi diri menjelang pergantian tahun. Penyair menyampaikan kegelisahan batin, introspeksi diri, serta harapan untuk lebih dekat kepada Tuhan di tahun-tahun mendatang.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah kesadaran bahwa kehidupan duniawi seringkali membuat manusia lupa akan hakikatnya sebagai hamba Tuhan. Penyair menyadari bahwa dalam mengejar gemerlap dunia, manusia sering terjebak dalam dosa, nafsu, dan dengki. Namun di akhir tahun, momen ini dijadikan waktu untuk merenung, bertobat, dan memperkuat hubungan spiritual dengan Tuhan.

Selain itu, puisi ini menyiratkan bahwa ibadah dan doa yang dilakukan selama ini perlu diiringi dengan ketulusan, keikhlasan, dan kesadaran penuh akan kebesaran Tuhan. Harta, tahta, dan kebanggaan duniawi hanyalah sementara, sedangkan cinta kepada Tuhan adalah satu-satunya yang layak dibanggakan.

Puisi ini bercerita tentang renungan seorang hamba di penghujung tahun Masehi. Di tengah perjalanan hidup yang sarat ambisi duniawi dan godaan materi, ia menyadari kerapuhan dirinya di hadapan Tuhan.

Penyair menggambarkan bagaimana manusia sering terjebak dalam keserakahan, iri hati, dan kecintaan berlebihan pada dunia, sehingga lupa meneladani kesederhanaan Rasulullah. Dengan penuh kerendahan hati, ia memohon ampunan dan berharap bisa meninggal dunia dalam keadaan mengagungkan nama Tuhan.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa kontemplatif, khusyuk, dan penuh penyesalan. Ada keheningan batin, rasa malu, sekaligus kerinduan spiritual untuk kembali mendekat pada Tuhan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Pesan utama dari puisi ini adalah pentingnya introspeksi diri di akhir tahun, agar manusia menyadari kekurangan, kesalahan, dan kelemahan dirinya. Puisi ini mengingatkan bahwa hidup bukan hanya soal mengejar duniawi, melainkan juga membangun hubungan yang tulus dengan Tuhan.

Aspar Paturusi juga menyampaikan bahwa cinta kepada Tuhan adalah satu-satunya kebanggaan yang layak dipelihara, sementara harta, jabatan, dan kemewahan hanyalah semu. Pada akhirnya, hanya iman dan ketulusan dalam beribadah yang akan menjadi bekal abadi.

Imaji

Puisi ini kaya akan imaji yang menghidupkan refleksi spiritual tersebut:
  • Imaji visual: "kubukalah semua tubuhku, pikiranku, jiwaku" menghadirkan gambaran keterbukaan dan kejujuran total di hadapan Tuhan.
  • Imaji sensorik: "seharusnya hamba malu semalu-malunya" menghadirkan rasa malu yang nyata dan mendalam.
  • Imaji perasaan: "tak ada milik yang dapat kubanggakan" menciptakan kesan kerapuhan dan kehampaan batin yang jujur.

Majas

Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini:
  • Alegori – Seluruh puisi adalah perjalanan batin dan renungan spiritual, di mana setiap bagian adalah simbol dari proses introspeksi.
  • Metafora – "pakaian duniawi" menggambarkan atribut kemewahan dan status sosial yang melekat pada manusia.
  • Personifikasi – "gemilang duniawi" seolah-olah menjadi makhluk yang terus diburu manusia.
  • Repetisi – Pengulangan frasa “hanya kepada-Mu” menegaskan bahwa Tuhan adalah satu-satunya tujuan dan sandaran.
Puisi "Doa Akhir Tahun Masehi" karya Aspar Paturusi adalah sebuah doa yang puitis sekaligus reflektif. Di tengah riuhnya perayaan akhir tahun yang identik dengan euforia duniawi, penyair mengajak pembaca memandang pergantian tahun sebagai momentum spiritual untuk kembali mendekat pada Tuhan.

Dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna, Aspar Paturusi mengingatkan bahwa manusia tak perlu malu mengakui kelemahan di hadapan Tuhan, karena justru melalui kejujuran itulah jalan menuju ampunan dan kasih sayang-Nya terbuka.

Aspar Paturusi
Puisi: Doa Akhir Tahun Masehi
Karya: Aspar Paturusi

Biodata Aspar Paturusi:
  • Nama asli Aspar Paturusi adalah Andi Sopyan Paturusi.
  • Aspar Paturusi lahir pada tanggal 10 April 1943 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.