Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Engklek (Karya Amalia Najichah)

Puisi "Engklek" karya Amalia Najichah menggambarkan keceriaan anak-anak dalam permainan tradisional yang disebut engklek. Dengan bahasa yang ringan ..

Engklek


Kakak bercerita padaku
Berpuluh hari menunggu
Datangnya sang purnama
Pengiring tawa riang mereka

Jingkrak berjingkrak
Gerak kaki bersilih
kiri kanan kiri kanan bergantian
petak-petak goresan ranting di atas tanah
Dipijak-pijak riang

Satu dua tiga lompat lompat lompat
Eh, terkena garis
Satu dua tiga lompat lompat lompat, hap!
Hore! Masih giliranku!!

Sebentar terlihat menang
Rupanya kalah
Ada sang juara tak terkalahkan
Ada pula yang tak pernah menang
Itu tak jadi masalah
Semua senang semua riang
Ditimpa cahaya sang rembulan

Semarang, 28 April 2018

Sumber: Surat dari Samudra (2018)

Analisis Puisi:

Puisi "Engklek" karya Amalia Najichah menggambarkan keceriaan anak-anak dalam permainan tradisional yang disebut engklek. Dengan bahasa yang ringan dan penuh keriangan, puisi ini menghadirkan nostalgia akan masa kecil yang penuh kegembiraan, kebersamaan, dan kesederhanaan.

Puisi ini bukan hanya sekadar menceritakan tentang permainan, tetapi juga menyiratkan nilai-nilai kehidupan seperti kebersamaan, sportivitas, dan kebahagiaan yang tidak tergantung pada kemenangan atau kekalahan.

Nostalgia Permainan Tradisional

Puisi dibuka dengan penggambaran bagaimana seorang kakak bercerita tentang pengalaman bermain engklek:

Kakak bercerita padaku
Berpuluh hari menunggu
Datangnya sang purnama
Pengiring tawa riang mereka

Bagian ini menunjukkan bahwa permainan engklek bukan sekadar aktivitas fisik, tetapi juga momen yang dinanti-nantikan. Kehadiran bulan purnama menambah suasana magis dan romantis, mengingatkan kita pada masa kecil yang sederhana namun penuh kebahagiaan.

Dinamika Permainan Engklek

Puisi kemudian menggambarkan gerakan anak-anak saat bermain:

Jingkrak berjingkrak
Gerak kaki bersilih
kiri kanan kiri kanan bergantian
petak-petak goresan ranting di atas tanah
Dipijak-pijak riang

Gambaran ini membawa kita pada visualisasi permainan engklek, di mana anak-anak melompat dengan satu kaki di atas petak-petak yang digambar di tanah. Permainan ini membutuhkan keseimbangan, koordinasi, dan ketangkasan.

Satu dua tiga lompat lompat lompat
Eh, terkena garis
Satu dua tiga lompat lompat lompat, hap!
Hore! Masih giliranku!!

Bagian ini menunjukkan semangat dan antusiasme anak-anak dalam bermain. Ada momen keberhasilan dan kegagalan, tetapi semangat tetap terjaga.

Sportivitas dalam Permainan

Salah satu pesan penting dalam puisi ini adalah sportivitas dan kebersamaan:

Sebentar terlihat menang
Rupanya kalah
Ada sang juara tak terkalahkan
Ada pula yang tak pernah menang
Itu tak jadi masalah
Semua senang semua riang

Bagian ini mengajarkan bahwa dalam permainan, ada yang menang dan ada yang kalah, tetapi yang terpenting adalah kebahagiaan dan kebersamaan. Ini adalah pelajaran hidup yang berharga, bahwa kegagalan bukan akhir dari segalanya, dan kemenangan bukan satu-satunya tujuan.

Keindahan Malam dan Kebersamaan

Puisi ditutup dengan gambaran suasana malam yang memperindah permainan:

Ditimpa cahaya sang rembulan

Cahaya rembulan melambangkan kehangatan dan kebersamaan. Permainan engklek tidak hanya tentang fisik, tetapi juga tentang hubungan sosial, persahabatan, dan kenangan indah yang akan terus melekat dalam ingatan.

Pesan dan Nilai dalam Puisi

Puisi "Engklek" mengandung beberapa pesan utama:
  • Menghargai Permainan Tradisional – Di era digital, permainan tradisional seperti engklek mulai ditinggalkan. Puisi ini mengingatkan kita akan keindahan dan nilai-nilai yang terkandung dalam permainan masa kecil.
  • Sportivitas dan Kebersamaan – Kemenangan dan kekalahan adalah bagian dari permainan, tetapi yang terpenting adalah kebersamaan dan kebahagiaan.
  • Kesederhanaan yang Membahagiakan – Kesenangan tidak selalu berasal dari hal-hal mewah. Permainan sederhana di bawah sinar bulan bisa memberikan kebahagiaan yang luar biasa.
  • Nostalgia dan Kenangan – Puisi ini membangkitkan kenangan indah masa kecil, mengajak kita untuk menghargai momen-momen sederhana yang pernah kita alami.
Puisi "Engklek" karya Amalia Najichah adalah penggambaran yang indah tentang kebahagiaan masa kecil yang sederhana namun bermakna. Dengan bahasa yang ringan dan penuh keceriaan, puisi ini membawa kita kembali ke masa-masa bermain bersama teman-teman tanpa beban, di bawah sinar rembulan yang menemani.

Melalui puisi ini, kita diajak untuk menghargai nilai-nilai kebersamaan, sportivitas, dan kesederhanaan yang mungkin mulai terlupakan di era modern. Engklek bukan sekadar permainan, tetapi juga simbol kegembiraan, kebersamaan, dan kenangan indah yang akan selalu melekat dalam hati.

Amalia Najichah
Puisi: Engklek
Karya: Amalia Najichah

Biodata Amalia Najichah:
  • Amalia Najichah lahir pada tanggal 11 Desember 1991 di Demak.
© Sepenuhnya. All rights reserved.